Laporan Praktikum

Laporan Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara IV: Substrat Pertumbuhan Jamur

Posted by miftachurohman on July 17, 2018
Laporan Praktikum, Mikologi Pertanian / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA  IV

SUBSTRAT PERTUMBUHAN JAMUR

Disusun oleh :
Miftachurohman
12969

Asisten :
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri

 

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

 

 

TUJUAN

 

    1. Mengetahui beberapa macam subtract pertumbuhan jamur\
    2. Mengetahui beberapa jamur yang dapat tumbuh dalam substrat tersebut

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari organisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme (Purves and Sadava, 2003).

Kapang memiliki  kemampuan mengurai  aneka substrat organik di alam. Amylomyces rouxii, Aspergillus oryzae, A. awamori, Rhizopus oryzae merupakan penghasil α-amilase dan glukoamilase yang  terbaik (Gandjar dkk., 2006). Menurut Suhartono (1989), kapang Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae merupakan kapang penghasil amilase, glukoamilase, protease, laktase, katalase, glukosa oksidase, lipase, selulase, hemiselulase dan pectinase. Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes,  sub-divisi Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Reed, 1966).

Mikroba memerlukan nutrient dengan komposisi tertentu untuk tumbuh  dan membelah diri, komposisi nutrient untuk pertumbuhan mikroba berbeda bagi mikroba yang berbeda. untuk kapang berfilamen, rata-rata  mengandung 10-25% protein, 1-3% asam nukleat, 20-50% lipida (% berat kering). Sejumlah mineral dan unsur hara terdapat di dalam tubuh mikroba untuk menjalankan fungsi khusus; K, Ca, Mg, Fe, Co,  Zn dan Mo. Dengan sendiriya kandungan kimiawi ini mempengaruhi kebutuhan nutrient untuk menunjang penggandaan sel dan pertumbuhannya (Suhartono, 1989).

Substrat  merupakan sumber  nutrien utama bagi  fungi. Nutrien-nutrien  baru dapat dimanfaatkan  sesudah fungi mengeksresi enzim-enzim  ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Pertumbuhan  kapang mengikuti pola pertumbuhan mikroorganisme pada umumnya, yaitu diawali dengan fase adaptasi. Pada fase adaptasi, mikroba akan  menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan disekitarnya. Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh medium dan lingkungan pertumbuhan (Gandjar, dkk., 2006).

METODE PRAKTIKUM

 

Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara 4 yang berjudul “Substrat Pertumbuhan Jamur” dilaksanakan pada hari Senin 20 April 2015 di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, pinset, sil, kertas penutup. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air steril, PDA, asam laktat 25%, air kolam, air selokan, tanah, kotoran kuda, domba, kambing, kelinci, dan rusa, roti tawar, telur ikan, sorgum, lalat mati.

Cara kerja dari praktikum ini adalah:

  1. Substrat pertumbuhan air
    Lalat mati dimasukan ke dalam cawan petri yang telah diberi air selokan atau air kolam dan diinkubasikan selama 3 hari. Pada saat lalat tersebut sudah menunjukkan pertumbuhan jamur, maka dipindahkan ke cawan petri yang telah diisi dengan air steril dan diinkubasikan selama 4 hari. Kemudian diamati struktur jamur yang tumbuh pada lalat mati tersebut.
  2. Substrat pertumbuhan air
    Sorgum direbus hingga lunak dan pecah bijinya. Kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi air kolan atau air selokan dan diinkubasikan. Setelah sorgum tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan jamur, maka dipindahkan ke cawan petri yang telah diisi dengan air steril dan diinkubasikan. Setelah itu diamati struktur jamur yang tumbuh pada biji sorgum tersebut.
  3. Substrat pertumbuhan air
    Telur ikan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diisi dengan air kolam atau air selokan sebanyak 2 butir dan diinkubasikan. Pada saat jamur sudah muncul, maka telur dipindahkan ke cawan petri yang telah diisi dengan air steril dan diinkubasikan selama 6 hari. Kemudian diamati struktur jamur yang muncul pada telur ikan tersebut.
  4. Substrat pertumbuhan tanah
    Tanah ditaburkan di atas medium PDA dan diinkubasikan selama satu minggu. Setelah itu diamati struktur jamur yang tumbuh pada medium PDA tersebut.
  5. Substrat pertumbuhan roti tawar
    Roti tawar dipotong-potong dan diletakkan dalam cawan petri yang telah dibasahi dengan air steril. Kemudian diinkubasikan selama  hari dan diamati struktur jamur yang tumbuh pada roti tawar tersebut.
  6. Substrat pertumbuhan kotoran hewan
    Berbagai kotoran ternak seperti kotoran kuda, kambing, domba, rusa, dank kelinci diletakkan di cawan petri yang telah dialasi dengan kertas saring yang dibasahi. Kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas dan pada bagian tengah kertas pembungkus dilubangi. Setelah itu diinkubasikan selama 7 hari dan diamati struktur jamur yang tumbuh pada kotoran hewan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jamur pada kotoran kelinci (Pilobolus sp.)

 

Salah satu target jamur yang dicari adalah Pilobolus sp. yang hidup di kotoran hewan herbivora. Sampel kotoran yang digunakan adalah kelinci. Dari hasil pengamatan di mikroskop dapat diketahui bahwa terdapat rangkaian hifa berwarna hialin. Sementara itu jika diamati dengan secara langsung, diatas kotoran terdapat jamur yang tumbuh berwarna keabu-abuan. Dari hasil identifikasi dimungkinkan jamur tersebut adalah Pilobolus sp.Gambar 1. Jamur yang muncul pada kotoran kelinci

Siklus hidup pilobolus dimulai dari spora hitam yang menempel pada tanaman seperti rumput-rumputan. Hewan herbivora seperti kelinci memakan rumput, dan juga spora jamur yang menempel tersebut. Sporangium dapat bertahan di gastrointestinal tanpa mengalami perkecambahan. Setelah keluar(tinja) dari inang, sporangium mengalami perkecambahan dan tumbuh (Anonim, 2013).

Sporangiofor dari pilobolus berbentuk batang transparan dan menjulang diatas tinja, dengan bagian subsporangial vesikel berbentuk seperti balon. Diujungnya, tumbuh sporangium berwarna hitam. Sporangiofor mempunyai kemampuan untuk menghadap kea rah cahaya. Gelembung subsporangial berbentuk seperti lenca, memfokuskan cahaya melalui karotenoid dan menyimpanya didekat gelembung. Sporangiofor yang mengalami perkembangan tumbuh seperti sporangium dewasa menuju kea rah cahaya (Anonim, 2013).

 

Jamur pada air selokan (Saprolegnia sp.)

 

Pada media air selokan, digunakan telur ikan gurame untuk menumbuhkan jamur target. Jamur target tersebut adalah Saprolegnia sp. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa telur gurame tersebut terinfeksi jamur Saprolegnia sp. Setelah diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop, terdapat hifa-hifa jamur. Jamur tersebut dimungkinkan Saprolegnia sp. Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa jamur yang ditemukan mirip dengan reverensi.Gambar 2. Jamur yang muncul pada media air kolam (Telur)

Klasifikasi Saprolegnia sp. Mayer (2005) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protista
Phylum : Heterkonta
Class : Oomycetes
Ordo   : Saprolegniales
Family   : Saprolegniaceae
Genus    : Saprolegnia
Spesies   : Saprolegnia sp

Saprolegniasis adalah penyakit jamur telur ikan yang sering disebabkan oleh spesies  Saprolegnia sp atau biasa disebut “cendawan air atau water  mould” (Mayer, 2005).  Jamur Saprolegnia  bersifat saprofit oportunistik  yang menyerang pada ikan dengan  sistem imun menurun, mengalami luka fisik, stress, infeksi  dan merusak hingga ke jaringan yang sehat Kualitas air yang  buruk (misalnya air dengan sirkulasi rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau amonia yang tinggi, kandungan organik tinggi) umum  juga dikaitkan dengan kehadiran Saprolegnia (Sembiring, 2012).

Saprolegnia  sp. memiliki bentuk seperti benang halus dan berwarna putih atau kadang  agak kecoklatan, menonjol dan bundar, umumnya berdiameter 20 μm memiliki  hifa berukuran besar yaitu 7–40 μm. Hifa Saprolegnia berbentuk transparan (hialin),  tidak mempunyai sekat pemisah (septa) tetapi bercabang banyak menjadi miselium, inilah  yang menyerang jaringan ikan (Ratnaningtyas, 2013).

Hifa  Saprolegnia  sp.  berkoloni  pada telur yang telah mati, menghasilkan miselia  kusut yang berlebih sehingga mengakibatkan matinya  telur hidup yang berada di sekitar telur mati tersebut.  Hifa Saprolegnia  sp.  akan menghalangi  masuknya air yang  mengandung oksigen dalam  telur, sehingga mengganggu pernapasan  telur ikan (Wahyuningsih, 2006). Saprolegnia  memiliki miselium yang bercabang, hifa yang menembus  substratum dari inang lebih tipis disebut sebagai hifa  rhizoidal  sedangkan  hifa eksternal  tumbuhnya relatif  tebal, dinding hifa  terdiri dari selulosa  sehingga dapat mengeras  dan bercabang serta unit reproduksi seperti tipe spora yang dihasilkannya. Spora reproduksi pada jamur dapat dihasilkan secara seksual dan aseksual (Mayer, 2005).

Menurut  Hussein and  Hatai (2002),  Saprolegniasis adalah  salah satu masalah infeksi  jamur sebagian besar ditemukan  di air tawar namun juga dapat ditemukan hidup di air payau. Saprolegniasis merupakan penyakit pada ikan dan telur  ikan yang umumnya disebabkan oleh jamur Saprolegnia disebut “water molds”  (Mayer,  2005). Saprolegnia tumbuh  pada temperatur antara 32-95 F  (0-35 C) tetapi temperatur optimum adalah 59-86 F (15-30 C) (Ratnanigtyas, 2013). Penyakit jamur ini dapat menyebabkan luka pada ikan dan dapat menyebar pada jaringan sehat (Klinger and Francis, 1996).

Tindakan  pencegahan  dan pengobatan terhadap serangan jamur  Saprolegnia sp. sering menggunakan senyawa  sintetik yang telah terbukti efektifitasnya sebagai  anti jamur sehingga kualitas telur dapat meningkat Senyawa  sintetik yang sering digunakan antara lain Methylene blue,  Malachite green,  formalin maupun  povidone-iodine  (Betadine).  Namun dipihak  lain, pemakaian  bahan kimia dan anti biotik  secara terus-menerus dengan konsentrasi yang  tidak tepat, akan menimbulkan masalah baru yaitu  meningkatkan resistensi parasit terhadap senyawa sintetik  tersebut. Selain itu, masalah lainnya adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan manusia ( Ghofur dkk., 2014).


Pada substrat air yang di tambahi dengan sorghum dan lalat, tidak ditemukan adanya jamur yang tumbuh. Jamur tidak tumbuh pada campuran substrat tersebut dimungkinkan karena kondisi substrat yang tidak sesuai untuk pertumbuhan jamur. Seharusnya jamur dapat tumbuh pada substrat ini, hal ini karena sorghum dan lalat mengandung nutrisi yang dapat ditumbuhi dan dirombak oleh jamur.Gambar 3. Jamur yang muncul pada air kolam (Sorghum dan Lalat)

Jamur pada roti (Aspergilus sp.)

Gambar 4. Jamur yang muncul pada roti

Aspergillus sp. berasal dari ordo Hypomycetes. Aspergillus sp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor. Aspergillus sp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali. Salah satu contoh jamur ini adalah Aspergillus orizae yang digunakan untuk pembuatan tempe dan Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoxin, zat karsinogenik terkuat yang pernah ditemukan (Robinson, 2001).

Secara mikroskopis, jamur Aspergillus sp. warna hifa hialin, konidiofor sederhana dan hialin. Spora (konidium) berwarna hitam. Jamur ini tumbuh sebagai saproba pada berbagai macam bahan organik, seperti roti,olahan daging, butiran padi, kacangkacangan, makanan dari beras atau ketan,dan kayu. Jamur ini dapat bertahan hidup dalam keadaan asam, kandungan gula tinggi, atau kadar garam tinggi, pada keadaan itu bakteri terhambat pertumbuhannya. Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin, suatu senyawa racun yang diduga menyebabkan kanker hati. Jamur ini dapat dijumpai pada kacang tanah atau produkmakanan yang terbuat dari kacang tanah. Oleh karenanya, hindarilah mengkonsumsi kacang tanah yang sudah tidak segar atau produk makanan dari kacang tanah yang permukaannya mulai berubah warna(Fawzy, 2011).

