indeks vigor

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Acara II: Media Tanam

Posted by miftachurohman on May 10, 2017
Dasar-Dasar Agronomi, Laporan Praktikum / No Comments
ACARA II
MEDIA TANAM

TUJUAN

Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan kualitas bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu tanah tersususun dari unsur-unsur zat padat, zat cair dan gas. Untuk pertumbuhan tanaman yang memuaskan, unsur-unsur ini harus ada dalam perbandingan yang tepat. Bagian zat padat tersusun atas bahan anorganik dan bahan organik. Bagian anorganik terdiri atas sisa bebatuan setelah mengalami pelapukan  karena iklim, yang dapat berupa proses kimiawi dan fisika. Komponen anorganik bermacam-macam ukurannya, dari batuan kerikil sampai partikel koloid yang sangat kecil dari tanah liat. Bagian organik tanah terdiri dari organisme hidup dan organisme mati. Serangga, cacing, jamur, bakteri dan akar-akar tanaman merupakan zat organik yang hidup, sedangkan sisa dari hewan dan tumbuhan dalam bermacam-macam tingkat pembusukan merupakan zat organik yang mati. Sisa dari pembusukan (humus) sebagian besar koloid, dan membantu dalam menyimpan air dan gizi tanaman. Bagian cair dari tanah berisi air, berfungsi untuk melarutkan mineral-mineral dalam berbagai kuantitas, seperti O2 dan CO2. unsure-unsur mineral air dan barangkali CO2 masuk ke tanaman lewat larutan tanah (Hartman dan Kester, 1976).

Gaya berkecambah merupakan tolak ukur viabilitas potensial yang merupakan stimulasi dari kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum. Perbedaan hasil pengujian viabilitas benih yang dipengaruhi oleh media tanamn terkait dengan kemampuan media dalam mensuplai kebutuhan benih untuk pertumbuhanay. Pengujian viabilitas benih harus mengikuti standar internasional, baik metdode maupun evaluasi pengujian supaya hasil yang diperoleh dapat diakui dan diterapkan secara internasional(Linggar dkk., 2006)

Perkecambahan tanaman akan berlangsung apabila faktor luarseperti air, udara, suhu dan kelembababn terpenuhi. Keberadaan udara dan air dalam tanah  tidak terlepas dari sistem aerasi. Yang dimaksud dengan aerasi adalah ,emberi kotak udara terhadap permukaan badan air. Aerasi bertujuan untuk proses oksigenasi(Hidayat, 2008).

Pemberian pupuk kandang yang berupa pupuk kotoran ayam diharapkan akan dapat membantu menetralkan pH tanah, menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasi tidak tinggi, mendorong kehidupan jasad renik, dan sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik. Semakin baiknya kondisi fisik tanah dan semakin meningkat kandungan unsur hara di dalam tanah menyebabakan laju pertumbuhan fotosintesis meningkat dan tersedia fotosintat yang cukup untuk meningkatkan jumlah polong isi per tanaman (Nurjen et al., 2007).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah juga harus memperbaiki sifat fisika tanah. Bahan organik berperan dalam menciptakan struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningktakan kemampuan tanah menahan air, meninkatkan infiltrasi, dan stabilitas agregat tanah. Pupuk kandang merupakan slaah satu jenih bahan organik. Bentuk pupuk kandang yang diberikan ada dua jenis, yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang sudah mengalami proses dekomposisi(Tisdale et al., 1985).

METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Agronomi acara II yang berjudul Media Tanam dilaksanakan pada hari Kamis,  25 April 2013 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain biji kacang tanah (Acahis hipogaea), tanah, pupuk kandang, pasir. Alat-alat yang digunakan antara lain polibag, cetok, oven,  penggaris dan alat tulis.

