Laporan praktikum

Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman Acara III: Persilangan Tanaman

Posted by miftachurohman on August 16, 2018
Uncategorized / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN
ACARA III

PERSILANGAN TANAMAN

Disusun oleh:
Miftachurohman
12969
B3/4

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

Hasil Pengamatan

Hasil Persilangan Tanaman Terung ()

Pembahasan

Keragaman genetik merupakan salah satu aset penting kegiatan pemuliaan. Semakin besar keragaman genetik akan memberikan peluang keberhasilan lebih besar untuk memperoleh sifat-sifat genetik yang diinginkan dalam pencapaian program pemuliaan tanaman khususnya pembuatan varietas unggul baru. Upaya memperbesar keragaman genetik dapat dilakukan melalui introduksi bahan genetik dari luar negeri, mengoleksi genetik lokal, mutasi gen, persilangan dan rekayasa genetik. Dalam hal ini, yang akan dibahas untuk memperoleh keragaman genetic adalah dengan cara persilangan tanaman terong.

Persilangan merupakan salah satu cara memperbesar keragaman genetik melalui perpaduan sifat tetua untuk mendapatkan suatu varietas baru yang diharapkan (Hidayat. 1989). Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Faktor alat lebih berhubungan pada kebersihan alat, sedangkan faktor lingkungan adalah seperti adanya serangan hama dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan. Fluktuasi musim dan suhu seringkali juga memiliki peran penting dalam kegiatan persilangan. Disamping itu perlu penetapan tujuan dari persilangan. Menurut Poehlman (1983), biji yang disilangkan harus mantap dan mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit, tanah yang bermasalah dan fluktuasi musim.

Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya(Rukmana, 1994):

  1. Stuktur bunga.
  2. Waktu berbunga.
  3. Saat bunga mekar.
  4. Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
  5. Tipe penyerbukan.

Terung merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran. Tanamn ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung mempunyai nama ilmiah Solanum melongena. Tanaman ini merupakan tanaman asli daerah tropis. Tanaman ini sangat terkenal di Indonesia.

Klasifikasi tanaman terong adalah:

Kerajaan : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : ASteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena

Tanaman terung dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Suhu udara ideal untuk pertumbuhan tanaman terung adalah Antara 20-30ᵒC. Jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan terung adalah jenis tanah berpasir, subur, kaya akan bahan organic, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, serta pH tanah sekitar 6,8-7,3. Tanaman ini memerlukan sinar matahari yang cukup. Tanaman ini cocok ditanamn pada musim kemarau(Rukmana, 1994).

Produktifitas terong di Indonesia berkisar Antara 7-8ton/ha atau sekitar 400ton/ha(Samadi, 20010). Produktifitas ini terkadang tidak memnuhi kenutuhan terung untuk konsumsi. Hal ini karena konsumsi terung di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya penemuan varietas-varietas baru yang mempunyai produktifitas yang tinggi, umur produktif yang panjang, serta tanaman tahan terhadap hama dan penyakit.

Pada praktikum ini, dilakukan persilangan antara varietas Banguntapan Putih Sedang dengan varietas Ungu Rumah Kawat. Bunga jantan diambil dari varietas Ungu Rumah Kawat, sedangkan bunga betina diambil dari varietas Bangntapan Putih Sedang. Kastrasi dilakukan pada sore hari. Bunga yang dipilih untuk kastrasi adalah bunga yang kira-kira akan mekar pada sore hari. Kastrasi dilakukan dengan cara menghilangkan kelopak dan mahkota bunga. Bunga yang dikastrasi kemudian di bungkus dengan kantung plastic agar bunga betina tidak terserbuki oleh polen dari tanaman yang tidak dikehendaki. Plastik yang digunakan untuk menutupi hasil kastrasi diberi label agar tidak tertukar dengan kelompok yang lain.

Pada pagi hari, dilakukan penyerbukan antara bunga betina yang telah dikastrasi dengan bunga jantan. Polen dari varietas ungu rumah kawat diambil menggunakan tusuk gigi secara perlahan. Poeln yang terambil kemudian diserbukkan ke kepala putik bunga betina. Penyerbukan ini dilakukan secara perlahan. Setelah dilakukan penyerbukan, kemudian bunga yang telah diserbuki ditutup kembali dengan plastic agar tidak terkontaminasi dengan poeln yang tidak dikehendaki.

Bunga yang berhasil diserbuki adalah bunga yang mengalami pertumbuhan selanjutnya, yaitu membentuk biji buah. Ciri-ciri yang dapat diamati adalah bunga tidak busuk atau tidak rontok. Pada persilangan yang dilakukan kelompok kami, beberapa hari setelah persilangan, bunga yang diserbuki busuk dan kemudian rontok. Hal ini menandakan bahwa bunga tersebut tidak berhasil diserbuki.

