Tugas Kuliah

Urgensi Kebijakan Perlindungan Tananaman dalam Menegakkan Kedaulaan Pangan Bangsa Indonesia

Posted by miftachurohman on February 03, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

Negara Indonesia seringkali mengalami krisis pangan, seperti  terjadi pada tahun 2007 sampai tahun 2008. Krisis pangan itu  mela hirkan satu pemahaman umum di banyak kalangan masyarakat dunia  bahwa “agriculture  should be the  main agenda in economic  development”.  Dalam  rangka penegakan kedaulatan pangan  itu pertanian haruslah menjadi agenda  utama yang digarap, karena terkait dengan  pemenuhan ketahanan pangan nasional.

Peran  pemerintah  dalam pembangunan  pertanian menuju kepada  penguatan ketahanan pangan sudah  cukup banyak. Berbagai kebijakan dan  program di sektor pertanian sudah dilakukan  dalam upaya meningkatkan hasil produksi pertanian, seperti  pemanfaatan benih unggul, penyediaan pupuk dan obat-obatan hingga pengolahan lahan pertanian.  Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah merealisasikan anggaran belanja dalam kurun waktu 2005-2010  yang terus meningkat rata-rata 25,1persen per tahun, yaitu dari Rp 2,7 dalam tahun 2005 dan menjadi Rp 8,2  triliun PDB) dalam tahun 2010.

Menurut Perserikatan Bangsa –  Bangsa, kebijakan diartikan sebagai pedoman untuk bertindak.Sedangkan menurut James E Anderson merumuskan kebijakan sebagai perilaku dari sekelompok aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu(Wahab, 2008). Kebijakan merupakan pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan suatu ketika menghadapi suatu permasalahan.

Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996). Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Akan tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu tanaman lainnya dibahas pada kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi.

Perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dari produk-produk pertanian. Selain itu, ada beberapa peran penting lainnnya diantaranya sebagai berikut :

  1. Mendorong peningkatan kuantitas dan mutu produk
  2. Mempertahankan produktivitas pertanian pada taraf tinggi
  3. Meningkatkan kontinuitas produk, antara lain menjamin keberhasilan penanaman
  4. Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi produksi sehingga harga lebih dapat bersaing
  5. Mernigkatkan keamanan produk dan menurunkan kandungan residu cemaran berbahaya (pestisida dan logam berat) pada produk pangan sehingga tidak berbahaya bagi konsumen
  6. Meningkatkan kepercayaan pasar domestik dan global terhadap produk pertanian Indonesia
  7. Mendorong peningkatan kualitas manajemen usaha, kemandirian dan volume usaha
  8. Memberdayakan dan memandirikan petani sebagai pengelola usaha tani yang profesional dan berorientasi pasar serta selera konsumen
  9. Meningkatkan kemampuan kelompok tani menjadi unit pembelajaran, unit produksi dan unit pemasaran
  10. Meningkatkan kesadaran dan komitmen petani terhadap pelestarian lingkungan hidup lokal, nasional, dan global
  11. Meningkatkan kemampuan petani dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi khas lokasi, memanfaatkan sumberdaya lokal, berwawasan lingkungan dan berdaya saing

Membangun ketahanan dan kemandirian pangan menjadi sangat penting dan strategis, sebagai penegasan  atas upaya penyediaan pangan yang dilakukan dengan mengimplementasikan kebijakan kebijakan dalam perlindungan tanaman. Menurut  Food and Agriculture Organization (FAO), kedaulatan pangan merupakan hak untuk memiliki pangan secara teratur, permanen dan bisa didapatkan  secara bebas, baik secara cuma-cuma maupun membeli dengan jumlah dan mutu yang mencukupi, serta cocok dengan tradisi-tradisi kebudayaan rakyat yang mengkonsumsinya.

 

***

Artikel ini di tulis sebagai tugas mata kuliah Kebijakan Perlindungan Tanaman

***

Tags: ,

Pest Free Area (PFA) di NTT untuk Jeruk Soe

Posted by miftachurohman on January 28, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

Area Bebas OPT (PFA) adalah suatu area yang dengan bukti ilmiah menunjukkan sebagai suatu area yang bebas dari suatu spesies OPT tertentu, dan apabila mungkin, kondisi tersebut secara resmi dipertahankan. Tempat produksi bebas OPT (PFPP) adalah suatu tempat produksi yang dengan bukti ilmiah menunjukkan sebagai suatu tempat produksi yang bebas dari suatu spesies OPT tertentu, dan apabila mungkin kondisi tersebut secara resmi dipertahankan selama waktu tertentu.

Lokasi produksi bebas OPT (PFPS) adalah wilayah tertentu dari suatu tempat produksi yang dengan bukti ilmiah menunjukkan bahwa wilayah tersebut bebas dari suatu spesies OPT tertentu, dan apabila mungkin kondisi tersebut secara resmi dipertahankan selama kurun waktu tertentu serta dikelola sebagai unit terpisah seperti halnya tempat produksi bebas OPT.

 

b

i
C d

A

 

Dari gambar tersebut semisal kita ambil contoh, pada suatu area “a” merupakan suatu area dimana ditempat tersebut merupakan area yang didominasi oleh tanaman tebu. Didaerah tersebut banyak ditanami tebu. Daerah “a” merupakan daerah dimana sering disebut daerah PFA, dimana area tersebut merupakan area yang cakupannya luas, mencakup beberapa tempat yang ada di area tersebut. Pastilah dalam melakukan budidaya tebu akan berakhir pada proses pengolahan.