 

KESIMPULAN

 

  1. Jamur dapat ditemukan hidup dalam berbagai substrat, diantaranya adalah di kotoran herbivora. Air, dan roti.
  2. Jamur yang tumbuh di substrat tersebut diantaranya adalah Pilobolus sp., Saprolegnia sp., dan Asprgilus sp.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pilobolus. http://eol.org/pages/38244/details Diakses tanggal 10 Mei 2015.

Fawzy,G. 2011. In Vitro antimicrobial and anti-tumor activities of intracellular and extracellular extracts of Aspergillus niger and Aspergilus flavus var. columinaris. J. Pharm 3:980-987.

Gandjar, I.,  Robert, A. Karin,  V. T. V. Ariyanti,  O. Iman, S. 1999. Pengenalan  Kapang Tropik  Umum. Yayasan  Obor Indonesia. Jakarta. Indonesia.

Ghofur, M. M. Sugihartono., R. Thomas. 2014. Efektifitas pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle. L) terhadap penetasan telur ikan gurami (Osphronemus gouramy. Lac). Jurnal ilmiah Universitas Batanghari Jambi 14: 37-44.

Hussein,  M.A and K.  Hatai. 2002. Pathogenicty  of saprolegnia species associated with outbreaks of  salmonids saprolegniasis in Japan. Division  of Fsh Disease. Faculty of Veterinary  Medicine. Cairo  University. Beni- Suef Branch. Fisheries Science 68 : 1067- 1072.

Klinger,  R.E and F.R.  Francis. 1996. Fungal  Disease of Fish. http://hammock.ifas.ufl.edn. Diakses tangga 10 Mei 2015.

Maria, J., M. Eloy., M. Lizana and Javier. 2007. Another species responsible for the emergent disease Saprolegnia infections in amphibians. FEMS Microbial -:23-29

Mayer, K. 2005. Saprolegnia : There’s a fungus among us. OSU Departement of  Fisheries and Wildlife. http://hmsc.oregonstate.edu/classes/MB492/saproke  nt/saprolegnia.Diakses tanggal 10 Mei 2015.

Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.

Ratnaningtyas,  A. 2013. Uji Aktivitas  Antifungi Ekstrak Rimpang  Kencur (Kaemferia   galanga  L.)  terhadap Saprolegnia sp  secara in vitro. Program  Studi Budidaya Perairan. Fakultas  Perikanan dan  Kelautan. Universitas  Airlangga, Surabaya.

Reed, G. 1966. Enzyme in Food Processing, Academic Press. New York.

Robinson, Richard. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference, USA.

Suhartono, Maggy T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. IUC-Bank Dunia XVII. Bogor.

Sembiring,  A. 2012. Kemampuan  Bakteri Antagonistik dalam  Menghadapi Infeksi Saprolegnia sp.  pada Ikan Nila (Oreochromis  niloticus).  Departemen  Biologi. Fakultas   Matematika  dan Ilmu Pengetahuan  Alam. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wahyuningsih,  S.P.A. 2006. Penggunaan  Formalin untuk Pengendalian  Saprolegniasis pada Telur  Ikan Nila  Merah (Oreochromis sp.).  Laboratorium Biologi  Reproduksi. Jurusan Biologi  FMIPA. Universitas  Airlangga, Surabaya.

Tags: , ,

Laporan Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara VI: Klasifikasi Jamur Kelas Deuteromycetes

Posted by miftachurohman on July 10, 2018
Laporan Praktikum, Mikologi Pertanian / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
P
ENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA VI

KLASIFIKASI JAMUR KELAS DEUTEROMYCETES

Disusun oleh:
Miftachurohman
12818

Asisten
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri

 

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

 

TUJUAN

  1. Mengetahui jenis jamur dari kelas Deuteromycetes.
  2. Mengetahui perbedaan morfologi secara mikroskopik jamur dari kelas Deuteromycetes.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi jamur merupakan pengaturan fungi ke dalam grup (takson) tertentu. Sedangkan identifikasi adalah proses penentuan suatu isolat termasuk dalam takson tertentu. Proses identifikasi dapat dilakukan apabila karakterkarakter isolat fungi diketahui. Karakter yaitu atribut/ciri organisme yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perbandingan dengan organisme lain. Tipe karakter dapat ditinjau dari segi morfologi, anatomi, ultrastruktur, biokimia, sekuensi asam nukleat.Karakter morfologi misalnya bentuk, ukuran, dan warna thalus, struktur produser spora.Pengamatan makroskopik dan mikroskopik isolat fungi dapat dilakukan dan perlu diketahui medium yang digunakan untuk menumbuhkan fungi, umur isolat, maupun suhu inkubasi (Deacon, 1997).

Kelompok deuteromycota meliputi jenis jamur yang belum diketahui cara perkembangbiakan generatifnya, sehingga jamur tersebut tidak dapat dimasukan kedalam kelas-kelas jamur sebelumnya. Oleh karena itu kelompok ini disebut kelompok jamur tidak sempurna (jamur imperfecti). Jamur Deuteromycota bersifat saprofit dibanyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi , dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur Deuteromycota juga menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis (kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu (Anonim, 2015).

Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna karena tidak memiliki fase seksual yang jelas. Morfologi khas dari kelas ini adalah struktur reproduksi berupa konidia. Sebagian dari kelompok fungi ini adalah merupakan stadium anamorf dari kelas Ascomycetes atau Basidiomycetes. Fungi ini banyak terdapat di alam pada berbagai medium seperti makanan, tumbuhan, minuman, permukaan gelas bahkan juga logam. Deuteromycetes dapat tumbuh secara optimum pada suhu 29 – 32oC (Alexopoulos & Mims, 1979).

Jamur adalah sebuah eukariota yang mencerna makanan secara eksternal dan menyerap nutrisi langsung melalui dinding sel-nya. Kebanyakan jamur berkembang biak dengan spora dan memiliki tubuh (talus) yang terdiri dari sel-sel tubular mikroskopis yang disebut hifa. Jamur yang heterotrof dan, seperti binatang, mendapatkan karbon dan energi dari organisme lain. Beberapa jamur mendapatkan nutrisi mereka dari host hidup (tanaman atau hewan) dan disebut biotrophs; lain mendapatkan nutrisi dari tanaman mati atau hewan dan disebut bokep kerajaan saprotrophs (saprophytes, saprob). Beberapa jamur menginfeksi host tamu, tapi membunuh sel inang untuk mendapatkan nutrisi mereka; ini disebut necrotrophs. Jamur pernah dianggap sebagai anggota primitif kerajaan tanaman, hanya sedikit lebih maju dari bakteri (Parfrey et al, 2011).

Kebanyakan jamur berhubungan dengan tanaman yang berada pada kerajaan saprotrophs dan pengurai. Jamur ini memecah bahan organik dari semua jenis, termasuk kayu dan jenis lain dari bahan tanaman. Kayu terdiri terutama dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lignin merupakan polimer kompleks yang sangat tahan terhadap degradasi, dan encrusts lebih mudah mengalami degradasi selulosa dan hemiselulosa. Jamur adalah di antara beberapa organisme yang efektif dapat memecah kayu, dan jatuh ke dalam dua jenis utama-coklat dan putih membusuk jamur. Jamur busuk putih lebih umum daripada coklat busuk jamur; jamur ini menurunkan selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada tingkat kira-kira sama. Kayu membusuk pucat dalam warna, ringan, dan memiliki tekstur benang (Blackwell, 2011).

METODOLOGI PRAKTIKUM

Praktikum Pengantar Mikologi Pertanina Acara VI yang berjudul “Klasifikasi Jamur Kelas Deuteromycetes” dilaksanakan pada hari Senin 18 Mei 2015 di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Bahan yang digunakan adalah preparat awetan jamur yaitu Fusarium sp, Pyricularia sp, Nigrospora sp, Curvularia sp, Cercospora sp, Helminthosporium sp, Alternaria sp, Diplodia sp, Pestalotia sp, Thielaviopsis sp dan Aspergillus sp. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop, kamera, alat tulis, dan optilab.

Cara kerja pada praktikum ini adalah diamati dan digambar hifa bersekat dari jamur kelas Deuteromycetes.  Amati dan digambar juga bentuk konidium dari masing – masing preparat awetan. Dokumentasikan gambar konidium dengan menggunakan mikroskop yang terhubung dengan opti lab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penicillium sp.

 

Sumber : www.proprofs.com                        Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 40x).

Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Dinding spora relativ impermeable tetapi zat pewarna dapat dibuat menembusnya dengan pemanasan preparat. Sifat impermeable ini juga bisa menghambat dekolorisasi spora pada tahap pemberian alkohol yang biasanya cukup untuk dekolorisasi sel vegetative. Bentuk dan warna spora ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi jamur. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).

Hifa dari spesies ini bersepta dan miseliumnya muncul di atas permukaan berasal dari hifa di bawah permukaan. Penicillium sp. diklasifikasikan sebagai deuteromycetes meskipun tingkat pembentukkan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies. Jamur ini mempunyai kepala konidium. Miselium berinti empat bercabang-cabang kerp kali diduduki oleh sejumlah besar penampang konidium yang terbentuk sendiri-sendiri diatas hifa dimana didalamnya terbentuk satu sel hifa, sel kaki bercabang dan membentuk hifa tegak lurus (Purves dan Sadava, 2003).

Cercospora sp

Sumber : labscorner.org                    Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 10x).

Cercospora adalah genus dari jamur askomisetes. Sebagian besar spesies tidak memiliki tahap seksual yang diketahui, dan ketika tahap seksual diidentifikasi, itu adalah di genus Mycosphaerella. Sebagian besar spesies genus ini menyebabkan penyakit tanaman, dan bercak daun. Jamur ini adalah genus relatif yang baik-dipelajari jamur tetapi ada spesies yang tak terhitung jumlahnya belum dijelaskan, dan masih banyak belajar tentang yang paling terkenal dari spesiesini. ifat yang khas bagi Ascomycota adalah pembentukan askospora sebagai hasil dari plasmogami, kariogami, dan meosis, karena itu askopora bersifat haploid. Askospora dibentuk dalam satu kantong yang disebut askus, sedangkan askus dibentuk di dalam badan buah yang disebut askokarp, yang bentuknya bermacam-macam (Triharso, 2004). Hifa pada umumya bersepta dan terdiri dari sel berinti tunggal. Terdapat haustoria di dalam bentuk penyakit tepung atau jamur jelaga. Beberapa sel hifa dipisahkan dengan umur dan membentuk konidia atau dindinya menjadi tebal dan membentuk klamidospora. Dalam beberapa Ascomycetes miselia mengalami agregasi ke dalam massa yang kompak dan disebut sklerotia atau stomata. Dalam tingakt ini jamur mampu bertahan dalam waktu lama dengan kondisi yang tidak cocok. Dalam beberapa spesies obligat hifa mempertahankan diri dalam ranting atau kuncup dan miseliumnya adalah perennial (Djafaruddin, 2008).

Curvularia sp.

Sumber : show.wnmu.edu      Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).

Konidiofor terbentuk tunggal atau berkelompok, tampak sederhana atau bercabang, lurus atau merunduk, berwarna coklat dan mendekati ujung menjadi coklat muda. Konidiofor dekat basis memiliki ukuran panjang 650 µm dan lebar 5 – 9 µm. Konidia bersepta 3, membengkok pada sel ke tiga yang lebih lebar dan berwarna lebih coklat dari pada sel yang lain, berdinding tipis dan berukunan (20-30) x (9-15) µm. Bersifat heterotalik, askomata terbentuk sesudah perkawinan dari hifa, pada stromata terbentuk kolumnar, pematangan setelah 20 hari. Askomata berwarna hitam, dan memiliki tinggi 410-700 µm. Askus berbentuk silindris atau gada dan bertunika tunggal. Askospora terletak meliuk dalam askus, berbentuk filiform dan agak meruncing pada ujungnya, bening, bersepta 6-15, dan berukuran (130-270) x (3,8-6,5) µm. Habitat: banyak ditemukan di daerah tropis terutama pada tumbuh-tumbuhan, telah diisolasi dari sawah, tanah hutan, lumpur hutan bakau, serasah dan bahan organik yang mengandung keratin, selulosa dan lain-lain. Suhu pertumbuhan yang optimal antara 24º-30ºC. Dapat hidup selama 2 tahun pada tanah dalam bentuk sklerotia (Gandjar, 1999). Curvularia sp dapat dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap beberapa patogen tanaman dalam tanah dan dapat mengoksidasi mangan.

