Daur hidup penyakit

Daur Hidup Penyakit pada Tanaman Hias

Posted by miftachurohman on June 14, 2018
Tugas Kuliah / No Comments

***

Artikel ini di tulis sebagai tugas mata kuliah

***

Saat ini tanaman hias sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat golongan menengah ke atas. Tanaman hias telah menjadi bagian dari budaya bangsa sejak zaman dahulu kala, seperti pada upacara kelahiran, pesta ulang tahun, perkawinan, upacara adat atau kematian. Tanaman hias juga berfungsi memperindah lingkungan.

Tanaman hias yang memiliki penampilan cantik, unik, dan menarik dengan kualitas yang prima senantiasa dituntut oleh konsumen. Namun upaya memenuhi keinginan konsumen tersebut menghadapi berbagai masalah, terutama organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti serangga hama, nematoda, bakteri, virus, dan jamur. Hama dan penyakit dapat merusak tanaman secara langsung atau mengganggu penampilan tanaman sehingga kualitasnya menurun atau bahkan tidak layak jual (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2009).

Salah satu OPT penting tanaman hias adalah jamur. Jamur pathogen meyebabkan tanaman penampilan tanaman hias menjadi tidak menarik. Hal ini menyebabkan kualitas dan nilai jual tanaman hias menjadi rendah. Selain itu, tanaman hias tersebut menjadi tidak laku untuk di ekspor. Oleh karena itu, kerugian yang ditimbulkan oleh jamur pathogen sangat merugikan bagi prospek tanaman hias.

Jamur  patogen  tumbuhan dapat  masuk ke dalam jaringan  tumbuhan melalui beberapa jalan  antara lain; a) luka; b) lubang-lubang  alami; c) menembus secara langsung permukaan jaringan yang utuh (Anonim, 2009). Jamur pathogen mengembangkan struktur infeksi khusus untuk memasuki tumbuhan inang. Struktur infeksi dibentuk agar jamur dapat melakukan penetrasi terhadap organ, jaringan, sel, dan komponen sel yangberbeda dari tumbuhan. Jamur parasite tumbuhan mengembangkan metode yang berbeda untuk tujuan berbeda pula seperti misalnya untuk menginvasi tumbuhan inang, mendapatkan nutrisi, dan untuk mengkoloni jaringan yang telah diinfeksinya (Gafur, 2003).

Setelah menempel pada permukaan tumbuhan, spora kemudian berkecambah. Saat perkecambahan merupakan factor yang penting bagi kelangsungan hidup spora. Inisiasi dari proses dikendalikan oleh factor fisik dan kimiawi yang berbeda. Dalam hal saat perkecambhan penghambatan diri perkecambahan memegang peran penting. Sesudah perkecambahan, tabung kecambah teryata menempel sangat kuat di permukaan jaringan tumbuhan. tabung kecambah menghasilkan berbagai macam enzim penghancur kutikula dan dinding sel. Kutinasi dianggap enzin yang paling penting bagi perkembangan jamur pada tahap ini (Gafur, 2003).

Apresoria dibentuk pada ujung tabung kecambah sebagai organ untuk menyangga hifa penetrasi. Apresoria menempel kuat pada substrat alami semisal epidermis daun maupun bahan buatan dan berfungsi bagi jamur untuk memasuki jaringan tumbuhan inang. Setelah itu, hifa penetrasi kemudian terbentuk. Selama proses tersebut jamur secara intensif membentuk enzim penghancur yang berperan penting dalam proses penghancuran dinding sel. Enzim tersebut adalah hidrolitik dan enzim litik (Gafur, 2003).

Lubang  alami yang  sering digunakan  sebagai tempat masuk  oleh jamur patogen adalah stomata atau mulut kulit. Dari apresorium ini akan dibentuk tabung penetrasi yang masuk ke  dalam lubang stomata dan di dalam ruang udara akan membengkak menjadi gelembung substoma yang kemudian dari tempat ini akan tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah, membentuk  haustorium dan mengisap makanan dari sel-sel inang, sehingga infeksi sudah terjadi (Anonim, 2009).

Lentisel yang berisi sel-sel berdinding tipis yang lepas-lepas dan di dalamnya terdapat lebih banyak ruang antar sel juga merupakan salah satu tempat yang dapat dilalui oleh patogen untuk masuk ke dalam jaringan selama belum terbentuk gabus di bawahnya.  Patogen yang masuk melalui lentisel akan mendapat perlawanan oleh pembentukan gabus, sehingga agak mirip dengan penetrasi melalui luka (Anonim, 2009).

Jika hifa infeksi mulai menguraikan dinding luar sel epidermis, keseimbangan dalam  sel mulai terganggu. Protoplas mengalami perubahan dalam strukturnya, menjadi lebih kasar dan granuler. Kadang-kadang plasma mengalami koagulasi dan mengendap  pada permukaan hifa yang telah masuk, sehingga hifa yang masuk terbungkus oleh selaput yang padat, yang dapat menghalangi difusi sekresi jamur ke dalam sel. Ada  kalanya lapisan pembungkus ini menjadi lebih kuat karena adanya endapan selulosa dan hemiselulosa yang disebut lignituher, yang dapat menghentikan pertumbuhan hifa (Anonim, 2009).

Contoh penyakit oleh jamur pada tanaman hias adalah antraknosa pada tanaman anggrek. Jamur penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloesporioides. Gejala serangan jamur ini adalah pada  daun atau umbi semu mula-mula muncul bercak-bercak  berbentuk bulat, mengumpul, berwarna kuning atau hijau  muda kemudiaan berubah tubuh buah jamur. Jika menyerang  bunga, menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu, sehingga menutupi seluruh bagian bunga.

Daftar pustaka:

Anonim, 2009. Patologi dan Patogenesis.http://eprints.uns.ac.id/2063/1/99020109200910451.pdf Diakses tanggal 10 Mei 2015.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2009. Biopestisida pengendali hama dan penyakit tanaman hias. Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian 31:6-8

Gafur, A. 2003. Aspek fisiologis dan biokimiawi infeksi jamur pathogen tumbuhan. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan 3: 24-28

Tags: ,