LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA 5
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Disusun oleh:
Miftachurohman
12969
Asisten:
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
TUJUAN
- Mengetahui cara budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.)
- Mengetahui cara pembuatan media tanam jamur tiram (Pleurotus sp.)
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900 dan jamur tiram kelabu (Pleurotus sajor caju) pada tahun 1974. Kegiatan budidaya spesies jamur ini sebagai bahan pangan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya yaitu ketersediaan substrat (Brock dan Michael, 1991). Dari hasil penelitian dan riset Badan Kesehatan Dunia (WHO), jamur tiram memenuhi standar gizi sebagai makanan yang layak dikonsumsi, enak dimakan, tidak beracun, dan memiliki kandungan gizi yang tinggi serta berkhasiat sebagai obat berbagai macam penyakit (Sumiati dkk, 2005). Taksonomi dari jamur tiram putih yaitu:
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp.
Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Chang dan Miles, 1989: 20-21). Dalam proses pembuatan kultur induk, para pembuat bibit pada umumnya lebih memilih media biji-bijian daripada media kayu. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat keberhasilan, murah, dan mudah pembuatannya. Selain itu, keuntungan utama dari biji-bijian adalah ketersediaan nutrisi yang tinggi bagi pertumbuhan jamur. Kekurangannya adalah tingginya kandungan nutrisi ini juga berakibat tingginya resiko kontaminasi dibandingkan bahan-bahan lain. Biji-bijian yang sering digunakan adalah gandum, sorgum, milet, beras, dan jagung.
Kayu adalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber energy dan untuk membangun massa sel. Jamur membutuhkan selulosa, lignin, karbohidrat, dan serat. Jamur kayu memiliki tiga enzim penting yaitu, selulase, hemiselulase dan ligninase. Ketiga enzim ini digunakan untuk mendegradasi lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga menjadi siap dikonsumsi oleh jamur (Husen dkk, 2002).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L.) merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang cukup digemari masyarakat. Jamur tiram putih termasuk dalam kelompok Basidiomicetes, yakni kelompok jamur busuk putih yang ditandai dengan tumbuhnya miselium berwarna putih memucat pada sekujur media tanam. Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah dan Djarijah, 2001).
METODE PRAKTIKUM
Praktikum Mikologi yang berjudul Budidaya Jmur Tiram dilaksanakan pada (lupa) di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik dan Rumah Kaca, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, sklapel, Erlenmeyer, alcohol, lampu Bunsen, jarum ent, korek, tisu, PDA, plastic, autoklaf manual. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamur tiram segar, PDA, asam laktat, serbuk gergaji kayu sengon, gips, TSP, bekatul, bibit jamur tiram beli, dan bibit jamur tiram di buat sendiri.
Cara kerja dalam praktikum ini di bagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuatan bibit jamur tiram dan, pembuatan media tanam, dan penanaman bibit jamur tiram. Pada pembuatan bibit jamur tiram, langkah kerja yang dilakukan adalah bagian dalam tangkai jamur tiram putih diiris secara aseptis dengn ukuran kurang lebih 0,5X0,5 cm. irisan tersebut diletakkan dalam plate PDA di cawan petri. Kemudian diinkubasikan selama 1 minggu dan dipindahkan biakan dalamPDA miring dalam tabung reaksi sehingga diperoleh biakan murni jamur tiram putih. Seluruh biakan jamur tiram putih dibiakkan dalam PDA miring dalam starter dan inkubasikan selama 1 minggu sehingga seluruh media starter dipenuhi oleh benang-benang (miselium) jamur.
Media starter yang telah dipenuhi miselium jamur diambik dengan pinset dan diletakkan dalam media bibit. Diinkubasikan sleama 2 minggu sampai seluurh media bibit dipenuhi oleh miselium jamur. Pada pembuatan media tanam, serbuk gergaji dengan bahan tambahan lainya dicampur sambal diperciki dengan air sehingga diperoleh kandungan air kurang lebih sebesar 60%. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam plastic yang tahan panas, dipadatkan dan selanjutnya dikukus selama minimal 4 jam dan kemudian didinginkan selama 24 jam.