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dilakuakan persiapan media tanam. Tanah bagian atas diambil sampel ketebalan 25 cm dari eprmukaan tanah. Setelah itu disiapkan pupuk kandang. Media tanam yang disiapkan ada 3 macam yaitu tanah, campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 serta campuran antara tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbadingan 1 : 1 : 1. Setelah itu campuran yang ada dimasukkan dalam polibag. Kemudian media tanam tersebut dibasahi dengan air sampai kapasitas lapang, lalu dimasukkan 10 biji kacang tanah ke dalam pot dan dipelihara. Proses perkecambahan tersebut diamati selama 7 hari, pada awal minggu kedua dilakukan penjarangan dan disisakan tiga tanaman. Jumlah daun dan tinggi tanaman diamati setiap tiga hari dan selama 28 hari. Kemudian tanaman dipanen dan dilakuakn penimbangan berat segar tajuk dan akar untuk masing masing perlakuan. Kemudian tanaman dioven pada suhu 65-70cC selama 48 jam. Setelah beratnya konstan, ditimbang berat kering tajuk dan akarnya. Kemudian dihitung gaya berkecambah dan indeks vigor debgab rumus:

GB =jumlsh biji berkecambahtotal biji yang dikecambahkan x 100%

IV = Σ jumlsh biji berkecambah hari ke-nhari ke-n

Setelah itu dibuat grafik gaya berkecambah, indeks vigor, tinggi tanaman, dan jumlah daun pada berbagai hari pengamatan serta histogram berat segar dan berat kering tajuk dan akar.

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
Gaya Berkecambah dan Indeks Vigor

Gaya Berkecambah

Perlakuan JUMLAH BIJI BERKECAMBAH
Kel. 1 2 3 4 5 6 7 GB
Perlakua A (TANAH) 1 0 0 7 7 9 9 9 90%
2 0 9 10 10 10 10 10 100%
3 0 1 3 4 4 5 8 80%
4 6 7 7 7 7 7 7 70%
5 5 5 6 6 7 7 7 70%
6 0 2 4 5 8 8 10 100%
Rerata 1,84 4 6,12 6,5 7,5 7,67 8,5 85%
Perlakuan B (TANAH + PUPUK) 1 0 0 0 8 9 10 10 100%
2 1 9 10 10 10 10 10 100%
3 0 0 3 5 7 8 9 90%
4 4 8 8 8 8 8 8 80%
5 7 8 8 8 8 8 8 80%
6 0 3 5 6 9 9 10 100%
Rerata 2 4,67 5,67 7,5 8,5 8,83 9,12 92%
Perlakuan C ( TANAH + PUPUK + PASIR ) 1 0 6 8 9 9 10 10 100%
2 0 1 6 6 8 8 8 80%
3 0 0 4 6 7 9 9 90%
4 0 2 3 3 4 5 5 50%
5 5 6 6 7 8 8 8 80%
6 0 0 1 2 9 9 9 90%
Rerata 0,84 2,5 4,67 5,5 7,5 8,17 8,17 82%

Indeks Vigor

Perlakuan

INDEKS VIGOR

Kel. 1 2 3 4 5 6 7
Perlakua A (TANAH) 1 0,00 0,00 2,30 1,75 1,80 1,50 1,28
2 0,00 4,50 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00
3 0,00 0.5 1,00 1,00 0,80 0,83 1,14
4 6,00 3,50 2,33 1,75 1,40 1,17 1,00
5 0,50 0,00 0,10 0,10 0,10 0,00 0,00
6 0,00 1,00 0,67 0,25 0,60 0,00 0,29
Rerata 1,08 1,80 1,12 0,81 0,78 0,58 0,62
Perlakuan B (TANAH + PUPUK) 1 0,00 0,00 0,00 2,00 1,80 1,60 1,40
2 1,00 4,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00
3 0,00 0,00 1,00 1,25 1,40 1,33 1,29
4 4,00 4,00 2,67 2,00 1,60 1,33 1,14
5 0,70 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 0,00 1,50 0,67 0,25 0,60 0,00 0,14
Rerata 0,95 1,60 0,78 0,92 0,90 0,71 0,66
Perlakuan C ( TANAH + PUPUK + PASIR ) 1 0,00 3,00 2,27 2,25 1,80 1,60 1,40
2 0,00 0,50 1,67 0,00 0,40 0,00 0,00
3 0,00 0,00 1,33 1,50 1,40 1,50 1,29
4 0,00 1,00 1,00 0,75 0,80 0,83 0,71
5 0,50 0,10 0,00 0,10 0,10 0,00 0,00
6 0,00 0,00 0,33 0,25 1,40 0,00 0,00
Rerata 0,08 0,77 1,10 0,81 0,98 0,66 0,57
Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Tinggi Tanaman

