Tugas Kuliah

Peran Ganda Balai Karantina dalam AEC 2015

Posted by miftachurohman on April 21, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala Lumpur, para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan Komunitas ASEAN yang memiliki tiga pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2) ASEAN Economic Community, (3) ASEAN Socio-Cultural Community. Komunitas ini pada awalnya akan diterapkan secara penuh pada tahun 2020, namun dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan dari pemimpin negara-negara anggota ASEAN. Hal ini pun juga disesuaikan dengan perkembangan globalisasi internasional yang menuntut ASEAN untuk lebih kompetitif lagi. (Djani, 2007)

Sebagai bagian dari salah satu pilar komunitas ini, AEC sendiri merupakan pondasi yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya EC juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di ASEAN kearah yang lebih signifikan(Kadin Indonesia, 2014).

AEC (ASEAN Economic Community) adalah sebuah komunitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN demi terwujudnya ekonomi yang terintegrasi, negara-negara tersebut bergabung dan memberlakukan sistem single market yang artinya terbuka dalam melakukan perdagangan barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja.

Bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang menjadi target utama Negara-negara Asean untuk memaksimalkan komoditas ekspor mereka. Dalam hal ini, peran Badan Karantina sangat penting terkait dengan sanitari dan fitosanitari. Oleh karena itu, kesepakatan SPS(sanitary and Phytosanitary) menjadi penting untuk dipahami oleh pihak-pihak yang terkait, seperti Badan karantina.

Di  Indonesia,  karantina diatur  dalam Undang-Undang  Republik Indonesia nomor  16 tahun 1992 tentang Karantina  Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Karantina tumbuhan  (selanjutnya disebut sebagai karantina saja) adalah  usaha dan tindakan pemerintah sebagai upaya pencegahan  masuk dan tersebarnya OPTK (organisme pengganggu tanaman  karantina) dari luar negeri dan dari suatu area ke area  lain di wilayah negara RI atau keluarnya dari wilayah negara  RI berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Serangan  Organisme Pengganggu  Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) merupakan salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya alam hayati.  Kerusakan tersebut sangat merugikan karena akan menurunkan hasil produksi budidaya tumbuhan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu juga dapatmengakibatkan musnahnya jenis-jenis  tumbuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah penyebarannya. Salah satu upaya pencegahan melalui karantina tumbuhan.

Karantina tumbuhan Indonesia dalam mencegah penyebaran tersebut dilakukan melalui  tindakan karantina yang berfungsi untuk mencegah masuk dan tersebarnya Organisme  Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Berdasarkan  ketentuan internasional, karantina tumbuhan Indonesia juga bertanggungjawab mencegah keluarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari wilayah Indonesia.

Dalam  rangka mencapai  tujuan tersebut, karantina  tumbuhan mengatur dan mengawasi  pemasukan dan pengeluaran tumbuhan,  hasil tumbuhan, media pertumbuhan, biakan organisme, kemasan, dan alat angkut(Sholeh, 2013).

Sebagai  anggota WTO,  Indonesia mempunyai  kewajiban untuk melaporkan adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) tertentu, jika telah terjadi wabah (outbreak), terjadi penyebaran secara luas atau berhasil melakukan eradikasi terhadap suatu jenis Pengganggu  Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), atau berhasil membangun kawasan yang bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) (pest free area)(Trisyono, – ).

Kesepakatan SPS pada intinya mengenai kesehatan dan perdagangan internasional. Kesepakatan SPS memperkenalkan perlunya bagi negara anggota WTO untuk tidak hanya melindungi dari risiko yang disebabkan oleh masuknya hama, penyakit, dan gulma (selanjutnya disebut organisme penganggu tumbuhan, OPT), tetapi juga untuk meminimalkan efek negatif dari ketentuan SPS terhadap perdagangan(Trisyono, -).

Kesepakatan SPS mengakui hak anggota WTO untuk melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan, atau tumbuhan dengan pemahaman bahwa persyaratan tertentu tetap dipenuhi. Persyaratan utama adalah bahwa ketentuan SPS harus didasarkan pada kaidah keilmuan; ketentuan tersebut harus tidak membatasi dalam perdagangan melebihi apa yang dipersyaratkan; ketentuan tidak boleh mengada-ada atau bersifat tidak adil dan diskriminatif; dan ketentuan tidak boleh mempunyai tujuan tersembunyi untuk membatasi perdagangan internasional. Tujuan secara menyeluruh adalah perdagangan yang bebas dan sehat(Trisyono, – ).

Dalam hal ini, Badan Karantina di Indonesia secara tidak langsung memiliki peran ganda. Selain sebagai filter masuknya OPT ke Indonesia, Badan Karantina juga secara tidak langsung dapat berfungsi sebagai barrier masuknya produk-produk pertanian ke Indonesia agar produk pertanian Indonesia bias dilindungi dari persaingan perdagangan bebas.

Dalam peraturan SPS telah disebutkan bahwa seharusnya ketentuan SPS dilakukan agar Negara tersebut dapat melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun dengan peraturan-peraturan yang sangat rumit dan kadang tidak diperlukan, peraturan SPS tersebut seperti menjadi penghalang masuknya produk-produk pertanian dari luar negeri ke Indonesia.

Kejadian semacam ini rawan terjadi di Negara-negara yang belum siap menghadapi AEC 2015. Indonesia merupakan Negara yang persiapanya belum maksimal di bidang pertanian. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan produk-produk pertanian dengan Negara lain. Persiapan tersebut dilakukan secara terintegrasi, tidak hanya dalam bidang pertanian.

Lalu upaya-upaya apa saja yang sekiranya bisa ditempuh agar petani di Indonesia dalam rangka menghadapi pemberlakuan AEC 2015 nanti, diantaranya adalah(Elizani, 2014):

  1. Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus segera menganalisa kekuatan dan kelemahan di sektor pertanian dan membuat rumusan.
  2. Perlu adanya sosialisasi intensif mengenai pemberlakuan AEC dan strategi untuk menghadapinya, kepada petani yang dibuat dengan bahasa sederhana agar mudah diterima petani.
  3. Menemukan teknologi efisien, yang bertujuan untuk menghasilkan produk dengan BEP rendah. BEP serendah mungkin bila dibandingkan dengan komoditas yang sama dari negara pesaing, sehingga harga jual produk pertanian Indonesia dipasaran bisa lebih terjangkau. Bagaimana hal ini dapat dicapai, salah satunya adalah dengan kembali menerapkan prinsip sistem pertanian organik dimana selain dapat menjaga kelestarian ekosistem / lingkungan juga dapat meningkatkan produktivitas. Selain itu dapat ditempuh dengan melakukan penerapan SOP/GAP spesifik lokasi dan komoditas.
  4. Membangun dan memperkuat kelembagaan gapoktan/kelompok tani. Kemampuan teknik budidaya dan manajemen petani yang masih rendah harus ditingkatkan, dan hal ini tidak lepas dari peran serta petugas dan pemerintah. Petani diajarkan bagaimana caranya berbudidaya yang baik, menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga tani itu sendiri.
  5. Menjalin kerjasama / kemitraan dan jejaring pasar secara nasional. Harus ada kemitraan yang kuat antar wilayah-wilayah pertanian di Indonesia. Serta perlu pengembangan sentra / daerah kawasan dengan komoditas spesifik lokasi.
  6. Membangun rasa cinta / semangat nasionalisme terhadap produk pertanian nasional.
  7. Menerapkan standar mutu internasional dalam rangka peningkatan kualitas produk, kuantitas dan kontinuitas.

