Laporan Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara V: Budidaya Jamur Tiram

Posted by miftachurohman on July 21, 2018
Laporan Praktikum, Nematologi Pertanian

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA 5

BUDIDAYA JAMUR TIRAM


Disusun oleh:
Miftachurohman
12969

Asisten:
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

 

TUJUAN

 

  1. Mengetahui cara budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.)
  2. Mengetahui cara pembuatan media tanam jamur tiram (Pleurotus sp.)

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

Jamur  tiram putih  (Pleurotus ostreatus)  mulai  dibudidayakan  pada tahun 1900 dan jamur tiram kelabu (Pleurotus sajor caju)  pada tahun  1974. Kegiatan  budidaya spesies jamur  ini sebagai bahan pangan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan  dalam budidaya yaitu ketersediaan substrat (Brock dan Michael, 1991).  Dari hasil penelitian dan riset Badan Kesehatan Dunia (WHO), jamur tiram memenuhi standar  gizi sebagai makanan yang layak dikonsumsi, enak dimakan, tidak beracun, dan memiliki kandungan  gizi yang tinggi serta berkhasiat sebagai obat berbagai macam penyakit (Sumiati dkk, 2005). Taksonomi dari  jamur tiram putih yaitu:

Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp.

Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Chang dan Miles, 1989: 20-21). Dalam proses pembuatan kultur induk, para pembuat bibit pada umumnya lebih memilih media biji-bijian daripada media kayu. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat keberhasilan, murah, dan mudah pembuatannya. Selain itu, keuntungan utama dari biji-bijian adalah ketersediaan nutrisi yang tinggi bagi pertumbuhan jamur. Kekurangannya adalah tingginya kandungan nutrisi ini juga berakibat tingginya resiko kontaminasi dibandingkan bahan-bahan lain. Biji-bijian yang sering digunakan adalah gandum, sorgum, milet, beras, dan jagung.

Kayu adalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber energy dan untuk membangun massa sel. Jamur membutuhkan selulosa, lignin, karbohidrat, dan serat. Jamur kayu memiliki tiga enzim penting yaitu, selulase, hemiselulase dan ligninase. Ketiga enzim ini digunakan untuk mendegradasi lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga menjadi siap dikonsumsi oleh jamur (Husen dkk, 2002).

Jamur  tiram putih  (Pleurotus ostreatus  L.) merupakan salah satu  jenis jamur konsumsi yang cukup  digemari masyarakat. Jamur tiram putih  termasuk dalam kelompok Basidiomicetes, yakni  kelompok jamur busuk putih yang ditandai dengan tumbuhnya miselium berwarna putih memucat pada sekujur media tanam.  Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah dan Djarijah, 2001).

 

METODE PRAKTIKUM

 

Praktikum Mikologi yang berjudul Budidaya Jmur Tiram dilaksanakan pada (lupa) di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik dan Rumah Kaca, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, sklapel, Erlenmeyer, alcohol, lampu Bunsen, jarum ent, korek, tisu, PDA, plastic, autoklaf manual. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamur tiram segar, PDA, asam laktat, serbuk gergaji kayu sengon, gips, TSP, bekatul, bibit jamur tiram beli, dan bibit jamur tiram di buat sendiri.

Cara kerja dalam praktikum ini di bagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuatan bibit jamur tiram dan, pembuatan media tanam, dan penanaman bibit jamur tiram. Pada pembuatan bibit jamur tiram, langkah kerja yang dilakukan adalah bagian dalam tangkai jamur tiram putih diiris secara aseptis dengn ukuran kurang lebih 0,5X0,5 cm. irisan tersebut diletakkan dalam plate PDA di cawan petri. Kemudian diinkubasikan selama 1 minggu dan dipindahkan biakan dalamPDA miring dalam tabung reaksi sehingga diperoleh biakan murni jamur tiram putih. Seluruh biakan jamur tiram putih dibiakkan dalam PDA miring dalam starter dan inkubasikan selama 1 minggu sehingga seluruh media starter dipenuhi oleh benang-benang (miselium) jamur.

Media starter yang telah dipenuhi miselium jamur diambik dengan pinset dan diletakkan dalam media bibit. Diinkubasikan sleama 2 minggu sampai seluurh media bibit dipenuhi oleh miselium jamur. Pada pembuatan media tanam, serbuk gergaji dengan bahan tambahan lainya dicampur sambal diperciki dengan air sehingga diperoleh kandungan air kurang lebih sebesar 60%. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam plastic yang tahan panas, dipadatkan dan selanjutnya dikukus selama minimal 4 jam dan kemudian didinginkan selama 24 jam.

