LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA VI
KLASIFIKASI JAMUR KELAS DEUTEROMYCETES
Disusun oleh:
Miftachurohman
12818
Asisten
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
TUJUAN
- Mengetahui jenis jamur dari kelas Deuteromycetes.
- Mengetahui perbedaan morfologi secara mikroskopik jamur dari kelas Deuteromycetes.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi jamur merupakan pengaturan fungi ke dalam grup (takson) tertentu. Sedangkan identifikasi adalah proses penentuan suatu isolat termasuk dalam takson tertentu. Proses identifikasi dapat dilakukan apabila karakterkarakter isolat fungi diketahui. Karakter yaitu atribut/ciri organisme yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perbandingan dengan organisme lain. Tipe karakter dapat ditinjau dari segi morfologi, anatomi, ultrastruktur, biokimia, sekuensi asam nukleat.Karakter morfologi misalnya bentuk, ukuran, dan warna thalus, struktur produser spora.Pengamatan makroskopik dan mikroskopik isolat fungi dapat dilakukan dan perlu diketahui medium yang digunakan untuk menumbuhkan fungi, umur isolat, maupun suhu inkubasi (Deacon, 1997).
Kelompok deuteromycota meliputi jenis jamur yang belum diketahui cara perkembangbiakan generatifnya, sehingga jamur tersebut tidak dapat dimasukan kedalam kelas-kelas jamur sebelumnya. Oleh karena itu kelompok ini disebut kelompok jamur tidak sempurna (jamur imperfecti). Jamur Deuteromycota bersifat saprofit dibanyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi , dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur Deuteromycota juga menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis (kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu (Anonim, 2015).
Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna karena tidak memiliki fase seksual yang jelas. Morfologi khas dari kelas ini adalah struktur reproduksi berupa konidia. Sebagian dari kelompok fungi ini adalah merupakan stadium anamorf dari kelas Ascomycetes atau Basidiomycetes. Fungi ini banyak terdapat di alam pada berbagai medium seperti makanan, tumbuhan, minuman, permukaan gelas bahkan juga logam. Deuteromycetes dapat tumbuh secara optimum pada suhu 29 – 32oC (Alexopoulos & Mims, 1979).
Jamur adalah sebuah eukariota yang mencerna makanan secara eksternal dan menyerap nutrisi langsung melalui dinding sel-nya. Kebanyakan jamur berkembang biak dengan spora dan memiliki tubuh (talus) yang terdiri dari sel-sel tubular mikroskopis yang disebut hifa. Jamur yang heterotrof dan, seperti binatang, mendapatkan karbon dan energi dari organisme lain. Beberapa jamur mendapatkan nutrisi mereka dari host hidup (tanaman atau hewan) dan disebut biotrophs; lain mendapatkan nutrisi dari tanaman mati atau hewan dan disebut bokep kerajaan saprotrophs (saprophytes, saprob). Beberapa jamur menginfeksi host tamu, tapi membunuh sel inang untuk mendapatkan nutrisi mereka; ini disebut necrotrophs. Jamur pernah dianggap sebagai anggota primitif kerajaan tanaman, hanya sedikit lebih maju dari bakteri (Parfrey et al, 2011).
Kebanyakan jamur berhubungan dengan tanaman yang berada pada kerajaan saprotrophs dan pengurai. Jamur ini memecah bahan organik dari semua jenis, termasuk kayu dan jenis lain dari bahan tanaman. Kayu terdiri terutama dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lignin merupakan polimer kompleks yang sangat tahan terhadap degradasi, dan encrusts lebih mudah mengalami degradasi selulosa dan hemiselulosa. Jamur adalah di antara beberapa organisme yang efektif dapat memecah kayu, dan jatuh ke dalam dua jenis utama-coklat dan putih membusuk jamur. Jamur busuk putih lebih umum daripada coklat busuk jamur; jamur ini menurunkan selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada tingkat kira-kira sama. Kayu membusuk pucat dalam warna, ringan, dan memiliki tekstur benang (Blackwell, 2011).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Pengantar Mikologi Pertanina Acara VI yang berjudul “Klasifikasi Jamur Kelas Deuteromycetes” dilaksanakan pada hari Senin 18 Mei 2015 di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Bahan yang digunakan adalah preparat awetan jamur yaitu Fusarium sp, Pyricularia sp, Nigrospora sp, Curvularia sp, Cercospora sp, Helminthosporium sp, Alternaria sp, Diplodia sp, Pestalotia sp, Thielaviopsis sp dan Aspergillus sp. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop, kamera, alat tulis, dan optilab.