Pemberlakuan AEC di tahun 2015 ini bisa menjadi ancaman tetapi bisa juga menjadi peluang bagi dunia pertanian Indonesia. Ancaman tersebut dating ketika Indonesia tidak siap mengahdapi AEC 2015. Dengan ketidaksiapan tersebut, Badan Karantina bias mempunyai peran ganda. Selain sebagai filter OPT, namun juga sebagai barrier bagi masuknya produk-produk pertanian ke Indonesia. Dengan segala macam peraturan SPS yang dibuatnya, Badan Karantina dapat melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Indonesia harus bersiap agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton, namun juga dapat bermain dalam pasar bebas ASEAN ini. Selain itu, dengan adanya AEC 2015 ini bisa digunakan sebagai ajang pemanasan dalam menghadapi perdagangan bebas APEC 2020 nantinya yang dianggap lebih berat tantangannya daripada AEC 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Djani, T.D. 2007. ASEAN Selayang Pandang. Jakarta: Dir. Jen. Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.

Elizani, P. 2014. Persiapan Sektor Pertanian dalam Menghadapi Pemberlakuan AEC 2015. <

http://distan.pemda- diy.go.id/distan11/index.php?option=com_content&view=article&id=8344:persiapan- sektor-pertanian-dalam-menghadapi-pemberlakuan-aec- 2015&catid=41:artikel&Itemid=514>. Diakses tanggal 26 Juni 2014.

Kadin Indoensia. 2014. http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/bahanseminarkadinpenas.pdf. Diakses tanggal 26 Juni 2014.

Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia dalam menghadapi AEC(Asean Economic Community) 2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional 2:509-522.

Trisyono, Y.A. Kesepakatan Organisasi Perdagangan DUnia(WTO) Tentang Sanitari dan Fitosanitari. Booklet.

 

***

Artikel ini di buat sebagai tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan

***

Tags: ,

[MAKALAH] BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN KELAPA (Cocos nucifera L.)

Posted by miftachurohman on March 03, 2017
Tugas Kuliah, Uncategorized / No Comments

MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN KELAPA (Cocos nucifera L.)

Disusun oleh :

Yohana Cahyantika K. (12960)

Anindita Farhani (12961)

Ade Intan Christian (12968)

Muhammad Gilang (12983)

Insofa (12984)

Miftachurochman (12969)

 

Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanaman kelapa tersebar diseluruh Kepulauan Indonesia, pada tahun 2010  areal pertanaman kelapa seluas 3,7 juta ha yang terdiri dari perkebunan rakyat (98,14 %), perkebunan besar negara (0,10 %) dan perkebunan besar swasta (1,73%). Produksi kelapa (equivalent kopra) tahun 2010 sebesar 3,26 juta ton yang terdiri dari perkebunan rakyat sebesar 3,18 juta ton, perkebunan besar negara  2,33 ribu ton dan perkebunan besar swasta 80,97 ribu ton (Anonim, 2010). Kelapa memiliki sebutan sebagai tree of life, sebab semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (gambar 1).

Gambar 1. Pohon Industri Kelapa

Penanganan komoditas kelapa melibatkan 7 juta KK atau 35 juta jiwa, suatu serapan tenaga kerja sangat besar dibidang pertanian, namun kondisi ekonomi petani kelapa umumnya memprihatinkan. Survei Cogent (Coconut Germplasm Internasional) tahun 2003, menunjukkan bahwa pendapatan petani kelapa rata-rata 200 $US/tahun, yang dikategorikan miskin. Produk yang dihasilkan ditingkat petani, masih tetap berupa kelapa butiran, kopra, gula dan minyak klentik. Kondisi pengolahan yang demikian menyebabkan nilai tambah yang diperoleh tidak maksimal dan tidak memberi peluang petani untuk ikut menikmati nilai tambah yang tercipta dalam proses pengolahan kelapa (Lay, 2002).

Komoditas kelapa mengalami kejayaan dengan produk utamanya berbentuk kopra pada periode 1960-1970an, pada masa itu usaha kopra dirasakan sebagai usaha yang sangat menguntungkan. Sejak periode 1980-2010, peran kelapa sebagai sumber bahan baku minyak goreng makin tergeser oleh komoditas kelapa sawit.  Periode bulan Februari-April 2011, harga kopra makin membaik yakni Rp7500-11.000/kg, diharapkan harga kopra sebesar Rp7500/kg, akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.

Industri kelapa yang sudah eksis sekarang ini perlu dipertahankan dan dikembangkan, sedangkan industri kelapa yang belum optimal patut mendapat perhatian yang serius dari semua pihak terkait untuk ditingkatkan kapasitas olah dan perluasan pasar, agar potensi bahan baku yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang peningkatan nilai tambah komoditas kelapa, peningkatan nilai ekspor dan perbaikan pendapatan masyarakat perkelapaan.

Upaya pengembangan pemasaran dilakukan terhadap pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.  Berdasarkan kondisi pemasaran produk kelapa dan peluang nilai tambah dari produk yang akan dikembangkan dominan pasar lokal/domestik yakni produk  buah kelapa muda, koktail kelapa, selei kelapa, suplemen makanan bayi, tepung ampas kelapa, minuman ringan, nata de coco, kecap air kelapa, minyak kelapa murni, arang tempurung, asap cair tempurung, arang briket, kayu kelapa, biodiesel dan pupuk organik limbah kelapa. Sedangkan yang dominan pasar ekspor antara lain kopra, kopra putih, minyak kelapa kasar, arang aktif,  dan serat sabut.

Neraca ekspor komoditas kelapa selang tahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari $ 509,7 juta menjadi 856,7 rata-rata 22,3 %/tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa produksi kelapa masyarakat telah memberikan konstribusi bagi penerimaan devisa negara  yang dapat diandalkan (Anonim, 2010). Pada Temu Bisnis Perkelapan Konperensi Nasional Kelapa VII di Manado Tahun 2010, bahwa penentuan harga kelapa (kopra, kelapa butiran) sebagai bahan baku industri dapat mencontohi penetapan harga kelapa sawit yang ditetapkan per minggu.  Penetapan ini dilakukan atas kesepakatan antara petani, asosiasi petani, pabrikan/ pengusaha dan pemerintah. Secara historis harga kopra sejak tahun 1950-1967 adalah 1 kg kopra setara dengan 1 kg. beras Nilon atau Milled Rice Long Grain (sekarang sama dengan beras Super Win), yang harganya Rp. 7500-8000/kg (Lay, 2002).

Berdasarkan hasil penilaian kesesuaian lahan, diperoleh data bahwa lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kelapa tersedia sekitar 10,70 juta ha (tabel 1), terutama terdapat di Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau, sehingga peluang pengembangan kelapa masih cukup luas. Namun, upaya perluasan areal kelapa akan menghadapi persaingan dengan komoditas perkebunan penghasil devisa lainnya, seperti karet, kelapa sawit, kakao, jambu mete, dan lada (Hidayat dan Mulyani, 2000). Oleh karena itu, penigkatan produksi kelapa perlu dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain peningkatan produktivitas tanah, perbaikan dan rehabilitasi tanaman yang rusak, serta perluasan areal tanam.