Cara penananam yang dilakukan adalah, setelah media tanam dingin, kemudian diisi dengan bibit secara aseptis di bagian permukaan media lalu dibenamkan dalam media tanam sedalam 1-1,5 cm. kemudian kantong plastic ditutup dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar selama 3-4 minggu, setelah seluruh permukaan media tanam penuh ditumbuhi benag-benang jamur, kantong plastic dibuka pada bagian atas. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga agar kelembaban tetap tinggi yaitud dengan penyiraman dengan disemprot 2-3 kali sehari. Kebersihan jamur harus tetap terjaga untuk menghindaru adanya hama dan penyakit mengganggu pertumbuhan jamur.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Jamur tiram merupakan termasuk ke dalam family Pleurotus. Jamur ini dapat membentuk tubuh buah yang dapat dikonsumsi. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu  lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau  stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6  cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) (Djarijah, 2001).

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah mengenai nutrisi baglog yang harus tersedia di dalam baglog. Jamur tiram memiliki nutrisi yang berbeda untuk melakukan pertumbuhan vegetative dan generative. Oleh karena itu, ada bebera hal penting yang perlu di perhatikan terkait dengan penyediaan nutrisi. Penyediaan nutrisi tersebut berhubungan erat dengan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat baglog.

Jika miselium jamur tumbuh tumbuh lebat pada masa vegetative, maka umur produksi baglog akan pendek. Hal ini sangat berbeda jika pertumbuhan miselium jamur lambat, yang berartibaha pertumbuhan vegetatifnya juga lambat. Kondisi yang demikian akan membuat pertumbuhan geberatif jamur akan berumur panjang, hal ini menjadikan baglog mempunyai umur produksi yang panjang. Hasil dari jamur yang akan di panen adalah hasil generative jamur, yaitu berupa tubuh buah. Oleh karena itu, masa generative jamur harus panjang.

Dari hasil uji bibit jamur, menunjukkan hasil sebagai berikut. Bibit jamur yang dibuat sendiri memiliki pertumbuhan miselium yang lambat. Hal ini dapat terlihat pada permukaan baglog. Pada baglog yang dengan bibit di buat sendiri, miselium memakan waktu lebih lama untuk menutupi seluruh permukaan baglog. Sementara itu, pada baglog yang digunakan bibit beli menunjukkan pertumbuhan miselium yang cepat dan pertumbuhanya lebat. hal ini menyebabkan permukaan baglog lebih cepat tertutupi oleh miselium jamur.

Dari kedua kondisi diatas dapat diketahui bahwa pada media yang sama, pertumbuhan bibit yang di buat sendiri dengan yang membeli memiliki perbedaan pertumbuhan. Miselium lebih cepat tumbuh pada bibit yang beli, sedangkan pada bibit yang dibuat sendiri, memiliki pertumbuhan yang lambat.

Bahan  yang umumnya  dijadikan sebagai  media tanam jamur antara lain serbuk  kayu, bahan ini merupakan bahan dasar  pembuatan media tanam. Serbuk kayu mengandung  beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan. Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin, sedangkan zat yang dapat  menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah dan atsiri. Selain gergaji bahan tambahan yang dicampur dalam  baglog jamur yaitu kapur, bekatul serta gips atau CaSO4 (Jazuri, 2013).

Lebih  lanjut ditambahkan  oleh Jazuri (2013), penambahan kapur sebagai sumber kalsium dan berguna untuk mengatur tingkat kemasaman media.Kandungan kalsium dan karbon sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan  jamur dan sebagai penyumbang nutrisi pada saat jamur dikonsumsi.Penggunaan bekatul dimaksudkan sebagai sumber karbohidrat, karbon (C) dan nitrogen (N).Selain itu  vitamin B1 dan B2 juga terkandung didalamnya. Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan harus yang masih baru dan belum bau tengik. Cahayana  dkk (1999) menerangkan bahwa kapur tohor berguna untuk mengatur pH media tanam jamur agar mendekati netral atau basa, selain itu untuk menigkatkan mineral yang diperlukan jamur untuk pertumbuhannya. Gipsum digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media.

Sebelum  media siap  digunakan, diperlukan  adanya beberapa perlakuan. Perlakuan awal setelah mencampur berbagai bahan baku penyusun, selanjutnya  yaitu membiarkan campuran tersebut selama 7-10 hari, hal ini penting untuk menguapkan amoniak. Perlakuan selanjutnya adalah mensterilisasikan media tanam tersebut dengan suhu 85˚C dan dengan tekanan 2-3 atmosfir selama 48 jam. Tujuan sterilisasi adalah untuk  mencegah tumbuhnya jamur liar (jamur kontaminan) atau mikroba lain yang tidak diharapkan pertumbuhannya

Tujuan  pengomposan  bahan adalah  untuk menguraikan  senyawa-senyawa kompleks  dan bahan-bahan dengan bantuan  mikroba sehingga diperoleh senyawasenyawa  yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna  oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur  akan lebih baik (Cahayana dkk, 1999). Namun pada proses pengomposan terjadi proses dekomposisi terhadap bahan organik melalui proses  biokomia sehingga menyebabkan berkurangnya bahan organik dan mengakibatkan menigkatnya kadar abu, sehingga hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengomposan tidak menjamin kenaikan nilai pakan berserat tinggi.