Faktor-Faktor Keberhasilan dan Kegagalan

Setelah didapatkan persentase keberhasilan persilangan yang terjadi, kemungkinan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan dari persilangan tersebut antara lain sebagai beriku:

  1. Waktu pelaksanaan
    Waktu melakukan polinasi adalah pagi hari (kira-kira 08.00-09.00 wib) dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga jantan sudah menunjukkan kematangan serbuk sari.
  2. Kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya dilakukan persilangan).
    Untuk bunga jantan dikatakan matang bila bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih kuncup.Karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah melakukan polinasi sendiri.
  3. Cuaca
    Cuaca lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan pada saat mendung atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.
  4. Ketelitian peletakan serbuk di atas putik
    Dalam meletakkan serbuk sari di atas kepala putuk haruslah sesuai dan tepat. Kebanyakan terjadi keidakberhasilan persilangan karena para pemulia tidak tepat dalam meletakkan serbuk sari dari bunga jantan.

Kesimpulan

  1. Persilangan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya. 
  2. Kastrasi adalah pengebirian bunga jantan yang masih muda yang dilakuakn sebelum bunga mekar dan siap untuk penyerbuka.
  3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyilangan antara lain adalah keterampilan dalam menyilangkan, faktro lingkungan, serta faktor internal dari tanaman.

Daftar Pustaka

Hidayat, J.R. 1989. Teknik Persilangan dan Penanganan generasi lanjut pada kedelai. Latihan Field Insfection and Maintanance of Varieties of Food Legummes. Bogor.

Poehlman, J.M and J.S. Quick. 1983. Crop Breeding in Hungry World. In Wood. D.R. (ed). Crop Breeding. American Society of Agronomy. Crop Science Society of America. Madison. Wisconsin.

Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Pemilihan bunga

Bunga betina yang akan dikastrasi, dipilih bunga yang kira-kira akan mekar pada keesokan harinya. Bunga jantan yang akan di ambil poelnya juga di pilih bunga yang sudah hamper mekar.

Kastrasi

Kastrasi dilakukan pada sore hari.

Penyerbukan

Penyerbukan dilakukan pada pagi hari.

Video Persilangan Terung

 

Tags: , ,

Laporan Pratikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman Acara I: Pencandraan Padi (Oryza sativa)

Posted by miftachurohman on August 07, 2018
Laporan Praktikum, Pemuliaan Tanaman / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN
PENCANDRAAN PADI(Oryza sativa)

Disusun oleh:
Miftachurohman
12969
B3/4

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

 

Hasil Pengamatan

 

Pencandraan Tanaman Padi

1 Nama varietas Belik Hitam
2 Umur tanaman 120-140 hari
3 Bentuk tanaman Tegak
4 Tinggi tanaman 130-140 cm
5 Jumlah anakan produktif 15-35/rumpun
6 Warna kaki Hijau
7 Warna batang Hijau
8 Telinga daun Ada
9 Warna telinga daun Tidak berwarna
10 Lidah daun Ada
11 Warna lidah daun Tidak berwarna
12 Permukaan daun Kasar
13 Posisi daun Tegak
14 Daun bendera Miring
15 Sudut daun bendera Semi tegak (miring)
16 Bentuk gabah Gemuk
17 Warna gabah kuning ke coklatan
18 Bobot 100 butir
19 Bentuk akar Serabut, kecil-kecil
20 Tipe perakaran Serabut
Keterangan
Beras hitam memiliki rasa dan aroma yang baik dengan penampilan yang spesifik dan unik. Pada beras hitam, aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi

sehingga warna beras menjadi ungu pekat mendekati hitam. Beras hitam mengandung sedikit protein, namun kandungan besinya tinggi yaitu 15,52 ppm, jauh lebih tinggi dibanding beras dari varietas IR64, Ciherang, Cisadane, Sintanur, Pandanwangi, dan Batang Gadis yang kandungan besinya berkisar antara 2,9-4,4 ppm. Zat besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan sel darah merah.

 

1 Nama varietas Pandan Wangi
2 Umur tanaman 140 hari
3 Bentuk tanaman tegak
4 Tinggi tanaman 123-125 cm
5 Jumlah anakan produktif 13-15 kerebahan agak tahan
6 Warna kaki hijau
7 Warna batang hijau
8 Telinga daun Ada
9 Warna telinga daun tidak berwarna
10 Lidah daun Ada
11 Warna lidah daun tidak berwarna
12 Permukaan daun halus,
13 Posisi daun posisi miring
14 Daun bendera tegak
15 Sudut daun bendera tegak
16 Bentuk gabah panjang 0,7-0,8 cm; lebar 0,2 cm; gemuk
17 Warna gabah kuning jerami
18 Bobot 100 butir 2,85 gram
19 Bentuk akar Serabut, kecil-kecil
20 Tipe perakaran Serabut
Keterangan :
  • Tekstur nasi pulen , rasa enak, warna beras putih susu.
  • Terdapat bulu-bulu pada gabah.
  • Permukaan gabah kasar, ujung runcing, dan tidak wangi.

