gliserin murni

Laporan Praktikum Nematologi Pertanian Acara III: Menghitung Populaso, Fiksasi, dan Memindah Nematoda pada Gliserin Murni

Posted by miftachurohman on May 21, 2018
Laporan Praktikum, Nematologi Pertanian / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
NEMATOLOGI PERTANIAN
ACARA III

MENGHITUNG POPULASI, FIKSASI DAN MEMINDAH NEMATODA PADA GLISERIN MURNI

Disusun oleh:
Miftachurohman
12/334974/PN/12969

LABORATORIUM NEMATOLOGI
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

 

PENDAHULUAN

 

Nematoda parasitik tanaman merupakan salah satu jenis hama penting, karena menimbulkan kerugian besar pada tanaman dalam sistem produksi pertanian di daerah tropis maupun sub tropis. Kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 20-25%, bahkan kadang-kadang menyebabkan kegagalan seluruh panen (Ogbuji, 1987; Luc et al., 1995). Serangan nematoda mengakibatkan berkurangnya fungsi akar secara normal, mengakibatkan pengangkutan unsur hara ke bagian jaringan tanaman di atas permukaan tanah makin berkurang (Dropkin, 1991).

Serangan nematoda dapat diantisipasi sebelum mengakibatkan kerugian yang lebih besar maka perlu dilakukan tindakan preventif (pencegahan). Dalam rangka tindakan pencegahan, maka informasi tentang berbagai spesies dan populasi nematoda pada suatu daerah menjadi suatu faktor yang sangat penting.

Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan dan kerugian akibat nematoda adalah dengan pengendalian uang tepat. Agar pengendalian dapat tepat sasaran dan teknik maka diperlukan informasi mengenai kepadatan dan keragaman nematoda pada suatu lahan (Panggeso, 2010).

Tubuh nematoda sangat rapuh sehingga mudah rusak jika tidak ditangani dengan benar. Untuk mendapatkan spesimen awetan yang baik maka proses pembuatannya harus mengikuti prosedur yang benar, dimulai dari cara mematikan, fiksasi hingga pembuatan spesimen awetan atau awetan dalam bentuk preparat (Suwanda, 2009).

Praktikum Nematologi Pertanian acara III ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara menghitung populasi nematoda hasil ekstraksi-isolasi, mengetahui cara memfiksasi nematoda hasil ekstraksi-isolasi, dan mengetahui cara memindah nematoda ke dalam gliserin murni.

 

CARA KERJA

 

Praktikum acara 3 Nematologi Pertanian yang berjudul “Menghitung Populasi, Fiksasi dan Memindah Nematoda ke dalam Gliserin Murni”  dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Maret 2016 bertempat di Laboratorium Nematologi Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, counting dish (pastik hitung), kait nematoda, sirakus, droggstof, dan eksikator. Bahan yang digunakan berupa suspensi nematoda hasil ekstraksi – isolasi, gliserin, alkohol, dan bahan fiksatif.

Praktikum acara III ini terdiri dari dari tiga langkah kerja. Langkah kerja pertama adalah menghitung populasi nematoda. Cara kerja dalam menghitung populasi nematoda adalah langkah pertama suspensi nematoda dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian volume suspensi nematoda dibuat menjadi 100 ml. Suspensi kemudian diaduk merata dengan menggunakan pipet kemudian segera diambil suspensi di bagian tengah sebanyak 5 ml. Suspensi nematoda kemudian dihitung dengan menggunakan mikroskop.

Langkah kedua adalah melakukan fiksasi nematoda. Cara kerja dalam melakukan fiksasi nematoda adalah suspensi nematoda hasil ekstraksi – isolasi diendapkan selama 15 menit, volume airnya dikurangi hingga volume suspensi nematoda menjadi 15 ml. Kemudian dipanaskan dalam larutan fiksasi (FAA) hingga suhu 70 – 800C, selanjutnya dituangkan ke dalam suspensi nematoda sebanyak 3-4 kali volume suspensi nematoda. Kemudian nematoda dibiarkan selama 3-4 hari agarmengalami fiksasi secara sempurna.