Cara kerja pada praktikum ini adalah diamati dan digambar hifa bersekat dari jamur kelas Deuteromycetes. Amati dan digambar juga bentuk konidium dari masing – masing preparat awetan. Dokumentasikan gambar konidium dengan menggunakan mikroskop yang terhubung dengan opti lab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penicillium sp.
Sumber : www.proprofs.com Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 40x).
Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Dinding spora relativ impermeable tetapi zat pewarna dapat dibuat menembusnya dengan pemanasan preparat. Sifat impermeable ini juga bisa menghambat dekolorisasi spora pada tahap pemberian alkohol yang biasanya cukup untuk dekolorisasi sel vegetative. Bentuk dan warna spora ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi jamur. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).
Hifa dari spesies ini bersepta dan miseliumnya muncul di atas permukaan berasal dari hifa di bawah permukaan. Penicillium sp. diklasifikasikan sebagai deuteromycetes meskipun tingkat pembentukkan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies. Jamur ini mempunyai kepala konidium. Miselium berinti empat bercabang-cabang kerp kali diduduki oleh sejumlah besar penampang konidium yang terbentuk sendiri-sendiri diatas hifa dimana didalamnya terbentuk satu sel hifa, sel kaki bercabang dan membentuk hifa tegak lurus (Purves dan Sadava, 2003).
Cercospora sp
Sumber : labscorner.org Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 10x).
Cercospora adalah genus dari jamur askomisetes. Sebagian besar spesies tidak memiliki tahap seksual yang diketahui, dan ketika tahap seksual diidentifikasi, itu adalah di genus Mycosphaerella. Sebagian besar spesies genus ini menyebabkan penyakit tanaman, dan bercak daun. Jamur ini adalah genus relatif yang baik-dipelajari jamur tetapi ada spesies yang tak terhitung jumlahnya belum dijelaskan, dan masih banyak belajar tentang yang paling terkenal dari spesiesini. ifat yang khas bagi Ascomycota adalah pembentukan askospora sebagai hasil dari plasmogami, kariogami, dan meosis, karena itu askopora bersifat haploid. Askospora dibentuk dalam satu kantong yang disebut askus, sedangkan askus dibentuk di dalam badan buah yang disebut askokarp, yang bentuknya bermacam-macam (Triharso, 2004). Hifa pada umumya bersepta dan terdiri dari sel berinti tunggal. Terdapat haustoria di dalam bentuk penyakit tepung atau jamur jelaga. Beberapa sel hifa dipisahkan dengan umur dan membentuk konidia atau dindinya menjadi tebal dan membentuk klamidospora. Dalam beberapa Ascomycetes miselia mengalami agregasi ke dalam massa yang kompak dan disebut sklerotia atau stomata. Dalam tingakt ini jamur mampu bertahan dalam waktu lama dengan kondisi yang tidak cocok. Dalam beberapa spesies obligat hifa mempertahankan diri dalam ranting atau kuncup dan miseliumnya adalah perennial (Djafaruddin, 2008).
Curvularia sp.
Sumber : show.wnmu.edu Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).
Konidiofor terbentuk tunggal atau berkelompok, tampak sederhana atau bercabang, lurus atau merunduk, berwarna coklat dan mendekati ujung menjadi coklat muda. Konidiofor dekat basis memiliki ukuran panjang 650 µm dan lebar 5 – 9 µm. Konidia bersepta 3, membengkok pada sel ke tiga yang lebih lebar dan berwarna lebih coklat dari pada sel yang lain, berdinding tipis dan berukunan (20-30) x (9-15) µm. Bersifat heterotalik, askomata terbentuk sesudah perkawinan dari hifa, pada stromata terbentuk kolumnar, pematangan setelah 20 hari. Askomata berwarna hitam, dan memiliki tinggi 410-700 µm. Askus berbentuk silindris atau gada dan bertunika tunggal. Askospora terletak meliuk dalam askus, berbentuk filiform dan agak meruncing pada ujungnya, bening, bersepta 6-15, dan berukuran (130-270) x (3,8-6,5) µm. Habitat: banyak ditemukan di daerah tropis terutama pada tumbuh-tumbuhan, telah diisolasi dari sawah, tanah hutan, lumpur hutan bakau, serasah dan bahan organik yang mengandung keratin, selulosa dan lain-lain. Suhu pertumbuhan yang optimal antara 24º-30ºC. Dapat hidup selama 2 tahun pada tanah dalam bentuk sklerotia (Gandjar, 1999). Curvularia sp dapat dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap beberapa patogen tanaman dalam tanah dan dapat mengoksidasi mangan.