Tabel 1. Luas lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kelapa (ha) di 11 provinsi yang telah dievaluasi

Hasil penilaian kesesuaian lahan dibedakan menjadi lahan yang sesuai untuk intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi. Apabila wilayah yang dievaluasi tersebut telah digunakan untuk tanaman kelapa, maka arahan pengembangan lebih ditujukan untuk intensifikasi. Apabila lahan yang dievaluasi (misalnya berupa tegalan atau perkebunan) telah digunakan untuk komoditas selain kelapa, maka arahan pengembangan ditujukan untuk komoditas alternatif atau diversifikasi. Apabila lahan masih berupa alang-alang, semak belukar, lahan tidur, atau areal hutan yang dapat dikonversi, maka arahan pengembangan ditujukan untuk ekstensifikasi.

Tujuan

Mempelajari budidaya tanaman kelapa dan menganalisis SWOT dalam pelaksanaan budidaya dan produksi.

BAB II
SIFAT BIOLOGI TANAMAN

Klasifikasi Alami

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Ada dua pendapat yang mengatakan tentang asal tanaman kelapa. Pendapat pertama menyebutkan bahwa tanaman kelapa berasal dari Amerika Tengah. Alasannya di daerah tersebut lebih banyak ditemukan spesies tanaman kelapa daripada di tempat lain. Sementara itu, pendapat lain mengungkapkan bahwa kelapa berasal dari Asia Tenggara.

Tanaman kelapa banyak sekali manfaatnya dari pohon sampai buahnya. Kelapa merupakan tumbuhan yang sangat digunakan oleh manusia terutama buahnya yaitu sebagai bumbu dan bahan masakan. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Dikenal dua jenis kelapa yaitu kelapa genjah dan kelapa dalam.

Karakter Morfologi

Akar
Pohon kelapa berakar serabut lebat, mencapai 4.000 – 7.000 helai pada pohon yang telah dewasa. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Sebagian akar serabut tumbuh mendatar dekat permukaan tanah, kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter. Sebagian lainnya tumbuh ke dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus lapisan yang keras. Demikian juga jika ujung akar sampai pada permukaan air tanah, bagian ujung berhenti memanjang.

Akar serabut berukuran tebal rata-rata 1 cm. Pada bagian ujungnya tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi akar rambut digantikan oleh bagian akar berdinding lunak seperti gelembung-gelembung yang keluar pada permukaan akar yang terletak di belakang tudung akar. Bagian ini berwarna muda panjangnya rata-rata 5 cm, dan berfungsi mengabsorpsi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari permukaan akar tumbuh juga bagian-bagian berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan akar (pneumatophora).

Diantara akar-akar yang hidup terdapat pula akar-akar yang mati. Karena sebagian besar dari perakaran kelapa merupakan akar yang tumbuh mendatar, maka kalau pohon tumbuh pada tempat yang tanahnya terlalu gembur, batangnya mudah tumbang. Tetapi pada umumnya sistem perakaran yang dimiliki pohon kelapa menjamin untuk tidak terjadinya kerubuhan tanaman. Bagian-bagian pangkal batang mudah mengeluarkan akar-akar adventif, yang bila masuk ke dalam tanah akan berfungsi sebagai akar biasa. Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh keluar dari bagian batang bekas luka.

Batang
Pohon kelapa hanya mempunyai satu titik tumbuh terletak pada ujung dari batang, sehingga tumbuhnya batang selalu mengarah ke atas. Pohon kelapa tidak berkambium, sehingga tidak memiliki pertumbuhan sekunder. Luka-luka yang terjadi pada batang tidak dapat pulih kembali karena pohon tidak membentuk kalus.

Batang berangsur-angsur memanjang. Di sebelah ujung berturut-turut tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkatan pertumbuhan tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur keluar karangan bunga. Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang masih muda baru kelihatan jelas kalau pohon telah berumur 3 – 4 tahun, bilamana daun-daun terbawah telah gugur. Pada umur itu, bagian pangkal batang telah mencapai ukuran besar dan tebal yang tetap. Ukuran garis tengah batang antara 30-40 cm. Pada kelapa dalam pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih besar. Pada kelapa genjah yang masih murni, ukuran batang di bagian pangkal, tengah dan ujung hampir sama semuanya.

Tinggi pohon dapat mencapai 30 meter, tergantung varietasnya. Gerak tumbuhnya pada waktu umurnya masih muda cepat, tetapi tergantung pada keadaan lingkungan pertumbuhannya, seperti keadaan tanah, iklim, gangguan hama penyakit dan lain-lain. Cepat lambatnya pertumbuhan pohon dapat dilihat pada letak bekas-bekas pangkal pelepah daun pada batang. Rata-rata dalam satu tahun terbentuk 12 lembar daun. Bekas-bekas pelepah pada pangkal batang umumnya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung makin rapat. Umur tanaman dapat diketahui dengan menghitung bekas-bekas pelepah pada batang.

Dari potongan melintang dari batang, di bagian luar nampak adanya berkas-berkas pembuluh yang jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur menuju ke sebelah dalam jumlahnya makin berkurang. Di sebelah luar berkas-berkas pembuluh ini berkumpul dan bersambung dengan berkas-berkas pembuluh dari tangkai daun.

Daun
Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun satu membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut, ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal batang, membentuk batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari sebelah pangkal helai daun menuju ke ujung.

Untuk sementara titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal dari pohon yang masih muda itu memperlihatkan pertumbuhan membesar, sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus bertambah tebal. Pertumbuhan demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang sebenarnya mulai kelihatan.

Ukuran daun rata-rata mencapai 6-7 meter. Sirip atau anak daun berukuran panjang rata-rata 1-1½ meter. Luas permukaan daun rata-rata 7-8 meter persegi. Jumlah daun yang terbentuk dan gugur setiap tahun jumlahnya ± sama, sekitar 12-15 lembar. Pohon dewasa memiliki 30-40 daun pada mahkotanya.

Daun duduk melingkari batang dengan batang daun mengumpul pada batang. Bagian-bagian daun adalah :

  • Tangkai/pelepah daun, yang bagian pangkalnya melebar
  • Tulang/poros daun dan helai daun yang menyirip berjumlah 100-130 lembar

Bunga

Pohon kelapa akan berbunga apabila telah mencapai tingkat umur tertentu (untuk kelapa dalam berukur 4-5 tahun), karangan bunga berturut-turut tumbuh keluar dari ketiak daun. Karangan bunga kelapa disebut mayang atau manggar. Karangan bunga di bagian luarnya diselubungi oleh kulit manger yang disebut mancung (spatha). Panjang mancung rata-rata 80-90 cm. Karangan bunga terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang-cabang sebanyak 30-40 helai.

Gambar 1. Struktur Bunga Kelapa

Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang-cabang tumbuh bunga-bunga betina, kemudian menyusul bunga –bunga jantan sampai ke ujung tangkai. Bunga betina maupun bunga jantan letaknya melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai. Pada tiap cabang terdapat 1-2 kuntum bunga betina. Jumlah bunga jantan banyak sekali, pada tiap cabang terdapat ± 200 bunga, sehingga pada tiap manggar terdapat sekitar 8.000-10.000 kuntum bunga jantan. Sedangkan jumlah bunga betina hanya 20-50 buah, pada pohon-pohon yang masih muda sering kali belum terdapat bunga betina.