Cara penananam yang dilakukan adalah, setelah media tanam dingin, kemudian diisi dengan bibit secara aseptis di bagian permukaan media lalu dibenamkan dalam media tanam sedalam 1-1,5 cm. kemudian kantong plastic ditutup dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar selama 3-4 minggu, setelah seluruh permukaan media tanam penuh ditumbuhi benag-benang jamur, kantong plastic dibuka pada bagian atas. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga agar kelembaban tetap tinggi yaitud dengan penyiraman dengan disemprot 2-3 kali sehari. Kebersihan jamur harus tetap terjaga untuk menghindaru adanya hama dan penyakit mengganggu pertumbuhan jamur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamur tiram merupakan termasuk ke dalam family Pleurotus. Jamur ini dapat membentuk tubuh buah yang dapat dikonsumsi. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) (Djarijah, 2001).
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah mengenai nutrisi baglog yang harus tersedia di dalam baglog. Jamur tiram memiliki nutrisi yang berbeda untuk melakukan pertumbuhan vegetative dan generative. Oleh karena itu, ada bebera hal penting yang perlu di perhatikan terkait dengan penyediaan nutrisi. Penyediaan nutrisi tersebut berhubungan erat dengan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat baglog.
Jika miselium jamur tumbuh tumbuh lebat pada masa vegetative, maka umur produksi baglog akan pendek. Hal ini sangat berbeda jika pertumbuhan miselium jamur lambat, yang berartibaha pertumbuhan vegetatifnya juga lambat. Kondisi yang demikian akan membuat pertumbuhan geberatif jamur akan berumur panjang, hal ini menjadikan baglog mempunyai umur produksi yang panjang. Hasil dari jamur yang akan di panen adalah hasil generative jamur, yaitu berupa tubuh buah. Oleh karena itu, masa generative jamur harus panjang.
Dari hasil uji bibit jamur, menunjukkan hasil sebagai berikut. Bibit jamur yang dibuat sendiri memiliki pertumbuhan miselium yang lambat. Hal ini dapat terlihat pada permukaan baglog. Pada baglog yang dengan bibit di buat sendiri, miselium memakan waktu lebih lama untuk menutupi seluruh permukaan baglog. Sementara itu, pada baglog yang digunakan bibit beli menunjukkan pertumbuhan miselium yang cepat dan pertumbuhanya lebat. hal ini menyebabkan permukaan baglog lebih cepat tertutupi oleh miselium jamur.
Dari kedua kondisi diatas dapat diketahui bahwa pada media yang sama, pertumbuhan bibit yang di buat sendiri dengan yang membeli memiliki perbedaan pertumbuhan. Miselium lebih cepat tumbuh pada bibit yang beli, sedangkan pada bibit yang dibuat sendiri, memiliki pertumbuhan yang lambat.
Bahan yang umumnya dijadikan sebagai media tanam jamur antara lain serbuk kayu, bahan ini merupakan bahan dasar pembuatan media tanam. Serbuk kayu mengandung beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan. Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin, sedangkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah dan atsiri. Selain gergaji bahan tambahan yang dicampur dalam baglog jamur yaitu kapur, bekatul serta gips atau CaSO4 (Jazuri, 2013).
Lebih lanjut ditambahkan oleh Jazuri (2013), penambahan kapur sebagai sumber kalsium dan berguna untuk mengatur tingkat kemasaman media.Kandungan kalsium dan karbon sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur dan sebagai penyumbang nutrisi pada saat jamur dikonsumsi.Penggunaan bekatul dimaksudkan sebagai sumber karbohidrat, karbon (C) dan nitrogen (N).Selain itu vitamin B1 dan B2 juga terkandung didalamnya. Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan harus yang masih baru dan belum bau tengik. Cahayana dkk (1999) menerangkan bahwa kapur tohor berguna untuk mengatur pH media tanam jamur agar mendekati netral atau basa, selain itu untuk menigkatkan mineral yang diperlukan jamur untuk pertumbuhannya. Gipsum digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media.