 

1 Nama varietas IR-64
2 Umur tanaman 115 hari
3 Bentuk tanaman Tegak
4 Tinggi tanaman 85 cm
5 Jumlah anakan produktif Banyak
6 Warna kaki Hijau
7 Warna batang Hijau
8 Telinga daun Ada
9 Warna telinga daun Tidak berwarna
10 Lidah daun Ada
11 Warna lidah daun Tidak berwarna
12 Permukaan daun Hijau,Kasar
13 Posisi daun Tegak
14 Daun bendera Tegak
15 Sudut daun bendera Tegak
16 Bentuk gabah Ramping,panjang
17 Warna gabah Kuning bersih
18 Bobot 100 butir 2,41 gram
19 Bentuk akar Serabut, kecil-kecil
20 Tipe perakaran Serabut
keterangan
  • Ketahanan terhadap hama      : Tahan wereng coklat biotipe  1,2 dan wereng hijau
  • Ketahanan terhadap penyakit : Tahan virus kerdil rumput, agak tahan hawar daun bakteri
  • Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah di jawa timur

 

1 Nama varietas Ciherang
2 Umur tanaman 116-125 hari
3 Bentuk tanaman Tegak
4 Tinggi tanaman 107-115 cm
5 Jumlah anakan produktif 14-17 batang
6 Warna kaki hijau
7 Warna batang hijau
8 Telinga daun Ada
9 Warna telinga daun putih
10 Lidah daun Ada
11 Warna lidah daun hijau
12 Permukaan daun Kasar pada sebelah bawah
13 Posisi daun Tegak
14 Daun bendera Tegak
15 Sudut daun bendera Tegak
16 Bentuk gabah Panjang ramping
17 Warna gabah Kuning bersih
18 Bobot 100 butir 2,8 gram
19 Bentuk akar Serabut, kecil-kecil
20 Tipe perakaran Serabut
Keterangan:
  • Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3.
  • Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV.
  • Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 5000 m dpl.

1 Nama varietas Situ Bagendit
2 Umur tanaman 110 – 120 hari
3 Bentuk tanaman Tegak
4 Tinggi tanaman 99 – 105 cm
5 Jumlah anakan produktif 12 – 13 malai per rumpun
6 Warna kaki Hijau
7 Warna batang Hijau
8 Telinga daun Ada
9 Warna telinga daun berwarna
10 Lidah daun Ada
11 Warna lidah daun Tidak berwarna
12 Permukaan daun Kasar
13 Posisi daun tegak
14 Daun bendera Tegak
15 Sudut daun bendera Tegak
16 Bentuk gabah Panjang ramping
17 Warna gabah Kuning bersih
18 Bobot 100 butir 2,75 gram
19 Bentuk akar Serabut, kecil-kecil
20 Tipe perakaran Serabut
keterangan :
  • Agak tahan terhadap Blast
  • Ketahanan terhadap penyakit: Agak tahan terhadap bakteri hawar daun strain III dan IV
  • Anjuran tanam: Cocok ditanam di lahan kering dan mampu juga ditanam di lahan sawah

 

Pembahasan

 

Penyandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio) adalah teknik penggambaran sifat-sifat tumbuhan dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaaan golongan (takson) tumbuh dapat pada tinglkat suku (familia), marga (genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat jenis yaitu anak jenis (sub jenis), varitas (varietas), dan forma. Pertelaan suatu jenis takson tumbuhan dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebarannya sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada. Untuk mempertelakan suatu takson tumbuhandiperlukan adanya aturan baku tertentu (Issirep, 2005). Berdasarkan adanya hubungan pencandraan dan produktifitas tanaman, maka seorang pemulia dapat menentukan dalam memilih varietas yang ideal untuk digunakan menciptakan varietas baru.

Padi termasuk dalam marga Oryza yang mempunyai ±25 jenis yang tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Dewasa ini tanaman padi banyak ditanam di daerah dataran rendah. Tanaman padi yang cocok hidup di daerah tropis adalah padi indica, sedangkan padi yang cocok hidup di daerah subtropis adalah padi Japonica (Aak, 1992).

Spesies Oryza sativa L. dibagi atas 2 golongan yaitu utillissima (beras biasa)  dan glutinosa (ketan). Golongan utillissima dibagi 2 yaitu  communis dan minuta. Golongan yang banyak ditanam di Indonesia  adalah golongan communis yang terbagi menjadi 2 sub golongan yaitu indica (padi bulu) dan sinica  (padi cere/japonica). Perbedaan mendasar antara padi bulu dan cere mudah terlihat dariada tidaknya ekor pada gabahnya. Padi ceretidak memiliki ekor sedangkan padi bulu memiliki ekor (Soemartono dan Haryono, 1972).