Pestalotia sp
Sumber : forestpests.org Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).
Jamur ini memiliki konidium berbentuk kumparan, bersekat 4, mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 µm (Gambar 6). Merupakan parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur (konidium) dipencarkan oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh percikan air dan serangga (Semangun, 2008). Konidia berukuran 84.6-96.8 µm x 26.7-33.5 µm dan terdiri atas lima sel yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang agak membentuk lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel tengah (sel urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran paling lebar dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau sel basal (sel kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 µm, posisinya agak melengkung; setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin terletak di ujung sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 18,1-22,7 µm. Semua bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel basal, dan setula mudah berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama (lebih dari 6 bulan) (Sutarman, et al., 2001).
Nigrospora sp
Sumber : caltexmoldservices.com Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Cendawan Nigrospora sp merupakan patogen tanaman, terutama dari kelompok tanaman graminae terutama jagung dan rumput-rumputan. Penyakit Nigrospora yang menyerang gandum disebabkan oleh Nigrospora panici Zimm.Sekam yang terinfeksi berwarna keabu-abuan, jika diperhatikan lebih jelas tampak terdapat titik-titik hitam yang halus sekali.Titik-titik ini adalah spora cendawan.Cendawan membentuk konidium bulat atau agak jorong, berwarna hitam gelap, dan berdiameter 22-30 µm. Cendawan terutama berkembang di bawah mulut kulit.Dari mulut kulit ini keluar konidiofor yang pendek, sedikit mengembung, kelabu gelap, terdiri dari 2-3 sel, mendukung satu konidium.Konidiofor mempunyai ujung runcing yang dikelilingi oleh cincin yang tidak berwarna. Beberapa penelitian menyebut-kan bahwa cendawan Nigrospora sp merupakan patogen tanaman, terutama dari kelompok tanaman graminae terutama jagung dan rumput-rumputan (Lawrie 2011, Hesseltine and Bothast. 1977). Tetapi, hasil penelitian dari Budiprakoso menunjukkan cendawan Nigrospora sp yang diisolasi dari perakaran tanaman padi, dapat meng-induksi ketahanan tanaman padi ter-hadap wereng coklat, selain itu cenda-wan ini dapat meningkatkan perke-cambahan benih padi. Meskipun pada penelitian ini didapat cendawan Nigrospora sp, tetapi belum dilakukan pengujian terhadap cendawan tersebut tentang fungsi dan kegunaannya.
Fusarium sp.
Sumber : prgdb.crg.eu Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Menurut Agrios (1996) klasifikasi jamur ini adalah sebagai berikut :
Divisio : Mycota
Sub Divisi : Deuteromycotina
Class : Hyphomycetes
Ordo : Hyphales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Morfologi F. oxysporum, yaitu koloninya tumbuh dengan cepat, mencapai diameter 4,5 (-6,5) cm dalam waktu empat hari pada suhu 25° C. Miselium permukaan jarang sampai berlimpah, berwarna putih atau krem muda, tetapi biasanya dengan warna ungu, lebih kuat pada permukaan agar stroma. Beberapa isolat mempunyai ciri bau aroma seperti bunga bungur, beberapa menghasilkan sporodokium dengan lendir oranye dari makrokonidiumnya (Soesanto, 2008). Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokhia terbentuk hanya pada beberapa strain. Koloni berwarna putih kekuningan hingga keunguan. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak dan membawa monofialid. Mikrokonidia bersepta 0 hingga 2, terbentuk lateral, pada fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang pendek. Umumnya terdapat dalam jumlah banyak sekali, terdiri dari aneka bentuk dan ukuran. Berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-12,0) x (2,2-3,5) µm. Khlamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semibulat dengan diameter 5,0-15 µm, terletak terminal atau interkalar, dan berpasangan atau tunggal (Gandjar et al., 1999)
Helminthosporium sp.