Perlakuan Kelompok TINGGI TANAMAN
  1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan A ( TANAH ) 1 3,92 9,42 12,48 16 17,9 20,67 21,58
2 18,75 24,35 29,6 31,25 32,75 35,3 35,6
3 15,5 17,5 20 21,5 22,3 24 25
4 17,67 21,77 26,9 27,3 30,17 32,22 35,42
5 9,8 12,83 14,03 15,2 16,4 14,33 14,77
6 6,67 11 13 13,5 15,5 21 21,5
Rerata 12,05 16,14 19,35 20,79 22,5 24,59 25,64
Perlakuan B ( TANAH + PUPUK ) 1 5,9 6,62 7,78 8,72 9,58 10,3 11,9
2 19,05 24,75 28,75 29,85 33,2 36 38,75
3 8 12 14 14 14,4 14,6 15
4 10,8 12,9 14,47 15,5 16,57 18,2 19,4
5 9,16 17,1 18,9 21,367 21,67 19 19,77
6 4,34 8,5 9,34 10 13,5 15 17,33
Rerata 9,54 13,65 15,59 16,57 18,15 18,85 20,36
Perlakuan C ( TANAH + PUPUK + PASIR ) 1 2,025 3,2 4,45 6,3 7,6 9,45 12,15
2 10,15 16,45 18,55 19,55 20,9 20,7 21,75
3 11,5 15 17,5 19 19,2 19,6 19,8
4 10,75 12,87 15,67 16,84 17,5 18,5 19,87
5 12,26 12,3 14,5 16,23 17,67 15,17 15,5
6 7,67 14 16 16,5 18,5 21 25
Rerata 9,05 12,3 14,45 15,73 16,89 17,4 19,01

Jumlah Daun

Perlakuan Kelompok JUMLAH DAUN
1 2 3 4 5 6 7
Perlakua A ( TANAH ) 1 3 4 4 7 7 7 8
2 0 1 1 3 3 3 3
3 1 1 1 1 1 2 2
4 0 0 2 2 2 2 3
5 1 1 2 2 2 2 2
6 1,00 1,00 1,67 2,00 2,67 3,00 3,00
Rerata 1,00 1,33 1,94 2,83 2,94 3,17 3,50
Perlakua B  ( TANAH + PUPUK ) 1 2 2 3 3 4 4 4
2 0 1 2 2 4 4 4
3 1 1 1 1 1 1 1
4 0,00 0,00 1,33 2,00 2,00 2,33 3,00
5 1,00 1,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00
6 1,00 1,00 1,33 2,00 2,00 2,00 2,00
Rerata 0,83 1,00 1,78 2,00 2,67 2,72 2,83
Perlakuan C ( TANAH + PUPUK + PASIR ) 1 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 4,00 5,00
2 0,00 1,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00
3 1,00 1,00 1,00 2,00 3,00 3,00 3,00
4 0,00 0,00 1,67 1,67 1,67 1,67 2,33
5 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
6 1,00 1,00 1,67 2,00 2,33 3,00 3,00
Rerata 0,83 1,00 1,89 2,11 2,67 2,78 3,06