Selama dua hari setelah manggar membuka, bunga-bunga jantan berangsur-angsur menjadi dewasa, membuka, dan gerak ini dimulai dari bagian ujung tiap cabang menuju ke pangkal. Adapun gerak pertumbuhan bunga betina, untuk tiap manggar berlangsung selama 29 hari. Setelah itu bunga-bunga betina berangsur-angsur membuka menjadi dewasa, yang berlangsung selama ± 7 hari. Dengan tidak bersamaan dewasanya bunga jantan dan bunga betina, maka pada penyerbukan, bunga betina tidak mendapat tepung sari dari bunga jantan dan bunga betina lebih bersamaan,  sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri. Bagian-bagian dari bunga kelapa:

  • Bunga jantan : tiga helai kelopak bunga berukuran 3-5 mm; tiga helai daun mahkota berukuran ±15 mm; enam helai benang sari; satu putik rudimeter dengan kepala putih bersirip tiga lembar. Di antara sirip-sirip tedapat zat madu/nectar
  • Bunga betina : berukuran lebih besar dari bunga jantan sekitar 3 cm. Kelopak bunga tebal dan lebar, membungkus hampir seluruh bagian-bagian lainnya. Pada bagian ujung masih nampak keluar sedikit bagian ujung dari daun mahkota bunga. Putik tidak bertangkai, tetapi sisa-sisa dari benang sari masih tampak dan tersusun seperti gelembung-gelembung, banyaknya enam buah. Dasar buah terdiri atas tiga ruangan dan pada tiap ruangan terdapat satu bakal biji. Dari tiga bakal biji ini hanya satu saja yang kelak dapat tumbuh terus menjadi biji yang normal. Penyerbukan bunga berlangsung dengan perantaraan serangga.

Buah

Gambar 2. Struktur Buah Kelapa

Tiga sampai empat minggu setelah manggar membuka, bunga betina telah dibuahi dan mulai tumbuh menjadi buah. Dari jumlah buah yang terbentuk, ½ – ¾-nya secara berangsur-angsur rontok karena pohon tidak sanggup membesarkan buah tadi. Rontoknya buah-buah muda ini berlangsung selama dua bulan, dan sisanya akan tumbuh sampai tua. Pertumbuhan buah melalui tiga fase, yaitu :

  • Fase pertama : Berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut hanya membesar dan masih lunak. Lubang embrio juga ikut membesar dan berisi penuh air.
  • Fase kedua : Berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini bagian tempurung berangsur-angsur tebal, tetapi belum keras betul.
  • Fase ketiga : Pada fase ini, putih lembaga atau endosperm sedang dalam penyusunan. Penyusunan dimulai dari pangkal buah berangsur-angsur menuju ke ujung. Pada bagian pangkal mulai tampak terbentuknya lembaga. Warna tempurung berubah dari putih menjadi coklat kehitaman dan bertambah keras.

Daging buah, yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

  • Epicarp,  yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras dan tebalnya ½ 1/7mm.
  • Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari serat-serat yang keras tebalnya 3-5 cm.
  • Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6 mm. Bagian dalam melekat pada kulit luar dari biji/endosperm.
  • Putih lembaga atau endosperm yang tebalnya 8-10mm

Buah yang telah tua bobotnya terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28% endosperm dan 25% air. Sedangkan endosperm mengandung: 52% air, 34% minyak, 3% protein, 1,5% zat gula dan 1% abu. Adapun air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu.

Jenis-jenis Kelapa

Tanaman kelapa terdiri atas banyak jenis, karena pada umumnya dihasilkan dari penyerbukan silang dan sudah sejak lama diusahakan oleh manusia. Secara umum, kelapa dibagi menjadi tiga golongan yaitu kelapa dalam (tall variety), kelapa genjah (dwarf variety), dan kelapa hibrida yang merupakan persilangan antara varietas dalam dengan varietas genjah.

Gambar 3. Kelapa Hibrida

Kelapa Genjah (Dwarf Coconut)

  • Golongan kelapa yang memiliki umur mulai berbuah relatif muda, yaitu sekitar 3-4 tahun,
  • Pohon relatif lebih rendah,
  • Batang kecil lurus tanpa bol,
  • Jumlah buah per tandan banyak 10-30 buah/tandan,
  • Fase pembuahan 11-12 bulan,
  • Kualitas kopra kurang bagus,
  • Umur 25 tahun produksi mulai menurun.

Contoh : Kelapa gading (Malayan yellow dwarf), kelapa raja (Malayan red dwarf), kelapa puyuh (Nias yellow dwarf), kelapa raja malabar (Cameron red dwarf).

Kelapa Dalam (Tall Coconut)

  • Golongan kelapa yang memiliki umur mulai berbuah cukup tua, yaitu sekitar 6-8 tahun,
  • Batang tinggi besar,
  • Tinggi batang 15-18 m,
  • Mahkota terdiri dr 25-40 daun, terbuka penuh panjang daun 5-7 m,
  • Fase pembuahan 12 bulan,
  • Jumlah buah 6-12 bh/tandan
  • Umur bisa mencapi 90 th
  • Kopra, minyak dan sabutnya berkualitas baik

Contoh : Kelapa dalam hijau, merah coklat dan kelapa dalam kelabu coklat

Kelapa Hibrida

  • Mulai berbuah lbh cepat yaitu 3-4 th
  • Produksi kopra lbh tinggi (6-7 ton /Ha/th, pd umur 10 tahun
  • Potensi berbuah tinggi ± 140 bh/phn/th
  • Daging buah tebal dan keras
  • Kadar minyak relative tinggi
  • Habitus tanaman sedang / antara dwarf dan tall
  • Lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit

Contoh: Pb 121, khina 1, khina 2, dan khina 3

Syarat Tumbuh

Iklim

Kelapa dapat tumbuh di daerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas yang lembab. Pusat-pusat perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone antara 15ºLU dan 15ºLS. Di luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa yang tidak mampu menghasilkan buah (Florida, Los Angeles, Portugal). Meskipun kelapa dapat tumbuh pada keadaan iklim yang luas cakupannya, untuk pertumbuhan yang optimal dan tercapainya produktivitas yang baik, kelapa menghendaki persyaratan lingkungan tertentu, menyangkut elevasi, suhu, curah hujan, sinar matahari dan derajat lengas.

Elevasi

Kelapa tumbuh baik mulai pesisir sampai 600-700 meter di atas permukaan laut. Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan berbuahnya lambat dan hasilnya rendah.

Suhu

Suhu optimum bagi kelapa adalah yang rata-rata tahunannya 27ºC dengan fluktuasi 6-7ºC. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman muda yang sedang tumbuh berkembang menjadi kering dan mengakibatkan berkurangnya buah, tapi Pada masa pertumbuhan vegetatif, tanaman kelapa menghendaki suhu minimal 21oC, dimana dibawah suhu tersebut pertumbuhan tanaman kelapa menjadi tidak baik.

Kelembaban Udara

Pada umumnya, tanaman kelapa membutuhkan iklim yang panas dan lembab. Walaupun demikian kelembaban udara yang terlalu tinggi akan berpengaruh buruk bagi tanaman, begitu juga dengan kelembaban yang terlalu rendah. Kelapa akan tumbuh dengan baik pada kelembaban bulanan rata-rata 70-80%, dengan kelembaban minimal 65%. Bila kelembaban udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman akan kekeringan yang berakibat buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila kelembaban udara terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit.

Curah Hujan

Kelapa tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan antara 1800-2000 mm per tahun bahkan sampai 3800, yang jatuh tersebar merata sepanjang tahun selama tanah mempunyai drainase yang baik.  Pertumbuhan kelapa di daerah pantai pada umumnya baik meskipun curah hujannya lebih rendah daripada batas minimum. Hal ini disebabkan karena pada daerah itu, dibawah permukaan tanah terdapat air yang cukup, berasal dari daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah yang demikian adanya dan banyaknya air tanah merupakan faktor yang lebih menentukan daripada ukuran curah hujan.

