ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF
TUJUAN
Memperoleh sifat-sifat tanaman yang lebih baik dibandingkan kedua tanaman induknya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya (Jumin, 1994).
Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985). Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis (famili) untuk memp
Untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu (Sugito et al, 1995) :
- Antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan stabil dan berkisar antara 20-23ºC
- Kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus
- Bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (perlu disterilkan)
- Diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang terlalu tinggi serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Fuller and Caronthus, 1964).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Hadiati, 1994).
Menurut Wudianto (1991) orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek akar, stek batang, stek daun, stek umbi.
- Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil. - Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp), tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam. - Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar pensil - Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata. Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1. - Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang disebut vermikulit. - Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yang merupakan tanaman berumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root), dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek harus mengandung cadangan makanan dan enetic tubuh yang cukup untuk pembentukan akar tunas (Robbins and Wilfred, 1966).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetik tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Jumin, 1994):
- Approach graft (penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang digabungkan antara kedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup berumur barulah salah satu batang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan terus sampai waktu tertentu.
- In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas dan bawah tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang daya isap haranya tinggi.
- Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari tanaman lain untuk disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.
- Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna mengganti kulit yang rusak.
MEDOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Agronomi acara I, yaitu Perbanyakan Vegetatif, dilaksanakan pada hari Kasmis,24 April 2013 bertempat di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, plastik pembungkus, tali rafia, label atau etiket gantung, dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain : tanaman puring (Codiatum variegatum), Lidah mertua (Sanciviera), tanaman jeruk (Citrus sp), dan tanaman jambu air (Psidium aquatica).
Pada praktikum ini praktikan memperagakan beberapa metode perbanyakan tanaman secara vegetatif, yaitu yang pertama adalah penyambungan pucuk dari jenis tanaman Codiatum variegatum.
Cara kerjanya ialah dipilih dua tanaman yang sama besar kemudian dipotong bagian pucuk untuk scion/entris 10-20cm tergantung pada besar batang. Apabila scion berdaun banyak, kurangi untuk mengurangi penguapan, bagian pangkal dari scion dipotong membentuk huruf V. Setelah itu dipilih tanaman kedua untuk dijadikan stock dan sudah dibelah bagian tengahnya sepanjang 1-2cm ke bawah (tergantung besar kecilnya batang). Scion disisipkan ke dalam stock kemudian diikat dengan tali, pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar agar scion tidak mudah jatuh. Hasil penyambungan tersebut disungkup dengan plastik. Mulai hari ketiga tanaman tersebut diamati apakah entris layu atau tidak sampai hari ketujuh, bila sambungan jadi (setelah 7 hari entris tidak layu), tali dapat dilepas setelah sambungan berumur lebih kurang 14-21 hari.
Perbanyakan vegetatif yang kedua adalah cangkok pada tanaman Citrus sp., caranya yaitu dipilih batang yang memenuhi syarat untuk dicangkok, antara lain : cabang tidak terlalu tua atau terlalu muda, besarnya kurang lebih sebesar kelingking, warnanya kecoklatan, halus dan lurus keatas. Batang tersebut dibuat keratan melintang dengan jarak sekitar 5-7 cm antar keratan. Kulit batang dihilangkan dan dikerik bagian kayunya sehingga kambiumnya juga hilang, perlakuan ini dilakukan 3 kali ulangan. Pada keratan bawah dipasang plastik dan dimasukkan tanah kemudian segera tangkupkan plastik tersebut sehingga media cangkok menutupi seluruh bagian keratan. Plastik pembungkus dilubangi, dan cangkok harus dipelihara agar tetap berada dalam keadaan lapang. Cangkokan diamati sampai satu bulan, untuk mengetahui keberhasilan cangkokan ditandai dengan munculnya akar dari bagian keratan kulit batang sebelah atas.