Pada area “a” tersebut terdapat beberapa tempat yang digunakan untuk melakukan proses produksi. Tempat tersebut terdiri dari tempat b, c, dan d, dari ketiga tempat tersebut merupakan tempat produksi yang disebut dengan PFPP. Daerah tersebut merupakan tempat yang diharapakan untuk bebas OPT. Dalam melakukan proses produksi pada suatu tempat biasanya dipilih lokasi – lokasi yang tepat, dan cocok untuk melakukan produksi tebu.

Maka dari beberapa wilayah pada tempat produksi dipilihlah wilayah “i” sebagai wilayah pada tempat b sebagai wilayah untuk melakukan produksi, hal ini lah yang disebut dengan PFPS. Sehingga apabila kita hendak mengekspor hasil pertanian yang berasal dari tanaman tebu, maka area, tempat dan wilayah tersebut haruslah terbebas dari OPT dengan harapan pada daerah tersebut terbebas dari OPT yang berbahaya. 

Langkah yang harus dilakukan:

  1. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait penetapan PFA di NTT. Misalnya antara Badan Karantina NTT, perguruan tinggi yang diikutsertakan, serta pebisnis jeruk Soe
  2. Melakukan uji multilokasi untuk mengetahui apakah di daerah NTT terdapat lalat buah atau tidak. Jika terdapat lalat buah, kira-kira berapa jumlah populasi lalat buah tersebut.
  3. Membuat peraturan tentang lalulintas masuk produk buah-buahjan yang berpotensi menjadi media pembawa lalat buah.

Kendala yang diperkirakan menjadi hambatan:

  1. Sulitnya melakukan pengawasan terhadap aturan yang ditetapkan
  2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan serangkaian proses dalam sertifikasi
  3. Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar, sehingga mereka kurang perhatian terhadap kenerlanjutan status PFA
  4. Kurangnya tenaga ahli.

 

***

Artikel ini dibuat untuk mata kuliah Karantina Tumbuhan

***

Tags: , ,

Infeksi Organ Spesifik oleh Ustilagonoidea virens

Posted by miftachurohman on January 07, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

Ustilagonoidea virens adalah salah satu jenis patogen jamur dari kelas ascomycetes yang menyebabkan penyakit gosong pada padi. Penyakit ini merupakan penyakit yang penyebaranya sangat luas. Ustilago virens menyebabkan penyakit gosong palsu pada padi (false smut disease), salah satu penyakit yang sangat merusak pada padi (Oryza  sativa) Penyakit yang disebabkan oleh Ustilago virens ini tidak hanya mengakibatkan kehilangan hasil pada produksi padi, namun juga dapat mengkontaminasi gabah dan jerami yang berpotensi meracuni manusia dan hewan.

Jamur Ustilagonoidea virens menginfeksi organ bunga pada padi kemudian menghasilkan hifa putih, kemudian berkembang menjadi klamidiospora yang berbenduk tepung berwarna hijau gelap pada spikelet selama masa akhir infeksi.  Karakteristik dari penyakit ini dapat dikenali dari sklerotia yang terbentuk dua macam mikotoksin, yaitu ustiloxin dan ustilaginidin. Ustiloxin berfungsi untuk menghambat pembelahan sel, terutama menghambat pembentukan mikrotubulus dan kerangka sel. Ustilaginoidin merupakan bentuk turunan dari bi (naphtho-γ-pyrone) yang dapat melemahkan zat anti tumor pada manusia.

Gambar: Proses infeksi Ustilagginpidea virens. (a) Benang sari terinfeksi oleh Ustilaginoidea virens. (b) Gosong palsu terbentuk pada bulir padi. (c) Sclerotia terbentuk pada permukaan spora. (d) Stroma yang dihasilkan oleh sclerotium berkecambah.(e) ascocarp dibentuk pada stroma. (g). Askospora berkecambah. (i) gambar klamidiospora dilihat dari mikroskop elektron dengan skala 3 μm (j) Clamidiospora berkecambah dengan skala 10 μm.

Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit hangus palsu/ noda palsu adalah bulir-bulir padi berubah menjadi gumpalan spora yang berukuran sampai 1 cm. Mula-mula gumpalan spora tersebut berwarna kuning sampai oranye, kemudian menjadi hijau gelap. Gejala terlihat nyata sewaktu bulir mulai masak. Chlamydospore tidak mudah dilepaskan dari bola smut karena adanya bahan yang lekat. Biasanya hanya terdapat untaian bulir pada malai yang terinfeksi. Jamur ini akan merusak terutama pada kondisi yang lembab, banyak hujan, mendung pada masa pembungaan dan tanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi. Penularannya terjadi melalui udara.

Bahan bacaan:

Anonim. 2011. Penyakit hangus palsu/noda palsu pada tanaman padi (Ustilaginoidea virens ) ( http://www.gerbangpertanian.com/2011/02/ penyakit- hangus-palsu-noda-p alsu-pada.html  Diakses tanggal 1 Oktober 2015

Hu, M., Luo, L., Wang, S., Lie, Y., and Li, J. 2014. Infection processes of Ustilaginoidea virens during artificial inoculation of rice panicles. European Journal of Plant Pathology 139:

Zhang, Y., Zhang, K., Fang, A., Han, Y., Yang, J., Xue, M., Bao, J., Hu, D., Zhou, B., Sun, X., Li, S., Wen, M., Yao, N., Ma, L., Lie, Y., Zhang, M., Hunag, F., Luo, C., Zhou, L., and Li, J. 2014. Specific adaptation of Ustilaginoidea virens in occupying host florets revealed by comparative and functional genomics <http://www.nature.com/ncomms/ 2014/140520/ncomms4849/full/ncomms4849.html> Diakses tanggal 1 Oktober 2015

***

Artikel ini ditulis sebagai tugas mata kuliah

***

Tags: , , ,