Sinar Matahari

Tanaman kelapa menghendaki intensitas sinar matahari yang tinggi dengan jumlah penyinaran tidak kurang dari 2.000 jam per tahun atau 120 jam/bulan. Tanaman yang berada  di bawah naungan di tempat terlindung kurang baik pertumbuhannya. Lingkungan yang terbuka dapat memberikan pertumbuhan yang baik, dan sebaliknya.

Derajat Lengas

Untuk pertumbuhan yang dengan hasil tinggi, tanaman kelapa membutuhkan kelembaban udara antara 60-80%. Walaupun demikian, derajat lengas yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak baik, yaitu:

  • Mengurangi penguapan (transpirasi) yang berakibat menurunnya kemampuan pengambilan (up-take) unsure-unsur hara, sehingga dapat mengurangi jumlah buah.
  • Menyebabkan berkembang dan menyebarnya penyakit cendawan yang berbahaya,misalnya bud rot, dll.

Tanah

Dari faktor tanah sebagai media tanam, jenis tanah, pH, ketersediaan air, serta kemiringan lahan mempengaruhi pertumbuhannya. Karena tanaman kelapa memiliki jenis akar serabut, maka jenis tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah yang gembur atau berpasir supaya peresapan air serta tata udara berlangsung dengan baik. Selain itu tanaman kelapa juga memerlukan jenis tanah yang subur yang banyak mengandung unsur hara. Beberapa jenis tanah yang cocok untuk perkebunan kelapa antara lain tanah aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, ataupun tanah liat. Beberapa persyaratan sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman kelapa adalah sebagai berikut :

  • Struktur tanah baik (granuler atau remah) dengan tata udara yang baik,
  • Peresapan air baik,
  • Permukaan air tanah cukup dalam sehingga dapat memenuhi kebutuhan bagi perakaran tanaman kelapa, tapi tidak menimbulkan hambatan bagi aerasi udara dalam tanah,
  • Keadaan air tanah selalu bergerak (tidak menggenang),
  • Tekstur tanah berpasir paling cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa,
  • Solum (tubuh) tanah dalam sehingga dapat memberikan kesempatan pada akar untuk tumbuh dengan bebas,
  • Tidak terdapat lapisan padas yang menghalangi pertumbuhan akar,
  • Tanah memiliki kandungan bahan organik dalam jumlah yang cukup.

Rentang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah pH 5-8, adapun pH optimumnya adalah pH 5,5-6,5. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pohon-pohon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang berdekatan dengan air yang bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai, umumnya pertumbuhannya baik. Hal ini disebabkan karena air yang bergerak mengandung banyak oksigen yang baik untuk pernafasan akar.

Lokasi Penanaman

Lokasi budidaya tanaman kelapa dapat berupa tanah pekarangan, tanah rejuvenasi, tanah konversi, tanah asal hutan, maupun tanah bekas alang-alang. Kelima lokasi tanah tersebut pada prinsipnya hanya terdiri atas dua jenis lahan, yaitu tanah bukaan baru dan tanah bukaan kembali kebun-kebun yang sudah tua umurnya. Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kebun kelapa baik kebun bukaan baru maupun kebun bukaan kembali antara lain ketersediaan humus dalam tanah, keadaan air tanah, kebersihan lahan, serta perencanaan tata letak kebun. Persediaan humus harus diusahakan agar tidak berkurang, air tanah diatur dengan membuat saluran air (drainase), permukaan lahan dibersihkan hingga benarbenar bersih, bebas dari sisa-sisa tunggul dan bagian tanaman agar tidak menjadi sarang rayap. Perencanaan mengenai letak-letak bagian kebun, jalan pengangkutan dan pabrik harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga efisiensi pekerjaan di kebun dapat tercapai.

 

BAB III
TEKNIK BUDIDAYA

Pemilihan Bahan Tanam

Perbanyakan tanaman secara konvensional harus menggunakan bahan tanam berupa benih yang baik agar dapat dihasilkan buah yang baik juga. Benih tersebut dipilih dari pohon induk terpilih yang dipilih menurut kondisi lapangan yang umum. Pohon induk yang digunakan sebagai benih dipilih dengan sifat-sifat sebagai berikut :

  1. Umur pohon 10-20 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun),
  2. Batangnya kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat,
  3. Bebas dari gangguan hama dan penyakit.

Adapun ciri buah yang matang untuk benih, yaitu :

  1. Umur ± 12 bulan,
  2. 4/5 bagian kulit berwarna coklat,
  3. Bentuk bulat dan agak lonjong dan sabut tidak luka,
  4. Tidak mengandung hama penyakit,
  5. Panjang buah 22-25 cm, lebar buah 17-22 cm,
  6. Buah licin dan mulus,
  7. Air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.

Benih yang telah terseleksi diistirahatkan selama ± 1 bulan dalam gudang dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar matahari, suhu udara dalam gudang 25-27oC dengan sirkulasi udara yang cukup. Tujuan pengistirahatan ini adalah agar benih dapat tumbuh dengan baik karena mengalami proses pemasakan yang sempurna.

Persiapan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan tergantung jenis vegetasinya. Ada dua pembukaan lahan, yaitu pembukaan lahan hutan dan pembukaan lahan non hutan. Pembukaan lahan hutan mula-mula dilakukan penebasan belukar, lalu penebangan pohon. Penebangan harus sudah selesai 2,5-3 bulan sebelum penanaman. Adapun pembukaan lahan non hutan, perlu diketahui dengan jelas tanaman pengganggu yang tumbuh di lahan tersebut, memiliki rhizoma atau tidak. Hal ini akan berpengaruh pada langkah pengendalian tanaman pengganggu selanjutnya.

Penyemaian Benih

Sebelum ditanam di kebun, benih kelapa disemaikan terlebih dahulu untuk menghasilkan bibit kelapa yang baik. Terdapat beberapa tiga cara penyemaian, antara lain:

  1. Penyemaian sistem gantung dilakukan jika jumlah bibit kelapa yang diperlukan relative sedikit.
  2. Penyemaian sistem hamparan merupakan cara tradisional dan sangat sederhana yaitu dengan cara menghamparkan benih kelapa begitu saja di lantai rumah, kolong tempat tidur maupun di kamar mandi terbuka. Sama dengan penyemaian gantung, metode ini hanya cocok untuk penyemaian skala kecil.
  3. Penyemaian dalam bedengan merupakan teknik penyemaian yang banyak dilakukan untuk perkebunan kelapa skala besar. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mempermudah seleksi bibit kelapa, menghemat pembelian polibag dan dapat menyediakan bibit dalam jumlah yang besar dengan biaya yang relatif murah. Penyemaian dalam bedengan sebaiknya dilakukan pada musim penghujan untuk menghemat biaya penyiraman dan diusahakan dekat dengan sumber air atau sungai dan akan lebih baik lagi jika berdekatan dengan kebun yang akan ditanami.

Langkah-langkah penyemaian dalam bedengan adalah sebagai berikut :

  1. Pembersihan lahan persemaian dari tunggul, tonggak kayu, dan sisa tanaman lainnya
  2. Pengolahan tanah sedalam 30-40 cm
  3. Penambahan pupuk kandang untuk menambah kesuburan (dosis 10-20 ton/ha)
  4. Pembuatan bedengan dan saluran drainase
  5. Penyemaian benih kelapa dengan jarak sesuai dengan lama pembibitan
  6. Penyemaian dilakukan dengan membenamkan ke dalam tanah dengan 2/3 bagian benih masuk ke dalam tanah dan 1/3 bagian yang lain berada di atas permukaan tanah bedengan. Sebelum disemai sabut dapat dicelupkan dalam larutan insektisida untuk mencegah serangan rayap
  7. Pemberian naungan jika diperlukan yaitu jika keadaan udara terlalu panas
  8. Pemeliharaan bibit berupa penyiraman/pengairan, penyiangan rumput/gulma, pemupukan ,dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu hari sekali atau dua hari sekali tergantung pada keadaan dengan menggunakan gembor untuk mencegah kerusakaan tunas.