Pestalotia sp

Sumber : forestpests.org    Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).

Jamur ini memiliki konidium berbentuk kumparan, bersekat 4, mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 µm (Gambar 6). Merupakan parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur (konidium) dipencarkan oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh percikan air dan serangga (Semangun, 2008). Konidia berukuran 84.6-96.8 µm x 26.7-33.5 µm dan terdiri atas lima sel yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang agak membentuk lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel tengah (sel urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran paling lebar dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau sel basal (sel kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 µm, posisinya agak melengkung; setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin terletak di ujung sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 18,1-22,7 µm. Semua bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel basal, dan setula mudah berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama (lebih dari 6 bulan) (Sutarman, et al., 2001).

Nigrospora sp                       

Sumber : caltexmoldservices.com  Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Cendawan Nigrospora sp merupakan patogen tanaman, terutama dari kelompok tanaman graminae terutama jagung dan rumput-rumputan. Penyakit Nigrospora yang menyerang gandum disebabkan oleh Nigrospora panici Zimm.Sekam yang terinfeksi berwarna keabu-abuan, jika diperhatikan lebih jelas tampak terdapat titik-titik hitam yang halus sekali.Titik-titik ini adalah spora cendawan.Cendawan membentuk konidium bulat atau agak jorong, berwarna hitam gelap, dan berdiameter 22-30 µm. Cendawan terutama berkembang di bawah mulut kulit.Dari mulut kulit ini keluar konidiofor yang pendek, sedikit mengembung, kelabu gelap, terdiri dari 2-3 sel, mendukung satu konidium.Konidiofor mempunyai ujung runcing yang dikelilingi oleh cincin yang tidak berwarna. Beberapa penelitian menyebut-kan bahwa cendawan Nigrospora sp merupakan patogen tanaman, terutama dari kelompok tanaman graminae terutama jagung dan rumput-rumputan (Lawrie 2011, Hesseltine and Bothast. 1977). Tetapi, hasil penelitian dari Budiprakoso menunjukkan cendawan Nigrospora sp yang diisolasi dari perakaran tanaman padi, dapat meng-induksi ketahanan tanaman padi ter-hadap wereng coklat, selain itu cenda-wan ini dapat meningkatkan perke-cambahan benih padi. Meskipun pada penelitian ini didapat cendawan Nigrospora sp, tetapi belum dilakukan pengujian terhadap cendawan tersebut tentang fungsi dan kegunaannya.

Fusarium sp.

Sumber : prgdb.crg.eu         Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Menurut Agrios (1996) klasifikasi jamur ini adalah sebagai berikut :

Divisio : Mycota

Sub Divisi : Deuteromycotina

Class : Hyphomycetes

Ordo : Hyphales

Famili : Tuberculariaceae

Genus : Fusarium

Morfologi F. oxysporum, yaitu koloninya tumbuh dengan cepat, mencapai diameter 4,5 (-6,5) cm dalam waktu empat hari pada suhu 25° C. Miselium permukaan jarang sampai berlimpah, berwarna putih atau krem muda, tetapi biasanya dengan warna ungu, lebih kuat pada permukaan agar stroma. Beberapa isolat mempunyai ciri bau aroma seperti bunga bungur, beberapa menghasilkan sporodokium dengan lendir oranye dari makrokonidiumnya (Soesanto, 2008). Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokhia terbentuk hanya pada beberapa strain. Koloni berwarna putih kekuningan hingga keunguan. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak dan membawa monofialid. Mikrokonidia bersepta 0 hingga 2, terbentuk lateral, pada fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang pendek. Umumnya terdapat dalam jumlah banyak sekali, terdiri dari aneka bentuk dan ukuran. Berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-12,0) x (2,2-3,5) µm. Khlamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semibulat dengan diameter 5,0-15 µm, terletak terminal atau interkalar, dan berpasangan atau tunggal (Gandjar et al., 1999)

Helminthosporium sp.   

Sumber : caltexmoldservices.com   Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Klasifikasi jamur Helminthosporium turcicum menurut Alexopoulus and Mims (1979) adalah :

Divisio : Amastigomyceta

Sub Divisio : Deuteromycotina

Kelas : Deuteromycetes

Sub Kelas : Hyphomycetidae

Ordo : Hyphales

Family : Dematiaceae

Genus : Helminthosporium

Jamur membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam kelompok, lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai 300 μm, tebal 7-11 μm, secara umum 8-9 μm. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9 sekat palsu, panjang 50-144 (115) μm, dan bagian yang paling lebar berukuran 18-33 μm, kebanyakan 20-24 μm. Konidium mempunyai hilum menonjol dengan jelas, yang merupakan ciri dari marga Drechslera. Jamur Helminthosporium turcicum dapat bertahan hidup pada tanaman jagung yang masih hidup, beberapa jenis rumput-rumputan termasuk sorgum, pada sisa-sisa tanaman jagung sakit, dan pada biji jagung. Konidium jamur ini disebarkan melalui angin. Di udara, konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun,1991).

Helminthosporium sp. adalah cendawan yang dapat menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman jagung di Indonesia. Cendawan ini merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman jagung. Pertumbuhan dan perkembangan cendawan ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Suhu optimum untuk perkecambahan konidia H. maydis sekitar 30oC, sedangkan untuk H. turcicum antara 20 – 26oC (Semangun,1991).

Alternaria sp.   

Sumber : toxipedia.org Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua memproduksi konidiofor pendek, sederhana, dan tegak yang dapat menopang konidia. Konidia dari dari Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang, multiselular, dan mempunyai sekat melintang dan membujur. Konidifor dari Alternaria. brassicae menghasilkan spora aseksual (konidia) dengan panjang rata-rata antara 160-200 μm. Sporulasi terjadi (in vitro) antara suhu 8 sampai 24 oC dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah 14 sampai 24 jam. Alternaria sp adalah jamur dematiaceous kosmopolitan (phaeoid) yangumumnya diisolasi dari tanaman, tanah, makanan, dan lingkungan udara dalam  ruangan. Produksi melamin seperti pigmen adalah salah satu karakteristik utama.Genus altenaria saat ini terdiri sekitar 50 spesies.Altenaria sp tumbuh pesat dalam waktu 5 hari.Koloni Altenaria sp datar, berbulu halus seperti kapas dan ditutupi oleh warna keabu-abuan, pendek, hifa di udara.Permukaan awalnya berwarna keabu-abuan yang kemudian mengelap dan menjadi hijau kehitaman atau coklat dengan perbatasan cahaya.Sisi sebaliknya berwarna coklat kehitaman karena produksi pigmen.Altenaria sp memiliki septate, hifa gelap.Konidiofor juga septate dan kadang-kadang berbentuk zig-zag. Konidiofor menyangga konidia yang besar dan bercabang  (8-16 x 23-50 µm) yang memiliki septra baik melintang maupun membujur. Konidia dapat diamati secara tunggal ataupun koloni dan dapat memproduksi hama penyakit. Konidia berbentuk bulat telur, berpigmen gelap, halus atau kasar (Kawle, 2012).

Trichoderma sp.   

Sumber : mycology.adelaide.edu.au   Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Klasifikasi jamur Trichoderma spp. menurut Alexopoulus (1979) adalah sebagai berikut ini :

Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycotina
Klas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma

Koloni Trichoderma berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Pada medium OA (200) semula berwarna hialin, keudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagia yang banyak terdapat konidia. Susunan sel Trichoderma bersel banyak berderet membentuk benang halus yang disebut dengan hifa. Hifa pada jamur ini berbentuk pipih, bersekat, dan bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Miseliumnya dapat tumbuh dengan cepat dan dapat memproduksi berjuta-juta spora, karena sifatnya inilah Trichoderma dikatakan memiliki daya kompetitif yang tinggi. Jamur Trichoderma memiliki bagian yang khas antara lain miselium berseptat, bercabang banyak, konidia spora berseptat dan cabang yang paling ujung berfungsi sebagai sterigma. Konidiofornya bercabang berbentuk verticillate. Pada bagian ujung konidiofornya tumbuh sel yang bentuknya menyerupai botol (fialida), sel ini dapat berbentuk tunggal maupun berkelompok. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval berwarna hijau cerah, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) µm, dan berdinding halus. Trichoderma berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk spora di ujung fialida atau cabang dari hifa (Gandjar et al, 1999). Trichoderma sp. merupakan jamur yang memiliki aktivitas sellulotik yang cukup tinggi, jamur ini memiliki enzim sellulase yang terdiri dari enzim eksoglukonase (β-1.4 glikanhidrolase), dan sellubiase (β-glukosidase). Trichoderma sp. adalah salah satu jamur yang mampu menghasilkan komponen enzim sellulase.

Diplodia sp.

Sumber : blog.sciencenet.cn   Sumber : Dokumentasi pribadi (Pperbesaran 10x).

Cendawan ini sebenarnya parasit lemah dan parasit luka.Spora (konidium bersel 2), berwarna gelap, dan berbentuk jorong.Infeksi terjadi melalui luka pada daun atau ranting.Cendawan ini juga dapat mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan peptin dan selulosa, sehingga menyebabkan pembusukan.Gejala dimulai dengan mengeringnya ujung daun sampai ke tangkai daun, daun menjadi kering dan rontok. Penyakit selanjutnya berkembang hingga ke ranting, ranting berkerut seperti kekurangan air dan gejala yang lebih lanjut dapat merontokkan semua daun yang paling ujung dan akhirnya seluruh ujung daun pada cabang akan rontok dan cabang pun akan mengering dan mati.

Graphium sp             

Sumber : mycology.adelaide.edu Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).

Genus Graphium ditandai dengan pembentukan synnemata yang terdiri dari kelompok yang lebih atau kurang kompak konidiofor tegak yang disemen bersama-sama, biasanya splaying dan bantalan konidia di puncak. Synnemata yang berpigmen gelap, tegak dan terjadi cluster soliter atau dalam. Konidia yang hialin, bersel 1, halus, subglobose untuk bulat telur dan biasanya dikumpulkan di kepala berlendir pada puncak synnemata tersebut. Koloni yang effuse, abu-abu, coklat atau hitam berwarna kuning langsat. Graphium adalah genus dari jamur dalam keluarga Microascaceae. Banyak spesies yang dikenal sebagai patogen tanaman. Graphium milik hyphomycetes kelompok dan memiliki sekitar 20 spesies yang berbeda. Hal ini dapat ditemukan di dalam tanah, sisa-sisa tanaman, substrat kayu, kotoran, air tercemar. Struktur bersporulasi dari Graphium bentuk synnema, yang merupakan pertemuan dari konidiofor menjadi semacam bunga buket. Graphium spp. diakui oleh khas, tegak, synnemata hitam mereka, masing-masing membawa satu, terminal, bola bersel satu, hialin konidia yang dihasilkan dari annellides. Tidak ada laporan penyakit akibat Graphium (Schoch et al, 2009).

Thiela viopsis 

Sumber : show.wnmu.edu       Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 10x).

Thielaviopsis adalah genus kecil jamur dalam urutan Microascales. Genus ini  mencakup beberapa patogen pertanian penting. Yang paling luas adalah T. basicola, agen penyebab beberapa penyakit busuk akar dari spesies tanaman ekonomis penting termasuk kapas dan berbagai sayuran. Kapas, Thielaviopsis busuk akar, juga dikenal sebagai hitam membusuk akar penyebab nekrosis akar dan pengerdilan tanaman panen. Jamur Thielaviopsis basicola (syn. Chalara elegans) adalah jamur penyebab penyakit hitam busuk akar.Jamur ini menginfeksi berbagai tanaman inang, termasuk tanamandari setidaknya 15 keluarga, dan dapat ditemukan di seluruh bagiandunia.Jamur ini menghasilkan lebih dari satu jenis spora. Spora ini dirangsang untuk berkecambah oleh senyawa yang dihasilkan olehakar, jika kondisi memungkinkan berkembang baik pada kondisi pH tanah antara 5 dan 8,5 dengansuhu tanah antara 55 dan 70 ° F. Jenuhtanah juga dapat meningkatkan penyakit, serta meningkatkanstres secara keseluruhan pada tanaman. Jamur dapat menyebardari akar yang terinfeksi ke akar sehat (Walker, 2008).

Sklerosium s. rolfsii 

Sumber : wiki.bugwood.org         Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).
Kingdom : Mycetaceae
Divisio : Mycopyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Mycelia Steril
Famili : Agonomycetaceae
Genus : Sclerotium
Spesies : Sclerotium rolfsii Sacc.

Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab jumlahnya akan bertambah dengan cepat (Rusmawati, 2002).Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang menyebabkan beberapa penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu serta rebah kecambah. Jamur Sclerotium rolfsii menyerang tanaman kacang tanah serta tanaman lain seperti kentang, tomat, kedelai, kubis-kubisan, bawang, seledri, jagung, selada, kapas, tembakau dan tanaman dari famili Cucurbitaceae. Agen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (soil borne) dan aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut sclerotia. Patogen ini pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan sub-tropik dan daerah-daerah Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara. Daerah ini mempunyai karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan pathogen

Pycnidium

Sumber : extension.umaine.edu     Sumber : Dokumentasi pribadi

Pycnidia adalah badan reproduksi yang melepaskan konidiospores-spora yang dihasilkan dari akhir atau samping filamen hifa khusus yang disebut konidia.Dalam bentuk pycnidia terlihat banyak seperti Perithecia. Badan reproduksi vegetatif penting untuk banyak lumut dan memiliki keuntungan dari penyebaran kedua pasangan pada saat yang sama. Tiga jenis utama dari reproduksi vegetatif yaitu Isidia, Soredia dan Lobulus.Lobulus yang lobus yang tumbuh di tepi talus lumut foliose hidup, datar dan putus dari talus karena angin atau distribusi air.Isidia ekstensi dari permukaan talus dan mungkin silinder, bulat, brachiate (bercabang) atau lobula (seperti lobus), 20-30% dari foliose dan fruticose lumut memiliki isidia.Isidia benar-benar sangat kecil dari bagian atas talus tersebut.Soredia adalah bundel kecil sel alga dalam hifa jala jamur.Tidak seperti Isidia, mereka tidak mengandung korteks. Sebaliknya mereka lebih mirip dengan porsi medulla dari talus dengan beberapa sel alga disertakan (Anonim, 2012).

KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:

  1. Jenis jamur dari kelas Deuteromycetes adalah Fusarium sp, Graphium  sp, Nigrospora sp, Curvularia sp, Cercospora sp, Helminthosporium sp, Alternaria sp, Diplodia sp, Pestalotia sp, Thielaviopsis sp dan Aspergillus sp.
  2. Perbedaan secara morfologi jamur dari kelas Deuteromycetes adalah dari hifa bersekat dan konidiumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. , 1 996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga.. UGM-Press, Yogyakarta.

Alexopoulus C.J. and Mims C.W. 1979. Introductory Micology. New York: John Wiley & Son’s.

Anonim. 2015. Ciri-ciri Deuteromycota (jamur tidak sempurna). http://budism a.net/2015/01/ciri -ciri-deuteromycota-jamur-tidak-sempurna.html. Diakses pada 24 Mei 2015.

Anonim, 2012. Lichen Reproductive Structures. <http://ww w.earthlife.ne t/lichens/repro ductio n.html>. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.

Blackwell, M .2011. The Fungi: million species. American Journal of Botany 98:426-438.

Djafaruddin. 2008. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Deacon, J.W. 1997.Modern Mycology.3rd ed. Blackwell Science. Berlin.

Gandjar, I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta, UI Press.

Kawle, V. 2012. Altenaria sp. <http://www.omcmicropg.com/2012/12/alternaria-sp.html>. Diakses pada tanggal 27 Mei 2015.

Lawrie N. 2011. Using The Fungus Nigrospora oryzae for the Biological Control of Giant Paramatta Grass. Leading the Search for Weed Solution. Australian Governmant.

Parfrey, L.W., D.J.G Lahr, A.H. Knoll, L.A. Katz.2011.Estimating the timing of early eukaryotic diversification with multigene molecular clocks.Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 108:13624-13629.

Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.

Rusmawati, K. Y. 2002. Pengaruh Solarisasi Tanah Terhadap Penyakit Tular Tanahdan Produksi Benih Kacang Tanah. http://www.balitbang.deptan.go.id . Diakses pada tanggal 27 Mei 2015.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian hayati Penyakit Tanaman Suplemen ke Gulma dan nematode. Rajawali-Press, Jakarta.

Schoch C.L; Sung G-H; López-Giráldez F. 2009. “The Ascomycota tree of life: A phylum-wide phylogeny clarifies the origin and evolution of fundamental reproductive and ecological traits”. Systematic Biology 58 (2): 224–3

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlidungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Walker, M. 2008. Black Root Rot: Thielaviopsis basicola. New York. Cornell University.

Tags: , , ,

Laporan Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara I: Arti penting Jamur dalam Kehidupan Manusia

Posted by miftachurohman on July 03, 2018
Mikologi Pertanian / 1 Comment

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA I

ARTI PENTING JAMUR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Disusun oleh:
Miftachurohman
12969

Asisten :
Rezki Ayu Dian Herawati
Rizka Awalia Putri

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

TUJUAN

Mengetahu berbagai macam jamur dalam kehidupan manusia

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari organisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida, adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Tetapi fungi mempunya penggunaan kitin yang berbeda dengan hewan. Hewan hanya memproduksi kitin pada bagian tertentu, misalnya sebagai rangka luar, rambut atau kuku, sementara fungi memiliki kitin sebagai pembentuk dinding pada seluruh selnya. Adanya kitin juga membantu membedakan antara fungi dan eukariota lain, seperti protista. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 4 filum, yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, and Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler.  (Purves dan Sadava, 2003).

Bagian dasar selular dari jamur digambarkan oleh hifa dan dinding sel mengandungchitin. Hifa mengandung nuklei, mitokondria, ribosom, golgi dan membran batas vesikel dengan membran plasma sebagai batas sitoplasma. Hifa tumbuh memanjang dengan pertumbuhan ujungnya, dan memperbanyak dengan membentuk cabang, sehingga terbentuk miselium. Hifa ada yang bersekat dan ada yang tidak bersekat. Struktur sub-selular didukung dan diorganisir oleh mikro tubules dan retikulum endoplasma (Anonim, 2006)

Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur mebentuk zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan secara visual maupun morfologis menjadi jantan ataupun betina, hanya dapat dibedakan menjadi tipe perkawinan berdasarkan struktur genetiknya. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid (Schooley, 1997).

METODOLOGI

Praktikum Pengantar Mikologi pertanian Acara 1 yang berjudul Arti Penting Jamur dalam kehidupan Manusia dilakukan pada hari Senin, 16 Maret 2015 di Laboratorium Klinik Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh jamur dari preparat segar, gambar jamur, dan alat tulis. Cara kerja dalam praktikum ini adalah preparat dan bahan segar jamur diamati, kemudian digambar dan diberi deskripsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jamur penghasil penisilin (Penicillium sp)

http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/kitzmann_step/Image8.jpg

Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).

Jamur ergot (Claviceps purpurea)

http://www.wildaboutbritain.co.uk/pictures/data/8/03_Ergot_-_Claviceps_purpurea.jpg

http://spa.fotolog.com/photo/58/39/6/esbozodecadaver/1233323352282_f.jpg

Claviceps purpurea merupakan jamur yang menyerang tanaman gandum, barley, oats, dan tanaman lain family Poaceae. Sebelum panen, biasanya jamur ini muncul dengan warna ungu gelap kehitaman dengan sclerotia terbentuk pada bagian ujung gandum. Sclerotium dari jamur ini memanjang, biasanya 1-4 kali lebih panjang dari biji yang terinfeksi. Struktur tersebut tersusun atas massa dari jaringan jamur. Jamur ini menyebar hamper di seluruh benua. Jamur ini mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang lembab. Suhu dingin diperlukan oleh jamur ini untuk germinasi. Biasanya membutuhkan suhu 0-10C. (Anonim, 2012).

Selain itu, jamur ini juga menjadi parasite pada rumput-rumputan. C. purpurea menginfeksi bunga gandum yang masih muda. Ergot (Claviceps purpurea) adalah jamur dengan sclerotina (tubuh buah) yang menghasilkan lebih dari 20 alkaloid indol. Ini tumbuh di rye dan tanaman sereal lainnya. Ergotism merupakan respon beracun untuk menelan ergot-terkontaminasi biji-bijian, dan memanifestasikan baik sebagai kejang yang menyakitkan dari otot-otot ekstremitas menyebabkan epilepsi seperti kejang-kejang . atau sebagai muntah dan diare yang mengarah ke gangren jari-jari kaki dan jari-jari. Kedua sindrom dapat menyebabkan kematian. Ergotamine menyempitkan pembuluh darah perifer dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini digunakan dalam pengobatan sakit kepala migraine(Anonim, 2012).

Jamur penghasil toksin(Aspergillus sp.)

http://www.apsnet.org/publications/imageresources/PublishingImages/1998/peant074.jpg

http://www.pfdb.net/photo/mirhendi_h/box020909/wide/a_flavus_g.jpg

http://www.mycology.adelaide.edu.au/images/flav2.gif

Aspergillus sp. berasal dari ordo Hypomycetes. Aspergillus sp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor. Aspergillus sp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali. Salah satu contoh jamur ini adalah Aspergillus orizae yang digunakan untuk pembuatan tempe dan Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoxin, zat karsinogenik terkuat yang pernah ditemukan (Robinson, 2001). Buah yang busuk mengeluarkan bau fermentasi (Semangun, 2004).

Secara mikroskopis, jamur Aspergillus sp. warna hifa hialin, konidiofor sederhana dan hialin. Spora (konidium) berwarna hitam. Jamur ini tumbuh sebagai saproba pada berbagai macam bahan organik, seperti roti,olahan daging, butiran padi, kacangkacangan, makanan dari beras atau ketan,dan kayu. Jamur ini dapat bertahan hidup dalam keadaan asam, kandungan gula tinggi, atau kadar garam tinggi, pada keadaan itu bakteri terhambat pertumbuhannya. Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin, suatu senyawa racun yang diduga menyebabkan kanker hati. Jamur ini dapat dijumpai pada kacang tanah atau produkmakanan yang terbuat dari kacang tanah. Oleh karenanya, hindarilah mengkonsumsi kacang tanah yang sudah tidak segar atau produk makanan dari kacang tanah yang permukaannya mulai berubah warna(Fawzy, 2011).

Jamur lingzhi ( )

http://www.first-nature.com/fungi/images/ganodermataceae/ganoderma-lucidum1.jpg

http://bioweb.uwlax.edu/bio203/2011/mestelle_zach/Ganoderma%20spores.JPG

Jamur  Ganoderma lucidum termasuk kingdom fungi, klas basidiomycetes, subklas holobasidiomycetes, seri hymenomycetes, ordo agaricales, famili polyporacea, genus  Ganodermadan spesies ini termasuk kedalam spesies Ganoderma lucidum(Alexopoulus, 1979). Dilihat dari sifat hidupnya, Ganoderma lucidum termasuk jamur saprofitik karena tumbuh pada batang mati atau serbuk gergaji kayu (Suriawiria, 2001). Jamur ini dikenal juga sebagai jamur pembusuk putih (white rot fungi) karena merupakan parasit penyebab busuknya batang kelapa sawit. Adanya enzim ekstraseluler yang dimiliki oleh Ganoderma lucidum menyebabkan jamur ini mampu merombak serat kasar terutama lignin dan selulosa dan menggunakannya sebagai energi untuk pertumbuhan (Vares dan Hatakka, 1997). Pada umumnya jamur yang berpotensi mendegradasi lignin termasuk kelompok mesofil yang hidup pada suhu antara 5-37 C dan optimum pada suhu 39-40 C (Febrina, 2002).

Ganoderma lucidum mempunyai kandungan senyawa aktif baik pada tubuh buah maupun pada miselium. Kandungan senyawa aktif ini bermanfaat untuk kesehatan kebugaran tubuh dan senyawa tersebut antara lain: polisakarida, adenosin, asam ganoderik, protein, triterpenoid, vitamin, elemen makro dan mikro, germanium organik, antikanker, antitumor, antikarsinogen dan zat pengatur tubuh (Sjabana, 2001).

Jamur shitake

http://martinwallphotography.com/main.php?g2_view=core.DownloadItem&g2_itemId=2129&g2_serialNumber=3

Jamur Shiitake atau jamur hioko dan sering ditulis sebagai jamur shitake adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di seluruh dunia, dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang. Shiitake secara harfiah berarti jamur dari pohon shii, karena batang pohonnya yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shitake(Anonim, 2013).