Berat Kering dan Berat Basah Akar

Perlakuan Kelompok Berat Kering Akhir (gr) Berat Basah (gr) TAJUK (gr) AKAR (gr)
before after before after
Perlakua A ( TANAH ) 1 0,7 3,7 3,4 0,6 0,3 0,1
2 0,69 1,27 1,143 0,64 0,17 0,05
3 0,38 1,3 1,2 0,3 0,1 0,08
4 0,35 1,07 0,97 0,27 0,1 0,079
5 0,18 2 1,89 0,16 0,11 0,02
6 0,38 1,067 0,97 0,3 0,1 0,08
Rerata 0,45 1,73 1,59 0,37 0,14 0,07
Perlakuan B ( TANAH + PUPUK ) 1 0,35 1,56 1,44 0,3 0,12 0,05
2 0,53 1,116 0,973 0,49 0,143 0,04
3 0,22 0,677 0,627 0,19 0,05 0,03
4 0,113 0,91 0,67 0,1 0,24 0,013
5 0,24 3,98 3,68 0,2 0,3 0,04
6 0,22 0,71 0,66 0,19 0,05 0,03
Rerata 0,27 1,5 1,34 0,24 0,15 0,033
Perlakuan C  ( TANAH + PUPUK + PASIR ) 1 0,23 1,71 1,62 0,2 0,09 0,03
2 0,65 1,1733 0,95 0,57 0,2233 0,08
3 0,3 1,27 1,21 0,27 0,06 0,03
4 0,155 1,377 1,32 0,12 0,057 0,035
5 0,43 2,17 2,06 0,36 0,11 0,07
6 0,3 1,37 1,37 0,27 0,06 0,03
Rerata 0,37 1,58 1,48 0,29 0,1 0,045

 

PEMBAHASAN

 

Media tanam adalah media / bahan yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnyatanaman, baik berupa tanah maupun non tanah. Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda.

Agar pertumbuhan bibit dapat baik, media tanam diharapkan mempunyai sifat-sifat sebagai:

  1. Media hendaknya gembur agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas menembus.
  2. Kelembaban media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
  3. Media hendaknya bersifat sarang sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
  4. Media hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit.
  5. Sebaiknya kadar salinitas rendah.
  6. Media hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi tanaman.

Fungsi media tanam, meliputi :

  1. Tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman
  2. Penopang tanaman dan bonggol agar tumbuh secara baik
  3. Penyedia unsur hara bagi tanaman
  4. Penyedia air bagi tanaman

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.

Pasir sering digunakan sebagai campuran media tanam. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Pada kegiatan budidaya pertanian, media tanam merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan, terutama keberadaan unsur hara yang terdapat pada media tanam tersebut. Keseimbangan unsur hara sangat berpengaruh pada hasil produksi yang diperoleh. Salah satu penyebab adanya ketidak seimbangan unsur hara tanah adalah adanya penggunaan secara intensif tanpa melakukan penambahan unsur hara. Ketidakseimbangan unsur hara dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.

Selain kondisi suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya, setiap jenis tanaman membutuhkan hara atau senyawa kimia yang berbeda. Hara dan senyawa kimia yang berbeda dihasilkan dari jenis media yang berbeda pula. Sehingga untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal, selain harus dapat menentukan jenis tanaman yang akan ditanam, juga dapat menentukan media tanam yang sesuai dengan kharakter tanaman tersebut.

Salah satu strategi untuk mendapatkan media tanam yang cocok dengan tanaman yang kita tanam yaitu dengan memasukkan bahan organik pada media tanam. Meskipun memiliki unsur hara yang relatif lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki unsur hara lengkap dan kaya akan mikro organisme pengurai yang berfungsi menguraikan unsur hara menjadi senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman.

Bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman antara lain ; daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki sifat hidroskopis dan berrongga, sehingga sirkulasi udara baik sehingga oksigen dapat masuk dalam tanah serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Sifat bahan organik lebih mudah diuraikan melalui proses pelapukan atau dekomposisi oleh mikro organisme pengurai. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan senyawa organik yang lain yang dibutuhkan bagi tanam. Senyawa organik yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan.

Pembuatan media tanam yang baik pada prinsipnya bisa menggunakan formulasi berbagai bahan media tanam yang memiliki sifat-sfat sebagai berikut :

  1. Mampu menopang tanaman secara kokoh, sehingga tanaman mampu berdiri tegak dan tidak mudah roboh. Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka kita harus memilih media tanam yang tidak mudah lapuk dan bisa tahan lama.
  2. Media tanam harus memiliki sifat porous, sehingga mampu mengalirkan kelebihan air yang tidak dibutuhkan, sehingga tanaman terhindar dari rendaman air dan kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk dan serangan jamur. Sehingga kita harus dapat membuat media tanam yang tidak padat dan memiliki rongga atau pori pori, sehingga drainase dan aerasi pada media berjalan baik.
  3. Media harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, baik itu unsur hara makro maupun mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan nutrisi dapat terpenuhi.  Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka perlu menambahkan pupuk organik atau pupuk kimia pada media tanam.
  4. Tanaman membutuhkan media yang bersih sehat dan tidak terkontaminasi jamur, virus atau tercemar bahan kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.  Sehingga untuk mendapatkan media tanam yang sehat bisa dilakukan dengan cara : a) Mengukus media tanam atau memasukan media tanam pada oven dengan suhu 70 o C selama 6 jam.  b) Menjemur media tanam pada terik matahari selama kurang lebih dua hari. c) Cara lain yang sering digunakan yaitu dengan mengaplikasikan pestisida dan fungisida pada media tanam.