Pemeliharaan bibit dilakukan selama 32 minggu (8 bulan) yaitu hingga diperoleh bibit dengan jumlah daun 4 lembar dan siap dipindahkan ke kebun. Maksimal umur bibit untuk ditanam adalah 1 tahun setelah penyemaian. Jika bibit terlalu tua, maka pertumbuhan tanaman akan lambat. Sebelum dipindahkan ke kebun, bibit diseleksi terlebih dahulu untuk memisahkan bibit yang baik dengan bibit yang jelek (afkir). Karena adanya bibit afkir tersebut, maka jumlah benih yang disemai harus memperhitungkan bibit cadangan dan bibit yang akan diafkir yaitu sekitar 20%. Penyemain dalam polibag atau kantong plastik biasa dilakukan di perkebunan-perkebunan kelapa yang membutuhkan bibit dalam jumlah yang besar. Keunggulan teknik persemaian ini yaitu dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu datangnya musim hujan, memudahkan pengangkutan, tidak merusak akar tanaman, memudahkan perawatan dan pengamatan serta menghemat tempat. Meskipun demikian, penyemaian dengan teknik ini memerlukan biaya tambahan yaitu untuk pembelian polibag.

Penanaman

Bibit kelapa yang siap tanam selanjutnya dipindahkan ke kebun untuk ditanam. Penanaman ini sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sehingga tanah benar-benar lembab dan baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penanaman bibit adalah jarak tanam yang akan digunakan, pembuatan lubang tanam, pemindahan bibit ke kebun, dan penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman kelapa memerlukan jarak tanam yang tepat, yaitu jarak tanam yang memungkinkan daun-daun dari dua tanaman kelapa dewasa yang tumbuh berdampingan tidak bersentuhan serta jarak tanam yang cukup lebar. Karena jarak tanam cukup lebar maka pengolahan tanah dapat dilakukan sesudah penanaman. Jarak tanam yang optimal untuk tanaman kelapa genjah adalah 7 m, sedangkan untuk kelapa dalam adalah 9 m.

Para petani dapat menggunakan beberapa bentuk jarak tanam, antara lain bentuk segitiga sama sisi, empat persegi panjang dan bentuk bujur sangkar. Model segitiga sama sisi adalah model yang paling banyak digunakan, karena menghasilkan tanaman dengan jumlah 15% lebih banyak (penggunaan tanah lebih efisien).  Setelah ditentukan jarak tanam yang digunakan, selanjutnya dilakukan pembuatan lubang tanam dimana sebelumnya dilakukan pemasangan ajir berdasarkan bentuk jarak tanam.

Pembuatan lubang tanam untuk tanaman kelapa dilakukan satu atau dua bulan sebelum bibit ditanam, dengan membuat lubang tepat di tengah-tengah ajir. Ukuran lubang tanam untuk kelapa berkisar antara 60 cm x 60 cm sampai 100 cm x 100 cm, tergantung pada jenis tanah. Contoh ukuran lubang tanam adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm (panjang x lebar x kedalaman). Populasi Dengan jarak tersebut dalam, dalam 1 ha akan terdapat 143 pohon. Dengan jarak tanam yang lebar, pada kebun kelapa dimungkinkan dilakukan inter cropping, yaitu dengan menanam tanaman-tanaman tertentu di sela-sela jarak tanam (tanaman sela). Tanaman yang dipilih untuk tanaman sela harus merupakan tanaman yang cepat memberikan hasil, tanaman sela tidak menyaingi atau merintangi pentumbuhan tanaman utama (kelapa), bahkan dicari tanaman yang dapat melindungi dan membantu tanaman kelapa muda.

Beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman sela adalah jenis kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang kedelai, tanaman buah seperti pisang, nanas maupun tanaman sayuran seperti petsai dan bayam. Dengan inter cropping dapat diperoleh manfaat ganda, yaitu selain mendapatkan hasil panen dari tanaman sela, bagi kebun kelapa sendiri mendatangkan beberapa manfaat yaitu dapat melindungi tanah dari pengaruh sinar matahari maupun hujan yang lebat, mencegah terjadinya pengikisan tanah, menyuburkan tanah lapisan atas, mempertahankan dan memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan gulma, serta menjamin kelembaban tanah.

Pemeliharaan

Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil terserang hama dan penyakit berat dan mati, dilakukan pada musim hujan setelah tanaman sebelumnya didongkel dan dibakar pada musim kemarau. Kebutuhan tanaman tergantung pada iklim dan intensitas pemeliharaan biasanya untuk 143 batang/ Ha 17 batang.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau)

Pembubunan

Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.

Perempalan

Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan.

  • Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak 15 cm dari pangkal batang.
  • Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

Cara pemberian pupuk: menyebar dalam lingkaran mengeliling tanaman. Pupuk N, K, Mg diberikan bersamaan sedangkan pupuk P dua minggu sebelumnya. Sebelum pupuk N diberikan, tanah digemburkan untuk menghindari pencampuran dengan pupuk P karena dapat merugikan. Pada tanaman belum menghasilkan disebarkaan 30 cm dari pangkal batang sampai pinggir tajuk. Tutup dengan tanah daerah penyebaran pupuk.

Dosis pupuk tanaman kelapa sesuai umur tanaman (gram/pohon):

  • Saat tanam: Rata rata per pohon = 100 gram/pohon.
  • Satu bulan setelah tanaman: Urea = 100 gram/pohon, TSP = 100 gram/pohon, KCl = 100 gram/pohon, Kieserite = 50 gram/pohon.
  • Tahun pertama

Aplikasi I: Urea = 200 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite 100 gram/pohon.

Aplikasi II: Urea = 200 gram/pohon, TSP = 250 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite = 100 gram/pohon, Borax = 10 gram/pohon.

Tahun Kedua

Aplikasi I: Urea = 350 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon.

Aplikasi II: Urea = 350 gram/pohon, TSP = 600 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon dan Borax 25 gram/pohon.

Tahun ketiga

Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.

Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.

Tahun Keempat

Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.

Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.

Pengairan dan Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah kekeringan dilakukan dua atau tiga hari sekali pada waktu sore. Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitarbedengan atau dengan penyiraman langsung.

Waktu Penyemprotan Pestisida

Dilakukan setiap 20 hari dengan mengggunakan Sevin 85 WP, Basudin 10 gram, Bayrusil 25 EC dengan kosenttrasi 0.4% setip 10 hari atau 0.6% setiap 20 hari. Caranya menggunakan sprayer.

Lain-lain

Perbaikan saluran drainase/ cuci parit /kuras got dilakukan awal musim hujan dengan cara: memabat gulma dalam parit, menggaruk gulma pada dinding saluran dengan cangkul, dikumpulkan ditengah, pisahkan gulma dengan tanah dengan cara menghempas-hempaskan gulma dengan cangkul dan keluarkan semua kotoran dari parit, angkat tanah yang longsor kedalam parit, bentuk parit sesuai dengan ukuran, usahakan air dapat mengalir dengan baik, Pengerjaan dimulai dari muara ke hulu.