Perbanyakan vegetatif yang ketiga adalah setek batang, caranya adalah dipilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan setek dengan panjang kira-kira 5 cm dengan menyisakan satu daun saja (dibuat 3 ulangan). Bagian pangkalnya dipotong dengan sudut kemiringan 450. Ukuran luas daun dikurangi dengan memotongnya hingga tinggal setengah bagian. Bahan tanam yang berupa setek tadi dimasukkan ke dalam media tanam yang sudah disiapkan, lalu disungkup dengan plastik dan dijaga agar tetap dalam keadaan lapang. Setelah satu bulan untuk memeriksa keberhasilan setek, setek yang hidup ditandai dengan hidupnya tanaman hasil penyetekan dan tumbuhnya akar.
Yang terakhir adalah setek daun, bahan yang digunakan adalah tanaman lidah mertua. Pilih daun tanaman yang memenuhi syarat untuk disetek dan dipotong melintang menjadi 3 bagian yaitu bagian ujung, tengah, dan pangkal (dibuat 3 kali ulangan). kemudian potongan-potongan tersebut ditancapkan pada media tanaman yang telah disediakan sebelumnya. Tanaman tersebut harus dipelihara agar media tanam selalu dalam keadaan lapang, setelah satu bulan diperiksa, yang berhasil ditandai dengan segarnya potongan dan tumbuh dengan baik serta tumbuhnya akar.
Setelah semua praktikum dilaksanakan, dihitung persentase keberhasilan cangkok, dan setek baik yang berasal dari ujung, tengah, dan pangkal, kemudian ditentukan mana yang lebih baik.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Sambung pucuk tanaman Sanciviera sp.
Kelompok | Perlakuan A | Perlakuan B |
1 | 0 | 0 |
2 | 0 | 0 |
3 | 0 | 0 |
4 | 1 | 0 |
5 | 0 | 0 |
6 | 0 | 0 |
Tabel 2. Persentase Keberhasilan
Perlakuan A | 17% |
Perlakuan B | 0% |
Tabel 3. Hasil Stek Daun
Bagian | Panjang Akar | Jumlah Akar | Panjang Tunas |
Ujung | 0 | 0 | 0 |
Tengah | 0 | 0 | 0 |
Pangkal | 0.20 | 0.67 | 0.17 |
Tabel 4. Hasil Stek Batang
Bagian | Panjang Akar | Jumlah Akar | Panjang Tunas |
|
0 | 0 | 0.67 |
|
0 | 0 | 0.33 |
(C) ZPT IBA 2000 ppm | 0 | 0 | 0.83 |
PEMBAHASAN
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Bahkan, kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-buahan semusim seperti semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang berasal dari perbanyakan secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan bibit-bibit unggul atau bibit biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas buahnya tidak diragukan lagi.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina.
Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga relatif lambat. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesa lebih banyak digunakan untuk membentuk batang dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman mangga, durian, lengkeng, manggis atau duku yang berasal dari hasil perbanyakan secara generatif, baru akan berbuah setelah 8-10 tahun setelah tanam.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering).
Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua induk tanaman. Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk yang akan ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil perbanyakan secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif) dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan cangkok, terutama tanaman buah atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar tunggang sehingga tanaman tidak terlalu kuat atau mudah roboh. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiis atau penangkar pemula.
Teknik-Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Teknik stek
Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan vanili (Vanila planifolia).
Keuntungan stek adalah:
- Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
- Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
- Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Kerugian stek adalah:
- Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.
- Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringa
Teknik cangkok
Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.
Keunggulan / Kelebihan mencangkok
- Sifat tanaman baru sama seperti induknya
- Menghasilkan buah dalam waktu yang relative singkat ± 4 tahun
- Waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relative singkat antara 1 – 3 bulan.
Kelemahan / Kekurangan mencangkok
- Perakaran cangkokan kurang kuat dan dangkal
- Bentuk pohon induk jadi rusak
- Tidak dapat menyediakan bibit yang relative banyak dalam waktu yang cepat
- Cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan
- Jika sering dilakukan pencangkokan terhadap pohon induk maka produksi buah induk menjadi terganggu.