Prinsip pembuatan media tanam, terdapat komponen bahan penyimpan atau pengikat air, bahan penyedia hara, dan unsur tanah. Bahan pengikat air bisa menggunakan sekam bakar atau serbuk sabut kelapa (kokopit), bahan penyedia hara bisa menambahkan pupuk organik, kompos, atau bahan organik lain serta tanah sebagai media memperkokoh perakaran, dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Agar diperoleh media yang bebas dari hama dan penyakit terutama jamur, bisa dilakukan dengan menambahkan ke media tanam fungisida dan pestisida. Pupuk organik yang digunakan diolah terlebih dahulu dengan melakukan decomposisi menggunakan efektif micro organisme atau decompozer yang lain

Histogram 1.1. Gaya Berkecambah

Gaya berkecambah merupakan tolak ukur viabilitas potensial yang merupakan stimulasi dari kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum. Pada histogram diatas dapat kita lihat bahwa pada setiap perlakuan meunjukkan gaya berkecambah yang berbeda-beda. Pada perlakuan A menunjukkan presentasi gaya berkecambah sebesar 85%. Gaya berkecambah tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu perlakuan antara campuran media tanam tanah dan pupuk. Pada perlakuan B menunjukkan persentase gaya berkecambah sebanyak 92%. Sementara pada perlakuan C presentasi gaya berkecambah sebesar 82%. Hal ini menunjukkan bahwa media tanam terbaik bagi perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata) adalah campuran media tananam berupa tanah dan pupuk dengan perbandingan 1:1.

Histogram 1.1. Gaya Berkecambah

Berat basah merupakan berat tanaman yang ditimbang setelah melakkan pemanennan. Pada histogram di atas di ketahui bahwa berat basah tajuk dan akar pada masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Berat basah pada tajuk menunjukkan berat basah yang lebih tinggi dari pada berat basah pada akar.

Berat basah pada tajuk dengan perlakuan A(Tanah) menunjukkan berat basah tertinggi yaitu sebesar 1, 59 gr. Sementara pada perlakuan B(Tanah+pupuk) menghasilkan berat basah sebesar 1,34 gr. Pada perlakuan B menghasilkan berat kering terendah. Pada perlakuan C(Tanah+Pupuk+Pasir) menghasilkan berat basah sebesar 1,42 gr.

Berat basah pada akar juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berat basah akar tertinggi terdapat pada perlkuan B yaitu sebedar 0,15 gr. Berat basah antara tajuk dan akar berbanding terbalik. Seharusnya berat basah antara tajuk dan akar menunjukkan berat basah yang berbanding lurus. Ketidaksesuaian ini terjadi karena pada saat pemanenan, akar banyak yang terputus dan tertinggal bersama media tanam. Hal ini yang menyebabkan akar pada setiap perlakuan menghasilkan berat yang tidak sebanding dengan berat tajuk.

Gambar 1.3 Histogram Berat kering

Berat kering tajuk dan akar merupakan berat kering yang dihasilkan setelah tajuk dan akar tanaman di oven dalam suhu 65-70C selama 48 jam. Pada histogram diatas menunjukkan berat kering yang sebanding antara tajuk dan akar. Sementara pada berat basah, berat basah antara tajuk dan akar menunjukkan berat basah yang tidak sebanding. Hal ini dapat terjadi karena air yang dikandung pada setiap tajuk dan akar mempunyai proporsi yang berbeda.  Pada saat dilakukan pengovenan, air yang terkandung mengalami penguapan dan yang ada hanya berat kering biomassa yang dihasilkan saja.