Ada beberapa cara melakukan sanitasi dalam budidaya tanaman kelapa, antara lain:

  1. Cara sanitasi Gawang yaitu dengan membakar sisa-sisa kayu pada gawangan dengan hati-hati. Mengumpulkan sampah dan sisa-sisa kayu pada gawangan dengan tinggi tidak lebih 40 cm, luas tumpukan 1 x 1 meter.
  2. Cara sanitasi pohon yaitu dengan membebaskan mahkota pohon dari segala kotoran dan bahan-bahan kering pada gawangan Membakar dengan hati-hati.
Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa

Pengendalian Hama:

Beberapa hama yang banyak ditemukan pada pohon kelapa antara lain kumbang badak atau kwangwung, kumbang sagu, kumbang brontispa, ulat artona, kumbang tanduk kelapa, belalang sexava, ngengat bunga kelapa, ulat daun kelapa, kumbang bibit kelapa, belalang bibit kelapa, ulat siput, kutu kapuk daun kelapa, kutu daun kelapa, anai-anai randu, belalang tahun, udang tanah, babi hutan, bajing atau tupai kelapa, tikus pohon, maupun binatang hutan seperti rusa dan beruang. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengenali karakter hama itu sendiri, untuk jenis hama mamalia besar dapat dilakukan upaya trapping atau dengan upaya pengalih perhatian. Pengendalian hama dari golongan insecta dapat dilakukan dengan menggunakan musuh biologinya atau pengendalian mekanis dengan melakukan pemungutan secara manual.

Pengendalian Penyakit

Penyakit yang sering ditemui pada tanaman kelapa antara lain penyakit kuning, penyakit pucuk busuk, penyakit bercak daun, penyakit busuk akar, penyakit rontok buah dan penyakit layu natuna. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan eradikasi pada tanaman yang terserang penyakit terutama yang menunjukkan gejala yang parah tujuannya agar tidak menyebar kepertanaman yang lain, tindakan lain adalah penggunaan bahan kimia sebagai upaya preventif penyakit pada bahan tanam, atau pada saat tanaman menunjukkan gejala ringan.

Pengendalian Gulma

Gulma yang banyak tumbuh di kebun kelapa antara lain Lalang, Teki, Lampuyangan, Pahitan, Sembung rambat, Tahi ayam/Lantana camara, Kipahit, eter maupun berbentuk belukar. Cara pemberantasan gulma dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan penyiangan maupun secara kimiawi dengan menggunakan herbisida dan bahan-bahan kimia lain.

Panen dan pasca panen

Pemanenan

Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 – 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 – 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 – 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 – 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak.

Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya.

Pada umumnya tanaman kelapa mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun (varietas genjah). Semakin tua umurnya jumlah buah berangsur-angsur semakin lebat. Pembuahan yang maksimal dan tetap tercapai pada umur 10-18 tahun. Untuk varietas dalam, kelapa mulai menghasilkan buah pada umur 6-8 tahun. Semakin tua umurnya jumlah buah berangsur-angsur semakin lebat dan mencapai pembuahan yang maksimal pada umur 15-20 tahun. Pemanenan buah kelapa dilakukan terhadap buah kelapa yang sudah masak di pohon (sudah tua). Buah kelapa tua (masak) ditandai dengan penampakan sabut mulai mengering, tempurung sudah berwarna hitam, air kelapa mulai berkurang, berat buah menurun (rata-rata perbuah berat kelapa genjah tinggal 1,5 kg dan kelapa dalam 2 kg), pembentukan putih lembaga sempurna (padat) dan jika tidak dipetik buah yang masak akan jatuh dengan sendirinya. Pemanenan buah kelapa dilakukan terhadap buah yang berumur 11-12 bulan. Buah yang tidak dipanen pada umur tersebut akan jatuh dengan sendirinya, sedangkan jika panen dilakukan lebih awal buah akan sukar dilepas dari tangkainya.

Rotasi Pemanenan

Pemanenan buah kelapa biasanya dilakukan dengan interval waktu antara 1-2 bulan. Rotasi pemanenan yang dilakukan harus mempertimbangkan tenaga kerja/biaya yang tersedia. Di daerah dengan jumlah tenaga kerja banyak dan ongkos yang murah dapat melakukan pemanenan 1 bulan sekali. Sedangkan daerah dengan tenaga kerja sedikit dan upah yang tinggi dapat melakukan panen 2 bulan sekali. Jika rotasi pemanenan dilakukan lebih dari 2 bulan, kemungkinan besar sudah banyak buah kelapa yang jatuh ke tanah dan pembersihan tajuk akan terlambat. Sebaliknya jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan, efisiensi tenaga kerja berkurang karena buah kelapa yang benar-benar masak baru sedikit.

Teknik Pemanenan

Teknik pemanenan dapat menggunakan tiga metode, pertama adalah buah kelapa dibiarkan jatuh, sedangkan cara yang banyak digunakan adalah dengan cara dipanjat. Teknik pertama (buah dibiarkan jatuh) memiliki kekurangan yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa kering (desiccated coconut). Pemanenan kelapa dengan dipanjat banyak dilakukan pada musim kemarau. Dengan memanjat pohon kelapa, dapat dipilih buah kelapa yang siap panen (kriteria panen) sekaligus dilakukan pembersihan mahkota daun. Adapun kelemahannya yaitu merusak pohon dengan membuat tataran untuk berpijak. Selain tenaga manusia, pemetikan dapat menggunakan bantuan binatang (kera/beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400 butir sehari dengan masa istirahat 1 jam. Akan tetapi beruk tidak dapat membersihkan mahkota daun dan selektivitasnya kurang. Metode panen lain adalah pemanenan dengan galah. Pemanenan ini dilakukan menggunakan bambu yang disambung dan ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Dengan teknik ini kemampuan pemetikan rata-rata adalah 100 pohon/orang/hari.

Produksi Buah

Kuantitas hasil panen buah kelapa dipengaruhi oleh varietas tanaman kelapa, teknik budidaya yang dilakukan, keadaan tanah dan iklim, keadaan air tanah, serangan hama dan penyakit serta umur tanaman. Kelapa jenis genjah dapat menghasilkan buah antara 9.000-11.000 butir/ha/tahun atau setara dengan 1,5-2 ton kopra. Kelapa jenis dalam dapat menghasilkan buah sekitar 4.000-5.000 butir/ha/tahun atau setara dengan 1-1,25 ton kopra. Produktivitas kelapa dapat ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif.

PascaPanen

Kegiatan pascapanen buah yang telah dipetik meliputi kegiatan penyortiran dan penggolongan, penyimpanan dan pengolahan awal. Buah yang disortir adalah buah yang kosong tidak berair, bunyi tidak nyaring bila diguncang, rusak/luka terkena hama, busuk dan kecil juga terhadap kelapa butiran pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak. Penyimpanan sementara buah kelapa memberikan beberapa keuntungan antara lain : memudahkan upaya pelepasan sabut; menambah kemasakan buah sehingga mutu kelapa dan hasil kopra lebih tinggi; memudahkan pelepasan daging buah kelapa dari tempurungnya; meningkatkan ketebalan daging buah; meningkatkan kadar minyak yang dihasilkan; menurunkan kandungan air dan meningkatkan kualitas arang tempurung dan sabut kelapa yang dihasilkan. Penyimpanan buah kelapa dilakukan dengan menumpuk buah dengan tinggi tumpukan maksimal 1 meter. Tumpukan yang dibuat berbentuk piramidal dan longgar dan dilakukan pengamatan secara rutin di gudang penyimpanan. Syarat-syarat gudang penyimpanan adalah sebagai berikut :

  1. udara segar dan kering
  2. tidak kebocoran dan kehujanan
  3. tidak langsung kena sinar matahari
  4. suhu udara dalam gudang 25-27 derajat C.