Tudung berdiameter 4 – 20 cm atau rata-rata 5 – 12 cm, bentuk cembung sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya, permukaan kering, berserat dengan kutikula yang bersisik dan berwarna pucat sampai cokelat kemerahan. Korteks putih atau kecoklatan dekat kutikula, padat berdaging, lebih lunak pada yang belum dewasa, rasa agak asam, tetapi enak, bau ringan dan agak keras dalam keadaan kering. Bilah berwarna keputihan, warna berubah menjadi cokelat kemerahan jika mengalami luka memar, dan berubah secara bertahap menjadi kecoklatan dengan bertambah umur, sering kali memisah, rapat, sedikit menggergaji sampai bergerigi. Tangkai panjang 3 – 5 cm, diameter 8 – 13 mm, hampir, hampir sama atau agak membesar sebagaian dasarnya, padat dan kuat, permukaan diseliputi cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina. Spora berukuran 5.5 – 6.5 x 3.0 – 3.5 mikron, subsilindrik, nonamiloid, polos dengan dinding tipis. Basidium mempunyai empat spora, tidak ada pleurosistidium. Trama dengan hifa berdinding  tebal (sampai 1,7 mikron), saling jalin menjalin. Hifa hialin (tidak berwarna), berdiameter 5 – 7 mikron, dan mempunyai sambungan apit(Anonim, 2013).

Di alam, jamur shiitake, dijumpai pada pohon dari famili fagaceae yang tumbang. Jamur ini hidup sebagai saprob, yaitu hidup dari bahan organik yang sudah mati. Jamur shitake merupakan tumbuhan yang kaya protein dan sedikit berlemak serta mempunyai rasa yang manis. Perkiraan kandungan gizi jamur dalam 100 gram berat kering, yaitu protein kasar 13,4-17,5 persen, lemak kasar 4,9-8,9 persen, karbohidrat total 67,5-78,0 persen, dan kalori 387-392 persen. Selain lentinan, jamur shitake juga mengandung eritadenin, interferon, antioksidan, asam amino, sen, enzim, dan khitin serta senyawa pensintesa interferon(Anonim, 2013).

Jamur shitake berfungsi untuk(Anonim, 2013):

  1. Menurunkan kadar kolesterol darah (sehingga meringankan kerja jantung dan bisa mengurangi diabetes). 
  2. Menghambat pertumbuhan tuomor hingga 72-92%. 
  3. Menetralkan pengaruh buruk akibat rokok dan alkohol.
  4. Menambah nafsu seksual
  5. Mempercepat penyembuhan setelah operasi
  6. Pencegahan anemia 
  1. Jamur tiram putih (Pleurotus spp.)

http://www.mykoweb.com/CAF/photos/large/Pleurotus_ostreatus(fs-03).jpg

Disebut  jamur tiram  karena bentuk  tudung bulat agak  lonjong dan melengkung  menyerupai cangkang tiram,serta  letak tangkai tudung asimetris. Jamur tiram banyak tumbuh pada kayu lapuk, dapat tumbuh optimal di daerah berhawa sejuk.  Dialam bebas jamur tiram dapat dijumpai dihutan pegunungan yang sejuk hampir sepanjang tahun. Tubuh buah terlihat  saling bertumpuk dipermukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Warna tubuh buah dapat  membantu membedakan jenis jamur tiram (Tarmidi dan Rahmat, 2004).

Dari  semua anggota  genus pleurotus,  Jamur Tiram Putih (Pleurotus osteratus) inilah  yang lebih dikenal dengan jamur tiram. Jamur tiram ini dalam Bahasa inggris dikenal  sebagai oystermushroom. Tudung dan batangnya berwarna putih, permukaan  tudung jamur licin dan agak berminyak dengan  diameter 3-14 cm. Jamur ini mempunyai rasa enak, kenyal, dan gurih. Rasanya menyerupai daging ayam atau tiram(Tarmidi dan Rahmat, 2004)

Jamur kuping

http://mushroaming.com/gallery/var/albums/Bolivian-Amazon-2013/Madidi-Mushrooms/Auricularia%20auriculata%20Rurre%202013%20cr%20S.jpg?m=1369199123

Jamur kuping atau biasa di sebut “lember” oleh masyarakat sunda adalah jenis jamur yang tumbuh di sisa tumbuhan atau kayu yang lembab. Saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai sampai dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab(Anonim, 2013).

Tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering, berbentuk mangkuk atau kadang-kadang dengan cuping seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, diameter   2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Permukaan luar steril, seringkali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut, cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Tangkai tidak ada atau mengalami rudimenter. Jejak spora putih, spora berada dipermukaan dalam biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron, berbentuk sosis, licin. Basidium mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah. Hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggal kayu dan lain-lain, melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada kayu keras dan konifer. Tubuh buah jamur seringkali dijumpai pada musim hujan(Anonim, 2013).

Siklus hidup jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak. Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan  tingkatan(Anonim, 2013):

  1. Miselai primer yang tumbuh terus membanyak dan meluas. 
  2. Miselai sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder dengan diameter 0,1 cm). 
  3. Dari primordial akan tumbuh dan berbentuk kuncup tubuh buahpada tingkat awal yang semakin lama semakin membesar (3-5 hari). 
  4. Dari primordia tersebut akan tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen.

Dari segi gastronomik ataupun organoleptik ( rasa, aroma dan penampilan), jamur kuping kurang menarik bila dihidangkan sebagai bahan makanan. Namun jamur kuping sudah dikenal dekat sebatai ahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun(Anonim, 2013).

Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental. Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol. Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya. Jamur kuping ang mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera. Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan. Untuk mengurangi panas dalam, mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar air 89,1, protein 4,2, lemak 8,3, karbohidrat total 82,8, serat 19,8, abu 4,7 dan nilai energi 351.

Jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan oleh masyarakat dan tabib pengobatan memiliki khasiat (Anonim, 2013):

  1. Penangkar / penon-aktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan. 
  2. Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma dan sarcoma (kanker) sampai 80 – 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan bahkan menghambat penggumpalan darah. 
  3. Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah penggumpalan darah.

Manfaat jamur kuping untuk pengobatan penyakit antara lain(Anonim, 2013).

  1. Darah tinggi/pembuluh darah mengeras akibat penggumpalan darah: 3 gram jamur kuping kering, rendam semalam dan buang airnya hingga tinggal jamur basah, tempatkan dalam rantang, tambahkan air bersih dikusus hingga lunak, tambahkan gula batu secukupnya dimakan secukupnya sehari sekali. 
  2. Kurang darah dengan memasak jamur kuping 30 gram, ditambah 30 gram buah kurma, ditambah air bersih 5 gelas diminum dimasak sampai airnya tersisa 1 gelas. Hal diatas juga dapat diterapkan untk mengobati sakit wasir/ambeian. 
  3. Datang bulan tidak lancar dan memperlancar buang air besar. Jamur kuping dimasak bersama bahan-bahan lain seperti sayuran.

Jamur kancing baju

http://www.mykoweb.com/CAF/photos/Agaricus_c_c(fs-01).jpg

Menurut  prahastuti jamur  kancing kurang lebih  ada 142 spesies, mulai  dari berwarna sangat putih,  putih, sampai agak cokelat. Jenis  yang terkenal meliputi A. bitorquis  (jamur  bunga kancing/kohartake),  A. Bisporus(jamur  bunga putih/hiratake),  A. placomycetes (harataketedoki),  A. silvaticus  (teri-haratake), A.  arvensis,  A. campestris,  A. nisvescen, A. Fiardiidan A. osecanus. Agaricus bitorquis adalah jenis jamur yang dapat hidup pada iklim panas, sedangkan Agaricus bisporus dan Agaricus campestris adalah  jenis jamur  yang dapat hidup  pada iklim dingin.  Jamur kancing mengandung beberapa zat gizi seperti natrium, kalium, fosfor, asam linoleat, serta antioksidan. Sebuah  uji klinis yang dilakukan oleh rumah sakit di california, amerika serikat,menujukan bahwa jamur kancing dapat menghambat kerja enzim aromatase  sehingga menurunkan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini dapat menurunkan kerentanan tubuh terhadap kanker payudara (Suriawiria, 2001).

Jamur merang Volvariella volvacea

http://www.mycolog.com/18-9_Volvariella_volvacea_painting.jpg

Jamur merang atau bahasa ilmiahnya Volvariella volvacea umumnya banyak dibudidayakan di beberapa wilayah Asia dan juga termasuk di Indonesia. Sesuai dengan namanya, Jamur Merang biasanya dibudidayakan pada media merang atau jerami yang telah dijadikan kompos.

Tudung jamur merang mempunyai diameter 5 – 14 cm dengan bentuk bundar telur yang kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang mendekati rata. Permukaan kering, warna cokelat sampai cokelat cokelat keabu-abuan, kadang-kadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk di bagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran, membentuk volvo seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai, volvo berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, sering kali bercuping.

Jejak spora merah jambu, ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan licin. Memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda. Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.

Di alam, jamur merang banyak dijumpai hidup bergerombol pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji dan tandan kosong kelapa sawit. Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48 persen(Anonim, 2013).

Jamur merang kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur merang dikenal sebagai penawar racun, dan banyak mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian jamur juga dapat digunakan untuk mengobati kanker. berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker(Anonim, 2013).

Jamur merang dikenal sebagai warm mushroom, hidup dan mampu bertahan pada suhu yang relatif tinggi, suhu antara 320-38°C dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8 – 7(Anonim, 2013).

Jamur keju (Penicillium roqueforti)

http://www.clemson.edu/facilities/es/images/penicillium-rogueforti.jpg

Penicillium roqueforti  biasanya tumbuh dengan cepat, memiliki warna kehijauan, terkadang putih dan memiliki konidiofor. Konidiofornya dapat tampak dari substrata tau dari aerial hifa. Jamur ini dapat menghasilkan mikotoksin. Nilai aktifitas air untuk germinasi dan pertumbuhan spora berkisar antara 0,78-0,79. Jamur ini banyak tersebar di alam dan penting dalam mikrobiologi pangan. Jamur ini sering menyebabkan kerusakan pada sayuran, buah-buahan, dan serelia(Desouky, 2007).

Jamur usar (Rhizopus oligosporus)

http://www.mycology.adelaide.edu.au/images/rmicro1.gif

http://www.uq.edu.au/_School_Science_Lessons/9.196.1.GIF

Jamur ragi saccharomyces cerevisiae

http://www.microbiologyonline.org.uk/themed/sgm/img/slideshows/3.1.4_fungi_2.png

http://foodists.ca/wp-content/uploads/2009/10/budding.yeast.jpg-460×460.jpg

Ragi  adalah  jamur yang  tumbuh sebagai  sel tunggal, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan biner. Saccharomyces merupakan  salah satu jenis ragi yang telah dikenal secara luas. Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan  jamur yang mencakup banyak spesies. Habitat umum untuk Saccharomyces cerevisiae adalah lingkungan yang lembab  dengan banyak nutrisi terutama gula serta kebutuhan lain seperti asam amino. Namun jika lingkungan tersebut memiliki jumlah gula yang sangat rendah, spesies ini dapat bertahan dengan adanya ion kalsium. Hal ini juga terjadi pada ragi fermentasi yang lainnya. Saccharomyces cerevisiae  adalah sel eukariotik yang berbentuk elips dan memanjang. Struktur seperti itu memiliki potensi untuk tumbuhnya miselium (pembentukan struktur pada kondisi yang tepat). Siklus hidup dari S. cerevisiae ini dapat dikategorikan sebagai haplodiplobiontic. Budding/tahap pertunasan memproduksi generasi ragi  yang berlipat ganda sebelum reinisiasi dari kopulasi. Jenis ini akan menjalani baik pertunasan (sebagai alat reproduksi) maupun sporulasi. Pada sporulasi, setiap ASCI terbentuk secara terpisah, dengan pembentukan zigot menjadi ASCI dan diploid menjadi Ascophores(Nguyen dan Gaillardin, 2005).

Antraknose

https://www.pioneer.com/CMRoot/pioneer/US/images/agronomy/crop_focus/diseases/anthracnose_id2.jpg

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporiodes.  Penyakit ini menyerang bagian kulit buah, tangkai buah dan batang. Konidia Colletotrichum gloeosporioides diproduksi dari ranting pohon induk yang telah mati dan konidia disebarkan lewat angin.  Gejala yang ditimbulkan, mula-mula di dekat tangkai buah tampak berwarna hitam cokelat, kulit yang terang nampak kering, berwarna hitam cokelat dan kelihatan kisut-kisut. Secara mikroskopis, koloni jamur Colletotrichum sp. berbentuk bulat telur dengan tepi tidak rata, hifa bersekat dan bercabang(Semangun, 2004).  