Sumber : caltexmoldservices.com Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Klasifikasi jamur Helminthosporium turcicum menurut Alexopoulus and Mims (1979) adalah :
Divisio : Amastigomyceta
Sub Divisio : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Sub Kelas : Hyphomycetidae
Ordo : Hyphales
Family : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Jamur membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam kelompok, lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai 300 μm, tebal 7-11 μm, secara umum 8-9 μm. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9 sekat palsu, panjang 50-144 (115) μm, dan bagian yang paling lebar berukuran 18-33 μm, kebanyakan 20-24 μm. Konidium mempunyai hilum menonjol dengan jelas, yang merupakan ciri dari marga Drechslera. Jamur Helminthosporium turcicum dapat bertahan hidup pada tanaman jagung yang masih hidup, beberapa jenis rumput-rumputan termasuk sorgum, pada sisa-sisa tanaman jagung sakit, dan pada biji jagung. Konidium jamur ini disebarkan melalui angin. Di udara, konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun,1991).
Helminthosporium sp. adalah cendawan yang dapat menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman jagung di Indonesia. Cendawan ini merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman jagung. Pertumbuhan dan perkembangan cendawan ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Suhu optimum untuk perkecambahan konidia H. maydis sekitar 30oC, sedangkan untuk H. turcicum antara 20 – 26oC (Semangun,1991).
Alternaria sp.
Sumber : toxipedia.org Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua memproduksi konidiofor pendek, sederhana, dan tegak yang dapat menopang konidia. Konidia dari dari Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang, multiselular, dan mempunyai sekat melintang dan membujur. Konidifor dari Alternaria. brassicae menghasilkan spora aseksual (konidia) dengan panjang rata-rata antara 160-200 μm. Sporulasi terjadi (in vitro) antara suhu 8 sampai 24 oC dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah 14 sampai 24 jam. Alternaria sp adalah jamur dematiaceous kosmopolitan (phaeoid) yangumumnya diisolasi dari tanaman, tanah, makanan, dan lingkungan udara dalam ruangan. Produksi melamin seperti pigmen adalah salah satu karakteristik utama.Genus altenaria saat ini terdiri sekitar 50 spesies.Altenaria sp tumbuh pesat dalam waktu 5 hari.Koloni Altenaria sp datar, berbulu halus seperti kapas dan ditutupi oleh warna keabu-abuan, pendek, hifa di udara.Permukaan awalnya berwarna keabu-abuan yang kemudian mengelap dan menjadi hijau kehitaman atau coklat dengan perbatasan cahaya.Sisi sebaliknya berwarna coklat kehitaman karena produksi pigmen.Altenaria sp memiliki septate, hifa gelap.Konidiofor juga septate dan kadang-kadang berbentuk zig-zag. Konidiofor menyangga konidia yang besar dan bercabang (8-16 x 23-50 µm) yang memiliki septra baik melintang maupun membujur. Konidia dapat diamati secara tunggal ataupun koloni dan dapat memproduksi hama penyakit. Konidia berbentuk bulat telur, berpigmen gelap, halus atau kasar (Kawle, 2012).
Trichoderma sp.
Sumber : mycology.adelaide.edu.au Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Klasifikasi jamur Trichoderma spp. menurut Alexopoulus (1979) adalah sebagai berikut ini :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycotina
Klas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Koloni Trichoderma berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Pada medium OA (200) semula berwarna hialin, keudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagia yang banyak terdapat konidia. Susunan sel Trichoderma bersel banyak berderet membentuk benang halus yang disebut dengan hifa. Hifa pada jamur ini berbentuk pipih, bersekat, dan bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Miseliumnya dapat tumbuh dengan cepat dan dapat memproduksi berjuta-juta spora, karena sifatnya inilah Trichoderma dikatakan memiliki daya kompetitif yang tinggi. Jamur Trichoderma memiliki bagian yang khas antara lain miselium berseptat, bercabang banyak, konidia spora berseptat dan cabang yang paling ujung berfungsi sebagai sterigma. Konidiofornya bercabang berbentuk verticillate. Pada bagian ujung konidiofornya tumbuh sel yang bentuknya menyerupai botol (fialida), sel ini dapat berbentuk tunggal maupun berkelompok. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval berwarna hijau cerah, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) µm, dan berdinding halus. Trichoderma berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk spora di ujung fialida atau cabang dari hifa (Gandjar et al, 1999). Trichoderma sp. merupakan jamur yang memiliki aktivitas sellulotik yang cukup tinggi, jamur ini memiliki enzim sellulase yang terdiri dari enzim eksoglukonase (β-1.4 glikanhidrolase), dan sellubiase (β-glukosidase). Trichoderma sp. adalah salah satu jamur yang mampu menghasilkan komponen enzim sellulase.