BAB IV
ANALISIS SWOT

Analisis SWOT komoditi kelapa sebagai berikut:

Kekuatan komoditi kelapa :

  1. Kelapa masih memiliki kekuatan sebagai komoditi perdagangan karena komoditi ini sudah lama dikenal.
  2. Penggunaannya sangat luas
  3. Beberapa produk kelapa memiliki sifat khas
  4. Memiliki potensi hasil yang dapat ditimgkatkan melalui pemuliaan, dan sebagainya

Kelemahan komoditi kelapa

  1. Masih belum terkoleksinya plasma nutfah dengan baik
  2. Usaha pemuliaan memerlukan waktu yang lama
  3. Sebagian pertanaman kelapa masih dikelola rakyat kecil yang belum mampu menerapkan teknologi maju
  4. Produk olahan khusunya minyak memiliki kandungan asa lemak jenuh yang kurang disukai

Ancaman komoditi kelapa

  1. Ketatnya persaingan dari beberapa produk minyak nabati seperti kelapa sawit, tanaman Chupea Sp. (tanaman semusim yang menghasilkan laurat seperti kelapa.
  2. Adanya kampanye Negara maju khususnya amerika tentang dampak pemakaian minyak kelpa terhadap kesehatan dan perusakan lingkungan

Peluang komoditi kelapa

  1. Dapat dikembangkan produk-produk olahan baru baik dari dagin buah (parutan kelapa kering, santan kelapa awetan)
  2. Pemanfaatan limbahnya (nata de coco, serat, sabut, dan arang)
  3. Perluasan tanaman yang masih memungkinkan
  4. Dapat ditingkatkan pendapatan pengelola dengan teknlogi budidaya pemanfaatan lahan di anatara kelapa (tumpangsari, agroforestri)

 

BAB V
KESIMPULAN

  1. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. 
  2. Teknik budidaya tanaman kelapa meliputi memperhatikan syarat tumbuh, menentukan lokasi penanaman yang tepat, perbanyakan tanaman, penanaman bibit di kebun, pemeliharaan tanaman (penyulaman, penyiraman, pengolahan tanah,pemeliharaan drainase dan jalan kebun, pemberian mulsa, pemupukan danpembersihan mahkota daun), hama dan penyakit tanaman kelapa, panen dan pascapanen.
  3. Perlu dilakukan upaya terintegrasi antara petani dan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi kelapa nasional.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Rencana strategis pembangunan perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementrian Pertanian, Jakarta.

Hidayat, A. dan A.Mulyani. 2000. Potensi sumber daya lahan untuk pengembangan komoditas penghasil devisa dalam Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku I. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Lay, A., 2002. Industri pengolahan kelapa terpadu. Makalah Temu Usaha dan Temu Teknologi Perkelapaan di Provinsi Banten. Cilegon, 31 Oktober 2002.

Tags: , , , ,

Pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC)/ Nilaparvata lugens

Posted by miftachurohman on February 13, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

https://goo.gl/images/n8qB3B

Wereng  coklat (Nilaparvata  lugens  Stal)  tergolong  hama yang sangat  berbahaya bagi usaha  tani padi. Serangan wereng  coklat dapat menurunkan produksi  padi Nasional. Hal ini terbukti dari angka ramalan II (ARM-II) pada Agustus 2010 produksi padi mencapai 65150764 ton padahal angka tetap (ATAP) 2009 telah mencapai 64398890 selisihnya kenaikan  produksi hanya 751874 ton dengan kenaikan produksi hanya 1.17%. Kenaikan produksi yang rendah ini akan mengganggu stabilitas nasional dalam hal kerawanan pangan.

Klasifikasi wereng coklat:

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : hemiptera

Sub ordo : homoptera

Family : delphacidae

Genus : Nilaparvata

Species : Nilaparvata lugens

Faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan meluasnya serangan WBC dalam beberapa tahun terakhir adalah potensi biotis WBC yangtinggi,  faktor abiotik, dan kegiatan operasional budidaya padi yang favorable(mendukung) berkembangnya populasiWBC. Ketiga faktor tersebut dapat bekerja secara bersama maupun secara sendiri-sendiri. Penjabaran lebih lanjut akan kami fokuskan pada faktor terakhir.

Insektisida masih banyak digunakan untuk pengendalian WBC maupun hama padi lainnya. Sudah sangat dipahami bahwa penggunaan insektisida yang tidak tepat menyebabkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, diantaranya resistensi dan resurjensi. Hasil penelitian sudah banyak

yang mendokumentasikan kemampuan populasi WBC untuk menjadi tahan terhadap berbagai jenis insektisida. Insektisida sama yang dipakai secara terus menerus akan menyebabkan munculnya populasi yang resisten (tahan) terhadap insektisida dalam waktu yang relatif  singkat.

Pengendalian  wereng coklat  dengan penerepan  sytem (Pengendalian  Hama Terpadu (PHT) yang  menekankan pada pengelolaan  agroekosistemn secara keseluruhan merupakan metode pengendalian yang efektif. Dalam pengelolaan agroekosistem  pada fase pertanaman, penentuan yang akan ditanam merupakan langkah strategis. Pengelolaan varietas diarahkan untuk menggunakan varietas yang  toleran atau tahan terhadap biotipe wereng coklat yang berkembang disuatu agroekosistem.

Kondisi agroekosistem yang berbeda memungkinakan biotipe wereng coklat di suatu daerah juga berbeda. Beberapa  hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi agroekositem suatu daerah berpengaruh terhadap biotipe wereng coklat pada daerah tersebut. Selain itu, pergiliran tanaman, penanaman serentak, serta pembatasan penggunaan pestisida kimia merupakan strategi utama pengendalian WBC. Bila pestisida kimia terpaksa dilakukan karena populasi WBC telah melampaui ambang kendali maka aplikasi harus dilakukan secara tepat guna yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat sasaran, tepat waktu dan tepat tempat.

Pengendalian  biologis dengan  memanfaatkan musuh alami merupakan salah satu langkah dalam pengelolaan agroekosistem. Pengendalian ini merupakan  alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Konservasi  musuh alami dan habitat pendukungnya berarti mencegah berkurangnya populasi dan potensi predator dan parasitoid, dengan cara mengembangbiakkan parasitoid dan predator secara alami serta meningkatkan  perannya dalam mengendalikan hama.

Di samping pengelolaan WBC dengan ecosystem based approach juga perlu penanganan dalam skala yang lebih luas (areawide approach). Pendekatan kedua merupakan komplemen terhadap yang pertama dan ditujukan untuk mengurangi sumber inokulum dalam skala yang luas. Pendekatan pertama, petani berperan lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan  pada aras lokal, sedangkan pendekatan kedua lebih menonjolkan peran pemerintah pusat maupun daerah sebagai fasilitator dan koordinator pelaksanaan kegiatan pengendalian secara bersama.

Dengan terpatahkanya sifat resisten varietas IR 64 terhadap WBC, maka perlu adanya pengembangan varietas baru. Selain itu, juga perlu dilakukan kegiatan monitoring biotipe WBC. Dengan adanya monitoring ini, maka akan dihasilakn mapping biotipe WBC di suatu daerah sehingga dapat ditentukan jenis VUTW yang sebaiknya ditanam di suatu daerah pada musim tertentu.

 

***

Artikel ini dibuat sebagai tugas mata kuliah  

***

Tags: , ,