Teknik penyusuan
Penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Keuntungannya tingkat keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak merepotkan, karena batang bawah harus selalu didekatkan kepada cabang pohon induk yang kebanyakan berbatang tinggi. Kerugiannya penyusuan hanya dapat dilakukan dalam jumlah terbatas, tidak sebanyak sambungan atau menempel dan akibat dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon induk. Oleh karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk perbanyakan tanaman yang sulit dengan cara sambungan dan okulasi, misalnya alpukat (Persea americana), belimbing (Averrhoa carambola), durian (Durio zibethinus).
Teknik okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).
Kelebihan okulasi:
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Ada beberapa warna di satu pohon.
- Tanaman memiliki sifat yang baru.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
Kelemahan okulasi :
- Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres).
- Perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Teknik sambung
Teknik sambung merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang banyak dilakukan oleh para petani dan penangkar bibit buah-buahan. Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan bisa berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan varietas baru. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).
Keunggulannya sambung pucuk:
- Dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak
- Cepat berbunga, berbuah
- Persis sama dengan induk nya
- Banyak di sukai konsumen
Kelemahannya :
- Tidak dapat dilakukan pada waktu hujan
- Harus memiliki skil atau keterampilan yang mahir
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak. Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA dan lain lain.
Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu.
ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida. Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu memepunyai sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok yng dibudidayakan tidak terganggu. Di era tekhnologi modern saat ini, ZPT yang banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA atau MCP.
Pengaruh 2,4-D, 2,4,5 – S dan MPCA terhadap gulma bervariasi. Untuk pengaruh yang sama , penggunaan dosis MPCA biasanya lebih tinggi daripada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA herbisida yang merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah 2,4-D. Herbisida jenis 2,4 -D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan.
Selain itu penggunaan Herbisida 2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya dapat dipergunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun sempit.
Dari histogram diatas dapat dilihat tingkat keberhasilan sambung pucuk hanya berhasil pada perlakuan A yaitu perlakuan yang daunnya di rompes semua. Presentase keberhasilan sambung pucuk perlakuan A adalah sebesar 17%. Hal ini dapat dikarenakan faktpr lingkungan dan factor ketelitian praktikan. Factor lingkungan disini adalah curah hujan dan intensitas matahari. Dimana sewaktu praktikan melakukan praktikum ini curah hujan lumayan tinggi dan cahaya matahari tidak tentu. Sehingga dalam kantung plastic menjadi lembab dan daun-daun memusuk sampai ke batangnya. Factor ketelitian praktikan adalah ketika mengikat sambungan,pada teorinya ikatan yang digunakan tidak boleh terlalu kuat dan juga tidak boleh terlalu longgar,hal ini dapat mempengaruhi kinerja hasilsambungan kedua tanaman tersebut.
Dari histogram diatas dapat dilihat tingkat keberhasilan metode stek daun hanya berhasil pada bagian pangkal saja. Presentase keberhasilannya sebesar 35%. Hal ini dapat dikarenakan faktor lingkungan dan factor ketelitian praktikan. Factor lingkungan disini adalah curah hujan dan intensitas matahari. Dimana sewaktu praktikan melakukan praktikum ini curah hujan lumayan tinggi dan cahaya matahari tidak tentu. Kesalahan praktikan pada bagian ini adalah menyiram tanaman setiap hari,padahal keadaan lingkungan sudah cukup lembab sehingga menimbulkan kebusukan pada tanaman karena kadar airnya terlalu banyak.