Diplodia sp.
Sumber : blog.sciencenet.cn Sumber : Dokumentasi pribadi (Pperbesaran 10x).
Cendawan ini sebenarnya parasit lemah dan parasit luka.Spora (konidium bersel 2), berwarna gelap, dan berbentuk jorong.Infeksi terjadi melalui luka pada daun atau ranting.Cendawan ini juga dapat mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan peptin dan selulosa, sehingga menyebabkan pembusukan.Gejala dimulai dengan mengeringnya ujung daun sampai ke tangkai daun, daun menjadi kering dan rontok. Penyakit selanjutnya berkembang hingga ke ranting, ranting berkerut seperti kekurangan air dan gejala yang lebih lanjut dapat merontokkan semua daun yang paling ujung dan akhirnya seluruh ujung daun pada cabang akan rontok dan cabang pun akan mengering dan mati.
Graphium sp
Sumber : mycology.adelaide.edu Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 10x).
Genus Graphium ditandai dengan pembentukan synnemata yang terdiri dari kelompok yang lebih atau kurang kompak konidiofor tegak yang disemen bersama-sama, biasanya splaying dan bantalan konidia di puncak. Synnemata yang berpigmen gelap, tegak dan terjadi cluster soliter atau dalam. Konidia yang hialin, bersel 1, halus, subglobose untuk bulat telur dan biasanya dikumpulkan di kepala berlendir pada puncak synnemata tersebut. Koloni yang effuse, abu-abu, coklat atau hitam berwarna kuning langsat. Graphium adalah genus dari jamur dalam keluarga Microascaceae. Banyak spesies yang dikenal sebagai patogen tanaman. Graphium milik hyphomycetes kelompok dan memiliki sekitar 20 spesies yang berbeda. Hal ini dapat ditemukan di dalam tanah, sisa-sisa tanaman, substrat kayu, kotoran, air tercemar. Struktur bersporulasi dari Graphium bentuk synnema, yang merupakan pertemuan dari konidiofor menjadi semacam bunga buket. Graphium spp. diakui oleh khas, tegak, synnemata hitam mereka, masing-masing membawa satu, terminal, bola bersel satu, hialin konidia yang dihasilkan dari annellides. Tidak ada laporan penyakit akibat Graphium (Schoch et al, 2009).
Thiela viopsis
Sumber : show.wnmu.edu Sumber : Dokumen pribadi (Perbesaran 10x).
Thielaviopsis adalah genus kecil jamur dalam urutan Microascales. Genus ini mencakup beberapa patogen pertanian penting. Yang paling luas adalah T. basicola, agen penyebab beberapa penyakit busuk akar dari spesies tanaman ekonomis penting termasuk kapas dan berbagai sayuran. Kapas, Thielaviopsis busuk akar, juga dikenal sebagai hitam membusuk akar penyebab nekrosis akar dan pengerdilan tanaman panen. Jamur Thielaviopsis basicola (syn. Chalara elegans) adalah jamur penyebab penyakit hitam busuk akar.Jamur ini menginfeksi berbagai tanaman inang, termasuk tanamandari setidaknya 15 keluarga, dan dapat ditemukan di seluruh bagiandunia.Jamur ini menghasilkan lebih dari satu jenis spora. Spora ini dirangsang untuk berkecambah oleh senyawa yang dihasilkan olehakar, jika kondisi memungkinkan berkembang baik pada kondisi pH tanah antara 5 dan 8,5 dengansuhu tanah antara 55 dan 70 ° F. Jenuhtanah juga dapat meningkatkan penyakit, serta meningkatkanstres secara keseluruhan pada tanaman. Jamur dapat menyebardari akar yang terinfeksi ke akar sehat (Walker, 2008).
Sklerosium s. rolfsii
Sumber : wiki.bugwood.org Sumber : Dokumentasi pribadi (Perbesaran 40x).
Kingdom : Mycetaceae
Divisio : Mycopyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Mycelia Steril
Famili : Agonomycetaceae
Genus : Sclerotium
Spesies : Sclerotium rolfsii Sacc.
Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab jumlahnya akan bertambah dengan cepat (Rusmawati, 2002).Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang menyebabkan beberapa penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu serta rebah kecambah. Jamur Sclerotium rolfsii menyerang tanaman kacang tanah serta tanaman lain seperti kentang, tomat, kedelai, kubis-kubisan, bawang, seledri, jagung, selada, kapas, tembakau dan tanaman dari famili Cucurbitaceae. Agen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (soil borne) dan aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut sclerotia. Patogen ini pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan sub-tropik dan daerah-daerah Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara. Daerah ini mempunyai karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan pathogen
Pycnidium
Sumber : extension.umaine.edu Sumber : Dokumentasi pribadi
Pycnidia adalah badan reproduksi yang melepaskan konidiospores-spora yang dihasilkan dari akhir atau samping filamen hifa khusus yang disebut konidia.Dalam bentuk pycnidia terlihat banyak seperti Perithecia. Badan reproduksi vegetatif penting untuk banyak lumut dan memiliki keuntungan dari penyebaran kedua pasangan pada saat yang sama. Tiga jenis utama dari reproduksi vegetatif yaitu Isidia, Soredia dan Lobulus.Lobulus yang lobus yang tumbuh di tepi talus lumut foliose hidup, datar dan putus dari talus karena angin atau distribusi air.Isidia ekstensi dari permukaan talus dan mungkin silinder, bulat, brachiate (bercabang) atau lobula (seperti lobus), 20-30% dari foliose dan fruticose lumut memiliki isidia.Isidia benar-benar sangat kecil dari bagian atas talus tersebut.Soredia adalah bundel kecil sel alga dalam hifa jala jamur.Tidak seperti Isidia, mereka tidak mengandung korteks. Sebaliknya mereka lebih mirip dengan porsi medulla dari talus dengan beberapa sel alga disertakan (Anonim, 2012).
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
- Jenis jamur dari kelas Deuteromycetes adalah Fusarium sp, Graphium sp, Nigrospora sp, Curvularia sp, Cercospora sp, Helminthosporium sp, Alternaria sp, Diplodia sp, Pestalotia sp, Thielaviopsis sp dan Aspergillus sp.
- Perbedaan secara morfologi jamur dari kelas Deuteromycetes adalah dari hifa bersekat dan konidiumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. , 1 996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga.. UGM-Press, Yogyakarta.
Alexopoulus C.J. and Mims C.W. 1979. Introductory Micology. New York: John Wiley & Son’s.
Anonim. 2015. Ciri-ciri Deuteromycota (jamur tidak sempurna). http://budism a.net/2015/01/ciri -ciri-deuteromycota-jamur-tidak-sempurna.html. Diakses pada 24 Mei 2015.
Anonim, 2012. Lichen Reproductive Structures. <http://ww w.earthlife.ne t/lichens/repro ductio n.html>. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
Blackwell, M .2011. The Fungi: million species. American Journal of Botany 98:426-438.
Djafaruddin. 2008. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Deacon, J.W. 1997.Modern Mycology.3rd ed. Blackwell Science. Berlin.
Gandjar, I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta, UI Press.
Kawle, V. 2012. Altenaria sp. <http://www.omcmicropg.com/2012/12/alternaria-sp.html>. Diakses pada tanggal 27 Mei 2015.
Lawrie N. 2011. Using The Fungus Nigrospora oryzae for the Biological Control of Giant Paramatta Grass. Leading the Search for Weed Solution. Australian Governmant.
Parfrey, L.W., D.J.G Lahr, A.H. Knoll, L.A. Katz.2011.Estimating the timing of early eukaryotic diversification with multigene molecular clocks.Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 108:13624-13629.
Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.
Rusmawati, K. Y. 2002. Pengaruh Solarisasi Tanah Terhadap Penyakit Tular Tanahdan Produksi Benih Kacang Tanah. http://www.balitbang.deptan.go.id . Diakses pada tanggal 27 Mei 2015.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian hayati Penyakit Tanaman Suplemen ke Gulma dan nematode. Rajawali-Press, Jakarta.
Schoch C.L; Sung G-H; López-Giráldez F. 2009. “The Ascomycota tree of life: A phylum-wide phylogeny clarifies the origin and evolution of fundamental reproductive and ecological traits”. Systematic Biology 58 (2): 224–3
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlidungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Walker, M. 2008. Black Root Rot: Thielaviopsis basicola. New York. Cornell University.