Kusid

http://2.bp.blogspot.com/-e9ugrvFuNC8/T3FM7D2D3VI/AAAAAAAAAFA/jNE9hyG1u5Y/s1600/2.jpg

Layu dan busuk akar

http://www.ngasih.com/wp-content/uploads/2014/08/penyakit-busuk-buah-pada-cabe-busuk-buah-pada-tanaman-cabe-300×177.jpg

http://www.klinikpertanianorganik.com/wp-content/uploads/2012/01/41.jpg

Penyebab penyakit ini adalah jamur Fusarium.  Martoredjo (2009) menyatakan bahwa infeksi laten jamur ini umumnya berupa nekrotis pada ujung tangkai buah atau pangkal tangkai putik.  Busuk Fusarium berkembang lambat pada buah jeruk yang disimpan lama karena patogen baru aktif bila buah sudah matang. Buah yang sakit kulitnya berwarna cokelat muda sampai tua.  Dibawah kondisi lembab, miselium jamur putih tumbuh pada permukaan buah. Pusat infeksi berwarna putih atau pink tergantung dari jenis jamur yang menyerang. Menurut Bassey Barnet dan Hunter (1997) bahwa genus Fusarium memiliki karakter yaitu makrokonidia seperti bulan sabit dan bersekat.

Bercak daun

http://www.taniorganik.com/wp-content/uploads/2013/02/Trik-Mengatasi-Embun-Embun-Bulu-Downy-Mildew-Pada-Mentimun-di-Sariwangi-Tasikmalaya-004.jpg

Tanaman di persemaian seringkali terserang oleh penyakit yang disebabkan oleh fungi. Tanaman muda biasanya lebih peka terhadap serangan penyakit daripada tanaman dewasa. Salah satu masalah yang dihadapi tanaman di persemaian adalah penyakit bercak daun. Gejala utama penyakit ini meliputi munculnya bercak-bercak kecil pada permukaan daun. Beberapa dari bercak itu kemudian ukuranya melebar atau menyatu sehingga membentuk bercak yang luas. Jaringan yang mati mempunyai warna yang bervariasi, dari kekuningan sampau coklat kehitaman. Sejalan dengan perkembangan penyakit, tubuh buah dari pathogen tersebut  sering ditemukan di jaringan yang mati.

Menurut Mehrotra (1980), fungi bercak daun disebabkan sebagian besar oleh fungi terutama berasal dari fungi imperfect, seperti Gloeosporium, Colletotrichum, Sphaceloma, Phomopsis, Phoma, Phyllosticta, Ascochyta, Diplodia, Botryodiplodia, Septoria, Alternaria, Helminthosporium, Cercospora, dan sebagainya. Pada fungi dari kelas tertentu umumnya menghasilkan struktur reproduktif di tengah-tengah luka dalam daerah yang mati.

Patogen menyerang tanaman karena selama masa perkembanganya mereka memiliki kemampuan untuk merusak jaringan yang dibentuk oleh tanaman ianng. Beberapa pathogen bergantung pada zat-zat yang ada dalam jaringan ini untuk bertahan hidup. Zat-zat tersebut biasanya berada pada protoplasma dari sel tanaman, dan untuk dapat masuk ke dalam sel tersebut pathogen mula-mula harus menembus rintangan atau halangan terluar yaitu lapisan kutikula dan dinding sel.

Serangan fungi pada daun akan mengganggu proses fotosintesis dn menimbulkan  kondisi yang sakit apda tanaman. hal ini dikarenakan proses fotosintesis merupakan sumber energy utama yang dibukanan sel tanaman, karena dengan proses ini, memungkinkan tanaman untuk merubha energy cahaya menjadi energy kimia. Bukti bahwa fungi menganggu fotosintesis adalah adanya klorosis pada tanaman yang terinfeksi, adanya daerah yang mari (nekrosis) atau bagian nekrosis yang melebar yang dihasilkan dan tampak pada bagian tanaman yang hijau, taua juga dari berkurangnya pertumbuhan tanaman tersebut(Agrios, 1978).

Menurut Reddy (2010), hawar  Phomopsis menyebabkan gejala  berupa bercak pada daun berwarna  abuabu hingga coklat, sirkular, dan berwarna cerah di pusat bercak, lesio pada batang berwarna coklat gelap, lama kelamaan akan menjadi abu-abu di tengahnya, bercak yang  membuat permukaan kulit terong tidak rata dan menutupi seluruh permukaan buah, serta seluruh buah akan mengalami mumifikasi jika cendawan masuk  ke dalam  kaliks karena  cendawan tersebut  menyebabkan busuk kering.

Busuk buah

http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/id/assets/Gambar/Artikel%202012/hama%20dan%20penyakit.jpg

Penyakit busuk buah baisanya disebabkan oleh Colletotrichum. Penyakit ini menyerang bagian kulit buah, tangkai buah dan batang.  Konidia Colletotrichum gloeosporioides diproduksi dari ranting pohon induk yang telah mati dan konidia disebarkan lewat angin. Gejala yang ditimbulkan, mula-mula di dekat tangkai buah tampak berwarna hitam cokelat, kulit yang terang nampak kering, berwarna hitam cokelat dan kelihatan kisut-kisut (Semangun, 2004).

Sherf dan Macnab (1986) menyatakan bahwa penyakit antraknosa menyebabkan lesio pada buah dengan ukuran mencapai 1.2 cm dan jaringan yang terserang akan menjadi  cekung, lama kelamaan buah yang terserang akan mengering dan menghitam, dan bakteri busuk lunak masuk ke jaringan busuk tersebut dan menyebabkan busuk basah pada buah. Suhu  optimal yang dibutuhkan oleh patogen penyebab busuk buah adalah 21oC – 30oC dengan kelembaban yang sangat tinggi mendekati 100% . sedangkan pada musim kemarau kelembaban udara  di lahan lebih rendah sehingga tidak memungkinkan patogen untuk berkembang dengan cepat. Tetapi karena lahan masih tetap dalam kondisi basah akibat disiram oleh petani seminggu sekali, buah yang berada dekat dengan tanah masih terserang.  Pemencaran patogen ini yang paling utama adalah dengan percikan air karena memiliki tipe spora basah (gloeospore). gejala yang muncul akibat serangan antraknosa lama kelamaan buah yang terserang akan mengering dan menghitam, serta bakteri  busuk lunak masuk ke jaringan busuk tersebut dan menyebabkan busuk basah pada buah.

Jamur beracun

https://www.erowid.org/plants/amanitas/images/archive/amanita_muscaria22.jpg

Amanita muscaria adalah suatu jamur psikoaktif jenis agraris yang berasal dari jenis pohon cemara,terdapat di Daerah Belahan Bumi Utara, ditemui pada musim gugur. Klasifikasi dari Amanita adalah bersal dari kingdom : Fungi, divisi : Basidiomycota, class Homobasidiomycetes,subclaas : Hymenomycetes, ordo : Agaricales , family : Amanitaceae, genus : Amanita dan spesies : Amanita Muscaria. Ciri morfologi dari Amanita Muscaria yaitu Kopiah berdiameter 5-30 cm(berwarna merah seperti darah dan diselubungi selubung yang umumnya berwarna putih), tangkai berukuran 5-20 cm mempunyai suatu cincin dan dasar seperti bola dengan garis – garis seperti kapas, memiliki Selubung Universal ( penyebab noda putih yang pada atas kopiah juga sering membentuk lingkaran-lingkaran konsentris), memiliki Insang (jumlahnya sedikit tetapiluas dan berwarna keputih-putihan), mempunyai Cetakan Spora yang berukuran 9-13 x 6,5-9 mikron)bentuknya lonjong, tak berwarna dan lembut). Gejala – gejala bila seseorang mengkonsumsi jamur ini : Amatoxins (meliputi empat tahap :fase Latency, fase Gastrointestinal, fase ketiga , dan fase keempat), Phallotoxins dan Virotoxins (pembengkakan pada hati dan perhentian arus empedu), Phallolysins dan Ibotenic acid( gejalanya: ataxia, histeris, dan halusinasi). Pencegahan terhadap gejala-gejala yang terjadi yaitu : Dengan mengkonsumsi jamur ini sesuai dosis yangditentukan (0,1mg/kg berat badan), dapat menghindari orang berhalusinasi, terkena liver bahkan bisa juga menyebabkan kematian(Anonim, 2001).

Pilobulus sp

http://cdn-write.demandstudios.com/upload//5000/700/80/3/285783.jpg

http://archive.bio.ed.ac.uk/jdeacon/FungalBiology/Fig2_11a.jpg

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/90/Sporangium..png

Graphium

http://website.nbm-mnb.ca/mycologywebpages/NaturalHistoryOfFungi/Illustrations/Graphium02.jpg

Cepalothrium

http://www.mycolog.com/11-34_Cephalotrichum1.jpg

Ascobulus

http://www.herbarium.iastate.edu/fungi/images/Ascobolus%20stercorarius%20DM%20HGP%202%20Oct%202006.jpg

Pilobulus

http://www.ojibway.ca/pilobolus.jpg

MVA

http://archive.bio.ed.ac.uk/jdeacon/microbes/vam7.jpg

Mikoriza  Vaskular Arbuskular  (MVA) adalah salah satu jenis cendawan tanah, yang keberadaannya dalam tanah sangat mempunyai  manfaat. Hal ini disebabkan karena MVA dapat meningkatkan ketersediaan dan pengambilan  unsur fosfor, air, dan nutrisi lainnya, serta untuk pengendalian penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah. Pada awalnya cendawan MVA kurang mendapat  perhatian, karena cendawan ini tidak membentuk unit alamiah yang nyata juga tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi pada akar yang terinfeksi, sehingga tidakmudah dikenali(Talanca, 2010).

MVA  tergolong  kedalam ordo  glomales yang bersifat  obligat parasit, sehingga tidak dapat diinokulasi dengan tehnik mikrobiologi, akan tetapi dapat ditumbuhkan pada akar  tanaman hidup. Apabila cendawan MVA menginfeksi akar tanaman inang, maka tidak ada bedanya dengan akarakar yang tidak  terinfeksi yaitu tidak terjadi perubahan bentuk, dan tetap mempunyai rambut akar(Talanca, 2010).

Cendawan  Mikoriza Vesikular  arbuskular (MVA) dibagi  dalam dua golongan yaitu :  1). Ektotropik mikoriza atau  Ektomikoriza, dimana cendawan ini  berassosiasi diluar sel akar tanaman,yang  selubung cendawannya membungkus permukaan akar, sehingga  cendawan ini umumnya ditemukan pada tanaman kehutanan.  2). Endotropik mikoriza atau Endomikoriza, dimana cendawan  ini berassosiasi dalam akar sel tanaman yang umumnya ditemukan  pada tanaman perkebunan(Talanca, 2010).

MVA  mempunyai  struktur yang  terdiri dari hifa  eksternal, internal,  gelung, vesicular dan  arbuskular. Hifanya tidak  bersekat, dan tumbuh diantara sel-sel korteks dan didalamnya  bercabang-cabang. Hifa MVA tidak masuk sampai jaringan stele, dan didalam sel yang terinfeksi terbentuk hifa yang bergelembung dan apabila bercabang-cabang maka disebut  arbuskular. Arbuskular inilah yang diduga sebagai alat pemindah unsur hara.Pada struktur yang menggelembung dibentuk secara apikal dan sering kali terdapat pada hifa-hifa utama sehingga struktur ini disebut  vesicular. Vesikular kadang-kadang ukurannya sangat besar dan berdiding tebal serta mengandung banyak lipid, terutama berfungsi sebagai organ simpan. Apabila korteks mengelupas, beberapa vesicular keluar dari  jaringan akar dan berada dalam tanah serta dapat berkecambah dan bertindak sebagai propagul infektif(Talanca, 2010).

Spora yang dihasilkan oleh cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terbentuk  diatas eksternatikal hifa yang melewati permukaan akar. Spora ini dapat terbentuk dan  bersatu di dalam tanah dalam bentuk kelompok-kelompok spora yang bebas atau dalam bentuk  kumpulan sporakarp. Spora cendawan MVA bermacam-macam dalam warna dan ukuran, ada yang berdiameter 10-400  um, tetapi kebanyakan antara 40-200 um(Talanca, 2010).