Dari histogram diatas dapat dilihat tingkat keberhasilan metode stek batang berhasil pada semua jenis perlakuan,yaitu pada perlakuan yang direndam air,perlakuan air kelapa muda 50%,dan perlakuanZPT IBA 2000 ppm. Presentase keberhasilannya pada perlakuan yang direndam air sebesar 22%,pada perlakuan air kelapa muda 50% tingkat keberhasilannya 11%,dan pada ZPT IBA 2000 ppm sebesar 28%
Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan stek daun pada bagian pangkal dari sisi panjang akar,jumlah akar,dan panjang tunas. Pertumbuhan yang lebih menonjol terjadi pada sisi jumlah akar tanaman yang mencapai hamper 0,7 dibandingkan dengan panjang akar maupun panjang tunas. Panjang akar lebih tinggi daripada panjang tunas,hal ini dikarenakan bahwa tidak semua tanaman tumbuh tunas terlebih dahulu baru akarnya atau sebaliknya. Pada stek daun bagian pangkal ini termasuk pada yanaman yang akarnya lebih dahulu muncul dibanding dengan tunasnya. Hal ini dapat dikarenakan faktor lingkungan dan factor ketelitian praktikan. Factor lingkungan disini adalah curah hujan dan intensitas matahari. Dimana sewaktu praktikan melakukan praktikum ini curah hujan lumayan tinggi dan cahaya matahari tidak tentu. Kesalahan praktikan pada bagian ini adalah menyiram tanaman setiap hari,padahal keadaan lingkungan sudah cukup lembab sehingga menimbulkan kebusukan pada tanaman karena kadar airnya terlalu banyak.
Dari histogram diatas dapat dilihat tingkat pertumbuhan stek batang,dari grafik dapat dikatakan bahwa tanaman jeruk yang diperlakukan secara stek batang tidak memiliki akar ,tanaman jeruk ini hanya mempunyai tunas. Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua tanaman tumbuh tunas terlebih dahulu baru akarnya atau sebaliknya. Pada tanaman jeruk ini termasuk pada tanaman yang tunasnya lebih dahulu muncul disbanding akarnya. Hal ini dapat dikarenakan faktor lingkungan dan factor ketelitian praktikan. Factor lingkungan disini adalah curah hujan dan intensitas matahari. Dimana sewaktu praktikan melakukan praktikum ini curah hujan lumayan tinggi dan cahaya matahari tidak tentu. Kesalahan praktikan pada bagian ini adalah menyiram tanaman setiap hari,padahal keadaan lingkungan sudah cukup lembab sehingga menimbulkan kebusukan pada tanaman karena kadar airnya terlalu banyak.
KESIMPULAN
- Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara sambung pucuk, stek batang, stek daun dan cangkok.
- Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting).
- Persentase keberhasilan sambung pucuk perlakuan A adalah 17%, sedangkan untuk perlakuan B yakni 0% (gagal).
- Dari hasil percobaan rata-rata persentase yang tinggi dalam perbanyakan vegetatif yang dilakukan adalah stek daun. Karena teknik ini paling mudah dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
- Persentase yang paling rendah adalah sambung pucuk (grafting) karena diperlukan kecermatan yang lebih dan keahlian dalam melakukan perbanyakan dengan cara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, J.B. 2004. Ways to Vegetative. <http://farmingandplantation.org.>. Diakses tanggal 3 Mei 2013.
Fuller, J.H. and L.B Caronthus. 1964. The Plant World 4th Edition. Holt and Richard Inc., USA.
Hadiati, S. 1994. Interaksi antara beberapa macam batang bawah dan batang atas pada pembibitan rambutan (Nephelium lappaceum L.). Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11.
Jumin, Hasan Basri. 1994, Dasar-Dasar Agronomi. PT. Raja Garfindo, Jakarta.
Robbins and Wilfred W. 1966. Botany and Introduction to Plant Science. John Wiley and Sons, USA.
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh pengeratan terhadap keberhasilan stek rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.
Wijaya. 1985. Sambung pucuk untuk tanaman buah. Trubus 16 :185-186.
Wudianto, Rini. 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Leave a Reply