Langkah ketiga adalah memindahkan nematoda ke dalam gliserin murni. Cara kerja yang dilakukan adalah langkah pertama didsiapkan nematoda yang telah di fiksasi kemudian dikait 5 ekor nematoda dan dimasukkan ke dalam gelas sirakus yang telah berisi larutan fiksatif sebanyak 2 ml. Kemudian permukaan gelas sirakus ditutup dengan lempeng kaca. Kemudian dimasukkan gelas sirakus ke dalam eksikator  yang berisi alkohol 95% selanjutnya dimasukkan eksikator tersebut ke dalam oven dan panaskan 400C selama 12 jam. Setelah 12 jam gelas sirakus dikeluarkan kemudian dituangkan seinhorst 1 (95 cc alkohol + 5 cc gliserin) sebanyak 2-3 ml ke dalam sirakus tersebut, tutup kembali gelas sirakus dengan lempeng kaca. Kemudian dimdasukkan kembali ke dalam oven selama 3 jam. Setelah 3 jam dikeluarkan dan isimpan di dalam eksikator yang berisi CaCO3. Nematoda di dalam sirakus ini seluruh tubuhnya telah berisi gliserin murni.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Metode
Kel Baermann (100 ml) Sentrifuse (5 ml) Wht Akar (5 gr) Wht Tanah (100 ml) Pengkabutan (5 gr) Fenwick (100 ml) Saring (50 ml)
1 53,33 1200 82 27 987 121 23
2 133,33 7480 920 186,67 1020 163 26
3 13,4 20 1566 0 1293,4 162 3
Σx 66,68 2900 857,33 71,1 1100,13 148,66 17,33

Tabel 1. Hasil Populasi Nematoda Pada Setiap Perlakuan

Ekstraksi-isolasi nematoda adalah suatu proses untuk memisahkan nematoda dari habitat hidupnya, baik dari tanah maupun dari jaringan tanaman sebelum dilakukan kajian lebih lanjut. Kajian lebih lanjut yang dilakukan adalah amtara lain identifikasi dan penghitungan populasi nematoda. Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan ekstraksi isolasi nematoda dari sampel tanah maupu jaringan tanaman, diantaranya adalah corong Baermann, Whitehead Tray, sentrifuse, penyaringan, pengkabutan, dan fenwick. Pemilihan metode yang akan digunakan untuk ekstraksi isolasi nematoda ditentukan dengan ketersediaan fasilitas, objek nematoda yang ditargetkan, ukuran sampel, jumlah sampel, tipe tanah, dan lain sebagainya.

Dari hasil pengamatan ekstraksi-isolasi dengan menggunakan tujuh metode dan dua macam sampel dapat diketahui bahwa metode ekstraksi isolasi untuk akar paling banyak adalah dengan menggunakan metode pengkabutan, yaitu dengan jumlah rerata 11000,13eko r. Untuk sampel tanah, metode yang menghasilkan nematoda paling banyak adalah metode fenwick, yaitu denganjumlah rerata 148,65 ekor.

Dari hasil pengamatan, maka dapat diketahui bahwa metode pengkabutan cocok digunakan untuk ekstraksi-isolasi nematoda dari sampel akar. Sementara itu, metode fenwick paling cocok digunakan untuk ekstraksi isolasi nematoda dari sampel tanah. Hal ini berdasarkan pada banyaknya jumlah nematoda yang tertangkap.