Mikoriza (Ektomikoriza)

http://www.forestry.gov.uk/images/ecm_photo01.jpg/$FILE/ecm_photo01.jpg

http://tropicalfungi.org/wp-content/uploads/Lactarius-sp.-2-D.-corymbosa-30813b.jpg

https://www.extension.purdue.edu/extmedia/fnr/images/FNR-104.fig4.gif

Mikoriza  merupakan suatu  struktur yang menggambarkan  asosiasi simbiotik antara akar  tanaman dengan cendawan. Secara umum mikoriza di daerah tropika tergolong  ke dalam dua tipe , yaitu ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza(AMF). Cendawan  ECM mudah dikenali tanpa melalui pewarnaan. Hifa ECM tumbuh di sekitar dan di antara  sel-sel korteks yang disebut dengan hartig net sedangkan yang tumbuh mengelilingi sel-sel epidermis disebut mantle(Darwo dan Sugiarti, 2008).

Cendawan  ektomikoriza  penggunaannya sangat terbatas,  yaitu hanya dapat ditemukan dan digunakan  pada tanaman keras, seperti pada tanaman kehutanan tertentu  (tusam, eukaliptus, dan keluarga Dipterocarpacea). Telah banyak  dibuktikan di laboratorium dan di lapangan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan  bibit tusam yang baik setelah ditanam di lahan-lahan kritis, penggunaan  inokulum ektomikoriza diperlukan sekali guna meningkatkan pertumbuhannya(Darwo dan Sugiarti, 2008).

Cendawan  pembentuk ektomikoriza termasuk dalam golongan Basidiomycetes yang  biasanya berbentuk payung (mushrooms) atau bola (puffballs). Salah satu sifat cendawan  ektomikoriza adalah bersifat spesifik untuk setiap jenis tumbuhan inang dan kondisi tapak tertentu. Dari sa tu  jenis tumbuhan inang dimungkinkan adanya beberapa jenis cendawan ektomikoriza yang menjadi simbionnya dan dari satu  jenis cendawan ektomikoriza dapat bersimbiosis dengan beberapa jenis tumbuhan inang(Darwo dan Sugiarti, 2008).Jenis cendawan  ektomikoriza yang berbentuk mushroom/payung biasanya mempunyai warna yang lebih menarik, menyolok, dan siklus hidupnya lebih singkat  dibandingkan dengan yang berbentuk puffball/bola yaitu maksimal satu minggu(Darwo dan Sugiarti, 2008).

Candida albicans

http://www.doctorfungus.org/thefungi/img/candida.jpg

Candidamerupakan flora normal dalam selaput lendir, saluran pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Dalam rongga mulut spesies  Candida yang paling dominan adalah Candida albicans, di dalam rongga mulut yang sehat dilaporkan berkisar antara 30 – 70 %. Pada pemakai gigi-tiruan ditemukan jumlah  Candida albicans sekitar 65 % (Takuya dkk., 2007). Candida albicans merupakan mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia karena pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan. Infeksi  Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah, bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal dengan denture stomatitis (Park dkk., 2008).

Candida albicansmerupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh  dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang  menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang  mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, agak lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ, berwarna putih   yang menghasilkan pseudomyelium. Disebut juga Oidium albicans, kemudian nama Oidium berubah menjadi Monila karena dianggap sesuai dengan spora-spora jamur yang tampak seperti kalung atau monila (Webb dkk., 1998).    Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastosporaberbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum.Jamur ini bersifat saprofit tetapi dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor – factor predisposisi.  Faktor predisposisi tersebut antara lain, kebersihan mulut yang buruk, penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi-tiruan lepasan yang kurang terawat , pemakaian obat-obat antibiotika, steroid dan sitostatika atau sedang menjalani terapi radiasi. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan  pertumbuhan pada flora normal mulut yang dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan lebih cepat dan bertambah banyak kemudian menginfeksi jaringan hospesnya (Park dkk., 2009).

Candida albicans mempunyai tiga bentuk morfologi (Jawetz dkk., 1996) yaitu :

  1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat atau oval  dengan variasi ukuran lebar 2-8 μm dan panjang 3-4 μm, diameter 1,5-5 μm.  Sel-sel tersebut dapat membentuk blastospore.
  2. Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk tunas baru.
  3. Chlamydospore,  dinding sel bulat  dengan diameter 8-12   μm .

Chlamydospore  terbentuk jika Candida  albicans di kultur pada medium kurang nutrien sepertiCorn mealagar. Candida albicansadalah suatu ragi lonjong, bertunas, menghasilkan Pseuodomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Candida albicansjamur bersel tunggal dari keluarga Cryptoceae. Candida albicanstidak berbahaya, jika pertahanan tubuh lemah dan terutama daya tubuh menurun, maka sifat komensal dapat berubah menjadi patogen yang dapat menyebabkan infeksi. Candida albicans, gram (+), berukuran 2-3 x 4-6  µm, dan se-sel bertunas yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa)pada sediaan apus eksudatdan dalam agar Sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar, bentuk koloni lunak dengan warna coklat seperti ragi. Pertumbuhan terdiri dari sel-sel bertunas lonjong, pseudomiselium, terdiri dari pseudohifa menjadi blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya (Jawetz dkk., 1996).

Ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasi spesies  Candida(Jawetz dkk., 1996), yaitu :

  1. Warna, teksture (permukaan) dan bentuk koloni pada media Sabouraud’s Dextrose Agar.
  2. Pemeriksaan mikroskopik.
  3. Adanya Chlamydospore.
  4. Fermentasi dan asimilasi pada karbohidrat khusus.

Struktur fisik  Candida albicansterdiri dari dinding sel, membran sel, sitoplasma dan nukleus. Membran sel Candida albicansteridiri dari fosfolipid ganda  (lipid bilayer), lapisan terluar kaya akan phosphatidyl, choline, ergosterol dan sphingolipids. Sphingolipids mengandung komponen negative paling besar pada membran plasma dan memegang peranan penting sebagai target  antimikotik. Sphingolipids juga terdapat pada mamalia tetapi tidak mengandung muatan negatif (Zakrzewska dkk., 2005)

Gambar: Candida albicans . A. Blastospora dan pseudohifa dalam eksudat, B. Blastospora,  pseudohifa, dan klamidospora (konidium) dalam biakan pada Sabouraud’s agar 20oCC.  Biakan muda membentuk tabung-tabung benih bila diletakkan dalam serum selama 3 jam pada 37oC.

Tinea pedis

http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articles/health_tools/ringworm_slideshow/dermnet_photo_of_ringworm_on_hand.jpg

Tinea pedis atau ringworm of the footadalah infeksi dermatofita pada kaki, terutama pada sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi. Penyebabnya yang paling sering adalah Trichophyton rubrumyang memberikan kelainan menahun.Paling banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain(Hafeez, 2002).

Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi — berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang jamur.Pada umumnya, jamur tumbuh pada kulit kaki karena faktor kelembaban. Hal itu dapat disebabkan kakiyang sering berkeringat, kaos kaki kurang dijaga kebersihannya, atau sepatu terlalu tertutup.Jari-jari kaki sangatrentan terinfeksi jamur Tinea pedis, terutama pada orang yang sering memakai sepatu tertutup pada kesehariannya(Soekandar, 2004).

Jadi dapat dikatakan di sini bahwa Tinea berhubungan dengan kebersihan, dan keringat.Bentuk klinis dapat terjadi bertahun-tahun, tanpa keluhan berarti. Bahkan sebagian di antara penderitanya total bebas gejala. Sebagian penderitanya baru merasa terganggu ketika muncul bau tak sedap dari kulit kaki mereka. Tidak menutup kemungkinan munculnya infeksi bakteri (infeksi sekunder) yang dapat menunjukkan gejala mulai dari yang ringan (bintil-bintil merah yang perih) hingga yang lebih berat seperti nyeri dan demam(Hainer, 2003).

Tinea pedis terdiri dari beberapa macam tipe klinis, dan yang paling sering ditemukan adalah(Siregar, 2005):

  1. Bentuk interdigitalisyang merupakan kelainan berupa maserasi, skuamasi serta erosi di celah-celah jari terutama jari ke-4 dan 5. Kulit terlihat putih, dapat berbentuk fisura dan sering tercium bau yang tidak enak. Lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak kaki.
  2. Bentuk hiperkeratosismenahun yaitu terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama pada tumit, telapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Lesi dapat berupa bercak dengan skuama putih agakmengkilat, melekat, dan relative tidak meradang. Lesi umumnya setempat, akan tetapi dapat bergabung sehingga mengenai seluruh  telapak kaki, sering simetris dan disebut moccasin foot.
  3. Bentuk vesikular subakutyaitu kelainan timbul pada daerah sekitar jari kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki, disertai rasa gatal yang hebat. Bila vesikel pecah akanmeninggalkan skuama melingkar yang disebut koloret. Bila terjadi infeksi akan memperberat keadaan sehingga terjadi erysipelas.

Tinea capitis

http://www.skinsight.com/images/dx/webAdult/tineaPedisAthletesFoot_6387_lg.jpg

Golongan dermatofitosis diklasifikasi berdasarkan lokasinya. Disebut Tinea kapitis jika menyerang kulit kepala, rambut, alis, dan bulu mata. Merupakan infeksi jamur menularyang menyarang batang rambutdan penyebab kerontokan rambut yang sering dijumpai pada anak-anak.  Secara klinis dapat ditemukan bercak bundar berwarna merah dan bersisik. Rambut menjadi rapuh dan patah di dekat permukaan kulit kepala. Biasanya Tinea kapitis menyerang kulit kepala, rambut, alis, dan bulu mata (Siregar, 2005)

Dermatomikosis

http://www.doctorfungus.org/thefungi/img/MOULD.JPG

Berbagai jenis jamur dapat berkembang biak di kulit, istilah medisnya adalah dermatomikosis yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Sedangkan dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita merupakan golongan jamur yang gemar mencerna jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis (kulit ari), rambut, dan kuku. Dermatofitosis sering disebut tinea, ringworm, kurap, teigne, atau Herpes sirsinata. Dermatofita terbagi dalam tiga genus — trichophyton (T), mycrosporum (M), dan epidermophyton (E). Dari 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya  23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada menusia dan binatang. Terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon, dan satu spesies Epidermofiton.9,13 Setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu(Siregar, 2005).

Metarizhium

https://butterfliesandscience.files.wordpress.com/2012/07/larva-infected-with-fungus.jpg

Jamur  yang menginfeksi  serangga disebut Jamur  Entopatogenik. Sebagian besar jamur entomopatogen masuk ke dalam divisi Eumycotina. Infeksi jamur entomopatogen pada serangga terjadi akibat adanya kontak konidia secara pasif dengan bantuan angina. Konidia memenetrasi kutikula serangga dengan bantuan enzim pengurai. Salah satu contoh jamur entomopatogen adalah jamur Metharirium anisopliae. Jamur ini menghasilkan destruksin yang mengakibatkan serangga mengalami paralisis dan mati setelah 3-14 hari. Pada permukaan tubuh serangga yang mati, maak akan ditumbuhi konidia. Selanjutnya konidia ini menyebar dan menginfeksi serangga lain. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan  jamur ini adalah antara 20-30 C dengankelembaban di atas 90%. Jamur metharizium mempunyai miselium yang bersekat, konidiofor tersusun tegak dengan ukuran bervariasi antara (4-13,4)X(1,4-2,5) mikro meter.berlapis dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia, konida bersel satu berwarna hialinm, dan berbentuk bulat silinder. Konidia berukuran panjang 4-7 mikrometer dan lebar 1,43×3,2 mikrometer. Koloni jamur berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur(Nuraida dan Hasyim, 2009).

Gambar: Metharirium a. Konidia b. Fialid

Sumber: Nuraida dan Hasyim, 2009

Larva  yang terinfeksi  cendawan M. anisopliae pada  awalnya ditandai dengan timbulnya  bintik-bintik coklat pada kutikula,  kemudian menunjukkan gejala perubahan tingkah laku malas bergerak, pergerakan larva menjadi lambat, perubahan  warna pada tubuh larva dari putih bersih menjadi kusam, kemudian larva mati dengan gejala tubuh mengeras  dan permukaan tubuh larva diselimuti hifa. Cendawan M. anisopliae mengadakan penetrasi kedalam tubuh larva dapat  melalui kutikula, spirakel, saluran pencernaan.  Mekanisme penetrasi melalui kutikula dimulai dengan penempelan spora pada kutikula, spora yang menempel pada  permukaan kutikula akan membentuk tabung kecambah dan memasuki jaringan internal larva melalui interaksi biokimia anatara inang dan cendawan(Aprito dkk., 2013).