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada berat kering, tajukyang menghasilkan berat kering tertinggi yaitu pada perlakuan A(tanah) yaitu sebesar 0,37 gr. Sementara pada akar, perlakuan A juga mengasilkan berat kering tertinggi yaitu seberat 0,068 gr. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada perlakuan A menghasilkan berat kering terbesar.

Gambar 1.4 Grafik Indeks Vigor

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa indeks vigor tertinggi berada pada pengamatan hari ke dua pada perlakuan A(Tanah). Setelah itu indeks vigor mengalami penururnan hingga pada pengamatan hari ke 6 dan ke 7 nilai indeks vigornya mulai konstan. Pada pengamatan hari pertama, perlakuan A dan perlakuan B cenderung sama hingga pada akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan A dan perlakuan B mempunyai efek yang sama terhadap indeks vigor perkecambahan kacang hijau. Sementara pada media tanam pada perlakuan C(Tanah+Pupuk+pasir) cenderung menyebabkan perbedaan nilai indeks vigor pada pada perkecambahan kacang hijau.

Grafik1.6 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman pada setiap hari selalu bertambah dengan pertambahan tinggi yang selalu konstan. Pertambahan tinggi tanaman ini berbanding lurus anta hari pengamatan dan tinggi tanaman. grafik tingi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan A(Tanag) dengan perbedaan yang cukup signifikan antara tinggi tanaman pada perlakuan B(Tanah+pupuk) dan perlakuan C(Tanah+Pupuk+Pasir). Pada perlakuan A dan perlakuan B menunjukkan tinggi tanaman yang hampir sama dengan tinggi tanaman terendah pada perlakuan C.

Gambar 1.5 Grafik  Jumlah Daun

Pada grafik jumlah daun dapat doiketahui bahwa jumlah daun tiap hari mengalami peningkatan. Pada perlakuan A(Tanah) menunjukkan jumlah daun terbanyak, diikuti oleh perlakuanC(Tanah+Pupuk+Pasir) dan perlakuan B (Tanah+Pupuk).

Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat  dari pengaruhnya terhadap perkembangan akar dan tajuk tanaman serta terhadap proses – berat biomassa yang dihasilkan. Proses fisiologi akar tanaman yang dipengaruhi oleh struktur tanah termasuk absorpsi hara, absorpsi air dan respirasi. Disamping itu struktur tanah juga berpengaruh terhadap pergerakan hara, pergerakan air dan sirkulasi O2 dan CO2 dalam tanah.

KESIMPULAN
  1. Perlakuan media tanam memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau (Vigna radiata) secara umum. Gaya berkecambah terbaik terdapat pada Perlakuan B. Berat basah dan berat kering terbaik terdapat pada perlakuan A. Indeks vigor terbaik terdapat pada perlakuan A. Sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun terbaik juga terdapat pada perlakuan A. Secara umum, media tanam yang terbaik adalah campuran antara media tanah, pupuk kandang dan pasir.
  2. Komposisi media tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal lainnya. Media tanam harus mempunyai aerasi dan drainase yang baik, kapasitas menahan air yang baik, memiliki kandungan bahan organik yang cukup dan pH netral.
  3. Penambahan pupuk kandang akan memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur-unsur atau zat
  4. Penambahan pasir akan meningkatkan drainase dan aerasi tanah dalam menyimpan dan menyediakan air dan udara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA

Hartman, H. T. and Date, F. K. 1976. Plant Propagation: Principles and Practices. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi.

Nurjen, M., Sudiarso, dan Agung N. 2007. Peran  pupuk kotoran ayam dan pupuk nitrogen (urea) terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Phoseolus radiatus) varietas sriti. Agrivita 24 (1): 1-2.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Ed. McMillan Publishing, New York.

Linggar, P., dan C. Faiza. 2006. Studi alternatif substrat kertas utnuk pengujian viabilitas benih dengan metode uni diatas kertas. Buletin Agronomi 34:55-61.

Hidayat, M. 2008. Perkembangan Genetik. <http://www.memesa,blogspot.com/2008/01/perkembangan- generatif.html>. Diakses tanggal 29 April 2013.

Tags: , , , , ,