Setelah perhitungan populasi, selanjutnya dilakukan langkah berikutnya yaitu fiksasi nematoda. Fiksasi merupakan kegiatan yang bertujuan mematikan nematoda secara mendadak dan untuk mengawetkan nematoda sementara. Fiksasi merupakan metode yang dilakukan untuk mengawetkan nematoda dengan cara menambahkan larutan FAA ke dalam suspensi nematoda. Larutan FAA dibuat menggunakan bahan yaitu Alkohol 95%, formalin 40%, asam cuka, dan akuades. Selanjutnya biarkan fiksasi secara sempurna selama 3-4 hari. Kelemahan larutan fiksatif tersebut adalah tidak bisa digunakan untuk menyimpan spesimen dalam waktu lama.

Sebelum dilakukan fiksasi, nematoda harus dimatikan terlebih dahulu dengan cara pemanasan agar struktur tubuhnya tidak rusak. Cara mematikan yang benar adalah dengan memberikan panas yang sifatnya mendadak (±60 ºC), yaitu menyeduh dengan air panas atau dengan larutan fiksatif panas, kemudian segera didinginkan dengan manambahkan bahan yang sama. Mematikan nematoda dapat juga dilakukan dengan menuangkan air mendidih ke dalam kumpulan nematoda di dalam tempat yang sudah berisi air dengan volume sama dengan jumlah air yang dipanaskan. Mematikan nematoda dengan suhu yang berlebihan tidak dibenarkan karena dapat merusak struktur bagian dalam nematoda (Suwanda, 2009).

Nematoda yang telah difiksasi kemudian di kait sekitar 5 ekor dengan menggunakan kait nematoda dan dimasukkan ke dalam gelas sirakus yang berisi larutan fiksatif bertujuan untuk pengawetan sementara. Setelah itu dilakukan pemindahan nematoda ke gliserin murni. Fungsi dari larutan gliserin murni adalah untuk mengganti cairan tubuh nematoda, sehingga tubuh nematoda tidak rusak dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan preparat nematoda.

Nematoda yang telah difiksasi dipindahkan ke dalam gelas sirakus yang sebelumnya telah diisi dengan larutan fiksatif sebanyak 2 ml. Tutup sebagian permukaan gelas sirakus dengan lempeng kaca. Gelas sirakus yang telah berisi nematoda dimasukkan ke dalam desikator yang berisi alkohol 95%.

Desikator tersebut dimasukkan ke dalam oven dan panaskan 400C selama 12 jam. Setelah 12 jam keluarkan gelas sirakus kemudia tuangkan seinhorst 1 (95 cc alkohol + 5 cc gliserin) sebanyak 2-3 ml ke dalam sirakus tersebut,kemudian ditutup kembali gelas sirakus dengan lempeng kaca. Masukkan kembali ke dalam oven selama 3 jam. Setelah 3 jam dikeluarkan dan simpan di dalam eksikator yang berisi CaCO3. CaCO3 bersifat absorben yang berfungsi untuk menyerap uap air dalam desikator.

 

KESIMPULAN

 

  1. Populasi nematoda yang akan dihitung dapat diperoleh dari berbagai macam teknik ekstraksi-isolasi. Teknik ekstraksi isolasi yang dapat digunakan adalah metode corong Baermann, metode Whitehead Tray (tanah), metode Sentrifuse, metode Pengkabutan dan metode Saring.
  2. Fiksasi nematoda berfungsi untuk mematikan nematoda secara mendadak dan mengawetkan nematoda untuk sementara waktu.
  3. Larutan gliserin murni berfungsi untuk mengganti cairan tubuh nematoda sehingga tubuh nematoda dapat awet.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dropkin V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Luc, M., R.A. Sikora, & J. Bridge, 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Sub Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Ogbuji. 1987. Consideration of Nematodes in Integrated Pest Manajement of tropical crops Integrated Pest Manajement for tropical crops in Nigeria.

Panggeso, J. 2010. Analisis Kerapatan Populasi Nematoda Parasitik pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Asal Kabupaten Sigi Biromaru. J. Agroland 17: 198-204

Suwanda. 2009. Pedoman Pembuatan Dan Pengelolaan Koleksi Penyakit Tumbuhan.Pusat Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta

Tags: , , , ,