Gmabar: Gejala infeksi M. anisopliae pada larva Orictes rhinoceros a, larva sehat b. larva telah terinfeksi pada 1 minggu setelah terinfeksi c. tumbuh miselium M. anisopliae. d. bercak coklat

Sumber: Aprito dkk., 2013

 

Arthobotrys candida

 

Jamur nematofagus adalah jamur antagonis terhadap nematode, baik pada tanaman maupun pada ternak. Jamur tersebut merupakan jamur penghuni tanah yang umumnya terdapat pada berbagai jensi habitat dan jenis tanah, serta dapat ditemukan pada daerah tropis dan subtropics. Terdapat 150 lebih jenis jamur nematofogus. Jamur nematofogus tumbuh pada suhu 20-30C, kelembaban 90%, pH sedikit asam bergantung pada spesies, memerlukan oksigen dan sedikit mineral. Jmaur ini mengendalikan nematode dengan cara sebagai predator, endoparasit, dan pembuat toksin.

Jamur ini membunuh nematode dengan cara membuat pernagkap larva infektif, menjadi endoparasit pada larva, melaukan penetrasi pada larva betina dan telur serta membunuh larva dengan toksinnya. Pada jamur, terdapat zat kemoatraktan dan enzim pengurai kutikula sehingga larva nematode melekat, selanjutnya terjadi penetrasi pada kutikula(Mustika dan Ahmad, 2004).

Nematode terjerat

http://www.uoguelph.ca/~gbarron/N-D%20Fungi/n-dfun1.jpg

Nematode ditempeli

https://atrium.lib.uoguelph.ca/xmlui/bitstream/handle/10214/5660/Arthrobotrys_oligospora_with_captured_nema.jpg?sequence=1

 

Amanata muscaria

 

http://garylincoff.com/wp-content/uploads/2011/04/A-muscaria.jpg

Amanita muscaria merupakan jamur yang berasal dari eropa dan asia. Jamur ini memiliki beberapa jenis warna pada bagian tubuh buah atas. Ada yang memiliki warna ungu, merah dan juga orange. Panjang dari tubuh buah jamur ini berkisar antara 90-145 mm. pada tubuhh buah bagian atas terdapat bitnik bitnik berwarna putih. Bitnik bitnik ini dapat hilang oleh tetesan air hujan. Pada bagian stipe terdapat struktur yang mirip rok. Stipe memiliki panjang ukuran 60-210×8-22mm. jamur ini memiliki ukuran spora yang sangat kecil, 8,5-11,5×6,5-8,5 mikrometer dengan spora berbentuk elip. Disisi bawah tubuh buah juga terdapat struktur apitan yang berfungsi sebagai tempat produksi spora. Jenis jamur ini bersimbiosis dengan pohon konifer, namun terkadang juga ditemukan pada pohon yang deciduous(Anonim, 2013).

 

Amanata phalloides

 

http://associazioni.carpidiem.it/funghi/Foto%20Web/AMANITA/A.Phalloides/A.Phalloides%20001.JPG

Jamur ini memiliki warna hijau atau coklat, meskipun terkadang kenampakan warna pada jamur ini sulit untuk diidentifikasi. Jamur ini memiliki simbiosis mutualisme dengan tanaman kayu disekitarnya, hal ini karena jamur ini merupakan salah satu jenis jamur ektomikoriza. Jamur ini biasanya tumbuh di California, New Jersey, West Coast, dan sampai Mis-Atlantic States. Jamur ini memikoriza okas. Memiliki tubuh buah 4-16 cm, biasanya berbentuk ujung membulat atau oval pada umur pertama. Kemudian berubah menjadi convex seiring dengan  bertambahnya usia. Ujung tubuh buah ini lengket pada saat basah, mengkilap ketika kehujanan,dan memiliki rentang warna antara hijau buluk hingga hijau, kemudian kuning seperti zaitun. Memiliki panjang batang 5-18 dan diameter 1-2,5 cm. memiliki ukuran spora 7-12×6-9 mikrometer, berbentuk lembut, elips, amyloid(Kuo, 2013).

A. virosa

http://www.wildaboutbritain.co.uk/sites/default/files/Amanita%20Virosa%20-%20Destroying%20Angel_0.jpg

Amanata virosa memiliki ukuran cungkup antara 29-123 mm, berwarna putih, kadang-kadang berwarna putih pucat, kadang-kadang disertai warna kekuningan atau pucat orange, dan juga warna coklat tipis pada bagian ujung cungkup pada saat umur jamur sudah tua. Jamur ini memiliki tubuh buah yang lembut, lekat-lekat ketika kondisi lingkungan lembab, mengkilap ketika basah, dan bentuknya tidak simetris. A. virosa biasanya tidak terdapat volva. Daging buahnya berwarna putih, pada bagian ujung tengahnya tebal, dan menipis pada bagian sampingnya.memiliki panjang batang 50-165×7-15mm, berbentuk silindris, berwarna putih. Jamur ini mengeluarkan bau busukyang sangat menyengat ketika sudah tua, spesies ini termasuk dalam spesies jamr yang mematikan. A. virosa memiliki ukuran spora 8,2-11,3×6,7-9,7mikrometer dan berbentuk elips melebar serta amyloid(Anonim, 2013).

KESIMPULAN

  1. Jamur memiliki peranan positif dan peranan negative bagi kehidupan manusia.
  2. Jamur yang mempunyai peranan positif dapat daimanfaatkan sebagai bahan farmasi, bahan pangan, parasite nematode, dan sebagai pupuk hayati. Jamur yang mempunyai peranan negative adalah jamur pathogen tumbuhan serta jamur yang beracun.
  3. Jamur yang mempunyai peran dalam bidang farmasi antara lain jamur penghasil penisin, jamur ergo, dan lingzhi. Jamur yang berperand alambidang pangan antara lain jamur shitake, jamur erang, jamur kuping, dan jamur kancing. Jamur sebagai pemrosees bahan pangan misalnya jamur keju, jamur tempe, dan jamur ragi. Jamur yang  merupakan jamur pathogen adalah jamur penyebab antraknose, jamur kudis, jamur layu dan busuk akar, jamur bercak daun dan busuk buah. Jamur beracun terdiri dari golongan jamur genus Amanita. Jamur perombak bahan organic adalah jamur pilobolus, graphium, dan ascobulus. Jamur sebagai pupuk hayati adalah jamur Mikoriza. Jamur sebagai pengendali hayati adalah jamur Metharizium. Jamur penyebab penyakit pada masunia adalah jamur Tinea pedis, Tinea capitis. Jamur pengendali nematode adalah jamur Arthobotrys candida

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005.  Plant Pathology. 5th ed. London (UK): Elsevier Academic Press

Alexopoulos, C. J. 1979. Introductory Mycology. 3rd Ed. John Wiley, New York.

Anonim.2001.The Poisonousmushrooms of the Amanita family. http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxicagents/amanita/amanita.html.

Anonim. 2006. Struktur Ujung Hifa.  http:/wwwmicro.msb.le.ac.uk/224/mycl.html. diakses 20 Maret 2015

Anonim. 2012. Claviceps purpurea (Fr.:Fr.) Tul. – Ergot.. http://www.agroatlas.ru/en/content/diseases/Secalis/Secalis_Claviceps_purpurea/. Diakes tanggal 20 Maret 2015.

Anonim. 2013. Amanita muscaria .http://www.amanitaceae.org/?Amanita%20muscaria. Diakses tanggal 20 Maret 2015.

Anonim. 2013. Amanata virosa. http://www.amanitaceae.org/?Amanita%20virosa. Diakes tanggal 20 Maret 2015.

Anonim. 2013. Jamur Shiitake .http://www.e-jurnal.com/2013/04/jamur-shiitake.html. Diakses tanggal 20 Maret 2015.

Anonim. 2013. Jamur Kuping. http://www.e-jurnal.com/2013/04/jamur-kuping.html. Diakses tanggal 20 Maret 2015.

Anonim. 2013. Jamur merang. http://www.e-jurnal.com/2013/04/jamur-merang.html. DIakes tanggal 20 Maret 2015.

Aprito, Z., J.H. Laoh., dan R. Rustam. 2013. Penularan cendawan entomopatogen dari larva Oryctes rhinocerosl (Coleptera : Scarabaedae) Yang Dilumuri Metarhizium anisopliae(Metch) sorokin ke larva sehat pada media Ampas tebu di lapangan. Skripsi. Fakultas Pertanian UR.

Desouky,  E. M. 2007.  Production Of Cellulase  By Penicillium Hordei and  Pectinase By Aspergillus Ustus Under Solid State Fermentation Condition. N. Egypt Journal Microbiol. Vol 17, 169-178.

Darwo dan Sugiarti. 2008. Beberapa jenis cendawan ektomikoriza di kawasan hutan

Fawzy,G. 2011. In Vitro antimicrobial and anti-tumor activities of intracellular and extracellular extracts of Aspergillus niger and Aspergilus flavus var. columinaris. J. Pharm 3:980-987

Febrina, R. 2002. Karakterisasi isolat jamur berpotensi mendegradasi lignin.

Hafeez, ZH. The pattern of Tinea pedis in 90 patients in the San Fransisco Bay Area. Departement of dermatology research. University of California, San Fransisco, CA, USA. 2002

Hainer, BL. Dermatophyte infections.Medical University of South Carolina. Charleston. 2003. www.aafp.org.afp  

Jawetz,  E., Melnick,  J. L., Adelberg,  E. A., 1986, Mikrobiologi  Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16, 16, 366,  382, 384, diterjemahkan  oleh Bonang, G., EGC Press, Jakarta.

Kuo, M. 2013. Amanita phalloides. http://www.mushroomexpert.com/amanita_phalloides.html. Diakses tanggal 20 Maret 2015.

Mustika, I., dan R.Z. Ahmad. 2004. Peluang pemanfaatan jamur nematofagus untuk menegndalikan nematode parasite pada tanaman dan ternak. J. Litbang Pertanian 23:115- 122

Nuraida dan Hayim, A. 2009. Isolasi, Identifikasi, dan karakterisasi jamur entomopatogen dari rhizosfer pertanaman kubis. J. Hort. 19: 419-432

Nguyen,  HV & Gaillardin,  C. (2005), “Hubungan  evolusi di antara spesies Saccharomyces mantan uvarum dan hibrida Saccharomyces cerevisiae dan bayanus pastorianus; penempatan

Park Sang E., DDS, MMSc, Ryan Blissett, DMD, Srinivas M. Susarla, DMD, & Hans-Peter   Weber,DMD,  Dr Med Dent  2008. Candida  albicansAdherence  to Surface-modified   Denture  Resin Surfaces. Journal of Prosthodontics 17 () 365–369 c_ 2008

Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.

Sjabana, D. 2001. Manfaat Ganoderma lucidum. Yayasan DHS, Jakarta.

Sherf, A.F. MacNab, A.A. (1986). Vegetable Diseases and Their Control. Ed ke-2. New York (US): J. Wiley..

Sipirok, Tongkoh,  dan Aek Nauli, Sumatera Utara. Junla Hutan dan Konservasi ALam 5:157-173

Suriawiria, U. 2001. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta: Penebar Swadaya

Tarmidi,  A.R dan Rahmat,  H. 2004. Peningkatan Kualitas Pakan Serat Ampas Tebu Melalui Fermentasi dengan Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus). Jurnal Bionatura. 197- 204/VI, Bandung.

Talanca, H. 2010. Status cendawan mikoriza vesicular-arbuskulas (MVA) pada tanaman. Prosiding Pekan Serelia. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Sulawesi Selatan.

Takuya Tokita, Norihisa Akiba and Iwao Hayakawa, 2007.  Improvement of the Surface of Denture Base Resins withStraight Silicone. J Med Dent Sci ,54: 177–181.

Schooley, James. 1997. Introduction to Botany. Delmar Publisher. New York.

Soekandar,TM. Angka kejadian dan pola jamur penyebab Tinea pedis di asrama Brimob Semarang, Ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Undip, 2004: 1-6.

Suriawiria. 2001. Budidaya Ling Zhi dan Maitake Jamur Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, Penyakit jamur kulit,penerbit buku kedokteran, Palembang, 2005: 1-7, 17-23, 33-34.

Robinson, Richard. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference. USA.

Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Vares, T. and A. Hatakka. 1997. Lignin-degrading activity and ligninolytic enzymes of different white rot fungi: Effect of manganese and malonate. Can. J. of Botany. 75 (1): 61-71.

Zakrzewska,A.,  Boorma, A., Brul,  S., Hellingwerf,KJ.,  Klis, FM., 2005. Transciptional   Response  of Saccharomyces  cerevisiae to the  Plasma Membrane-Perturbing Compound Citosan, Eukaryot Cell. Vol 4 no 4. P. 703-715

Tags: , ,