Serat  yang didegradasi  oleh jamur menjadi  karbohidrat kemudian dapat digunakan  untuk sintesis protein. Air berfungsi  sebagai pembentuk kelembapan dan sumber  air bagi pertumbuhan jamur.Dedak dan kapur  merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus sp. Dedak ditambahkan pada media untuk  meningkatkan nutrisi media tanam, terutama  sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.Kapur merupakan sumber  kalsium bagi pertumbuhan jamur (Vogel, 1985).

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di  dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Nitrogen adalah komponen utama  dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein, protein adalah zat yang sangat kita butuhkan dalam pertumbuhan. Nitrogen juga hadir  di basis pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang nantinya membawa hereditas. Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer(78%) gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada  bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu fiksasi nitrogen, mineralisasi,  nitrifikasi, denitrifikasi. Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman menyerap N sebagian besar dalam bentuk ion NO3 -dan NH 4+, sedikit urea melalui daun  dan sedikit asam amino larut dalam air (Miftahudin, 2008).

Hal  ini sesuai  dengan Garraway  dan Evans (1984),  yang menyatakan bahwa  dalam pertumbuhannya jamur mempergunakan karbon serta nitrogen untuk komponen sel tubuh, sehingga semakin  padat konsesntrasi miselium akibat pertumbuhan jamur makin banyak nitrogen tubuh (protein murni).Peningkatan  kandungan protein murni dalam biomassa yang sejalan dengan pertumbuhan jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Kandungan  protein pada media bekas penanaman jamur tiram dapat meningkat sampai 22,4% sebagai akibat dari meningkatnya kandungan asam-asam amino pada substrat tersebut.

Hal ini sesuai dengan  pendapat Yuliastuti dan Adhi (2003) yang  menyatakan bahwa jamur merupakan sumber mineral yang baik, kandungan mineral utama yang tertinggi adalah kalium (K),  kemudian fosfor (P), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Mg mencapai  56-70% dari total abu, dengan kandungan kalium sangat tinggi mencapai 45%.

 

KESIMPULAN

 

  1. Tahapan dalam budidaya jamur merang adalah mempersiapkan alat dan bahan, melakuakan isolasi bibit, membuat baglog, menginokulasikan baglog dengan bibit, dan pemeliharaan.
  2. Jamur tiram embutuhkan nutrisi yang berbeda untu pertumbuhan vegetative dan generative.

DAFTAR PUSTAKA

Brock,  T. D., and  T. M. Michael.    1991.Biology of microorganisms.  New York, Prentice Hall

Chang, S.T. dan P.G Miles. 1989. Edible Mushrooms and Their Cultivation. Florida, CRC Press, Inc.

Cahyana,Y.A.,  Muchrodji dan M.  Bakrun. 1999. Jamur  Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Djarijah  NM & Djarijah  AS. 2001. Jamur  Tiram Pembibitan Pemeliharaan  dan Pengendalian Hama-Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Garraway,  M.D. and R.C.  Evans.1984.Fungal  Nutrition & Physiology.  John Wiley & Sons, Singapore.

Husen, S., U. Santoso,  dan T. Wahyudi. 2002. Pengaruh Macam Serbuk Gergaji Terhadap Produksi dan Kandungan Nutrisi Tiga Jenis Jamur Kayu. Jurnal Tropika. 10: 79-86.

Jazuri,  2013. Budidaya  Jamur Kuping. http://doublejspizzeria.com/tag/budidayajamur- kuping/. Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.

Miftahudin, 2008.Fisiologi Tumbuhan Dasar.  Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB.

Rachmat, B. 2000. Dasar-Dasar Pembuatan Bibit Jamur. Bandung, Bal Publication

Sumiati,  E., E. Suryaningsih,  dan Puspitasari. 2005. Perbaikan  Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus  Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. J. Hort 16: 96-17.

Vogel,  1985. Analisis  Anorganik Kuantitatif  Mineral Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Yuliastuti  dan S. Adhi.  2003. Studi Kandungan  Nutrisi Limbah Media Tanam Jamur Tiram Putih Untuk Pakan Ternak.http://www.ut.ac.id/ html/ jmst/ jurnal_2003.1/Eko_Yuliastuti_ES/Studi_Kandungan_Nutrisi_Limbah_Media_Tanam.HT ML Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.

Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.