Sebelum media siap digunakan, diperlukan adanya beberapa perlakuan. Perlakuan awal setelah mencampur berbagai bahan baku penyusun, selanjutnya yaitu membiarkan campuran tersebut selama 7-10 hari, hal ini penting untuk menguapkan amoniak. Perlakuan selanjutnya adalah mensterilisasikan media tanam tersebut dengan suhu 85˚C dan dengan tekanan 2-3 atmosfir selama 48 jam. Tujuan sterilisasi adalah untuk mencegah tumbuhnya jamur liar (jamur kontaminan) atau mikroba lain yang tidak diharapkan pertumbuhannya
Tujuan pengomposan bahan adalah untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dan bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawasenyawa yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik (Cahayana dkk, 1999). Namun pada proses pengomposan terjadi proses dekomposisi terhadap bahan organik melalui proses biokomia sehingga menyebabkan berkurangnya bahan organik dan mengakibatkan menigkatnya kadar abu, sehingga hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengomposan tidak menjamin kenaikan nilai pakan berserat tinggi.
Serat yang didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein. Air berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertumbuhan jamur.Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus sp. Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur (Vogel, 1985).
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Nitrogen adalah komponen utama dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein, protein adalah zat yang sangat kita butuhkan dalam pertumbuhan. Nitrogen juga hadir di basis pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang nantinya membawa hereditas. Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer(78%) gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi. Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman menyerap N sebagian besar dalam bentuk ion NO3 -dan NH 4+, sedikit urea melalui daun dan sedikit asam amino larut dalam air (Miftahudin, 2008).
Hal ini sesuai dengan Garraway dan Evans (1984), yang menyatakan bahwa dalam pertumbuhannya jamur mempergunakan karbon serta nitrogen untuk komponen sel tubuh, sehingga semakin padat konsesntrasi miselium akibat pertumbuhan jamur makin banyak nitrogen tubuh (protein murni).Peningkatan kandungan protein murni dalam biomassa yang sejalan dengan pertumbuhan jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Kandungan protein pada media bekas penanaman jamur tiram dapat meningkat sampai 22,4% sebagai akibat dari meningkatnya kandungan asam-asam amino pada substrat tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliastuti dan Adhi (2003) yang menyatakan bahwa jamur merupakan sumber mineral yang baik, kandungan mineral utama yang tertinggi adalah kalium (K), kemudian fosfor (P), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Mg mencapai 56-70% dari total abu, dengan kandungan kalium sangat tinggi mencapai 45%.
KESIMPULAN
- Tahapan dalam budidaya jamur merang adalah mempersiapkan alat dan bahan, melakuakan isolasi bibit, membuat baglog, menginokulasikan baglog dengan bibit, dan pemeliharaan.
- Jamur tiram embutuhkan nutrisi yang berbeda untu pertumbuhan vegetative dan generative.
DAFTAR PUSTAKA
Brock, T. D., and T. M. Michael. 1991.Biology of microorganisms. New York, Prentice Hall
Chang, S.T. dan P.G Miles. 1989. Edible Mushrooms and Their Cultivation. Florida, CRC Press, Inc.
Cahyana,Y.A., Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.
Djarijah NM & Djarijah AS. 2001. Jamur Tiram Pembibitan Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Garraway, M.D. and R.C. Evans.1984.Fungal Nutrition & Physiology. John Wiley & Sons, Singapore.
Husen, S., U. Santoso, dan T. Wahyudi. 2002. Pengaruh Macam Serbuk Gergaji Terhadap Produksi dan Kandungan Nutrisi Tiga Jenis Jamur Kayu. Jurnal Tropika. 10: 79-86.
Jazuri, 2013. Budidaya Jamur Kuping. http://doublejspizzeria.com/tag/budidayajamur- kuping/. Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.
Miftahudin, 2008.Fisiologi Tumbuhan Dasar. Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB.
Rachmat, B. 2000. Dasar-Dasar Pembuatan Bibit Jamur. Bandung, Bal Publication
Sumiati, E., E. Suryaningsih, dan Puspitasari. 2005. Perbaikan Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. J. Hort 16: 96-17.
Vogel, 1985. Analisis Anorganik Kuantitatif Mineral Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Yuliastuti dan S. Adhi. 2003. Studi Kandungan Nutrisi Limbah Media Tanam Jamur Tiram Putih Untuk Pakan Ternak.http://www.ut.ac.id/ html/ jmst/ jurnal_2003.1/Eko_Yuliastuti_ES/Studi_Kandungan_Nutrisi_Limbah_Media_Tanam.HT ML Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.