Pertumbuhan padi terdiri atas 3 fase, yaitu fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan primordial  malai, fase reproduktif terjadi saat tanaman berbunga dan fase pemasakan dimulai dari pembentukan biji sampai panen yang terdiri atas 4 stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh dan stadia masak mati (Vergara, 1995)

Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae(Graminae). Padi termasuk terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe buliratau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang (Aak, 1992).

Menurut  cara dan  tempat bertanam,  padi dibedakan menjadi  : padi sawah, padi gogo, padi  gogo rancah, padi pasang surut, padi lebak dan padi apung.  Padi gogo adalah jenis padi yang ditanam pada tegalan  atau tanah kering secara menetap dan tanpa menggunakan pengairan (AAK, 1992).

Dalam praktikum pencandraan padi, digunakan lima jenis varietas padi yaitu varietas Belik Hitam, Ciherang, IR-64, Pandan Wangi, dan Situbagendit. Tanaman padi di tanam pada awal praktikum. Tanaman padi di tanam di dalam pot. Setiap hari, dilakukan penyiraman dan pengamatan terhadap tanaman padi. Padi yang sudah tumbuh kemudian diamati pada setiap bagian.

Varietas Belik Hitam(Beras Hitam) merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain. Beras hitam memiliki rasa dan aroma yang baik dengan penampilan yang spesifik dan unik. Bila dimasak, nasi beras hitam warnanya menjadi pekat dengan rasa dan aroma yang menggugah selera makan. Pada beras hitam, aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga warna beras menjadi ungu pekat mendekati hitam(Anonim, 2009).

Beras hitam mengandung sedikit protein, namun kandungan besinya tinggi yaitu 15,52 ppm, jauh lebih tinggi dibanding beras dari varietas IR64, Ciherang, Cisadane, Sintanur, Pandanwangi, dan Batang Gadis yang kandungan besinya berkisar antara 2,9-4,4 ppm. Zat besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan sel darah merah. Pengkayaan zat besi pada beras untuk mengatasi anemia yang dewasa ini digalakkan tampaknya perlu mulai berpaling pada beras hitam atau beras merah(Anonim, 2009).

Varietas Ciherang merupakan varietas yang dihasilkan dari tetua IR 18349-53-1-3-1-3/IRI 19661-131-3-1///IR 64////IR 64. Produktifitas varietas ciherang berkisar antara 5-7t/Ha. Varietas ini mempunyai umur tanaman 116-125 hari. Bentuk tanaman ini tegak, mempunyai tinggi tanaman107-115 cm, anakan produktifnya berkisar antara 14-17 batang. Batang dan kaki berwarna hijau. Warna daun telinga, dan lidah daun yaitu putih dan warna daun yaitu hijau. Varietas ciherang mempunyai muka daun kasar pada sebelah bawah. Posisi daun tegak dan daun bendera juga tegak. Bentuk gabah berbentuk panjang ramping dengan warnagabah yaitu kuning bersih. Varietas ini tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3. Varietas ini juga tahan terhadap bakteri hawar daun srain III dan IV. Varietas ini cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian yaitu dibawah 500dpl(anonim, 2013).

Varietas IR-64 merupkaan varietas yang cocok untuk sawah dataran rendah. Varietas ini cocok ditanam hingga ketinggian 500 dpl. Varietas ini merupakan golongan cere. Mempunyai umur tanaman 110-120 hari. Tinggi tanaman ini berkisar antara 115-126 cm. mempunyai anakan produktif 20-35 batang. Bentuk gabah yaitu ramping panjang dan mempunyai warna kuning bersih. Varietas ini tahan terhadap kerontokan dan kerebahan. Kadar amilosa dalam biji sekitar 23% dengan indeks glikemik yaitu 70. Varietas ini mempunyai produktifitas 6ton/Ha. Varietas ini tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, dan tahan terhadap hawar dau bakteri IV. Varietas ini juga tahan terhadap virus kerdil rumput(tungro)(Anonim, 2009).

Pandan wangi merupakan varietas padi yang dihasilkan dari persilangan antara varietas lokal pandanwangi cianjur 1596. Vaietas ini termasuk golongan berbulu. Umur varietas ini tergolong cukup pendek, yaitu sekitar 100-105 hari. Varetas ini mempunyai bentuk yang kompak dengan tinggi tanaman 80-85 cm, kaki dan batang berwarna hijau, sedangkan pada telinga daun dan lidah daun tidak berwarna. Warna helai daun berupa hijau. Muka daun memiliki struktur yang kasar dengan posisi daun dan daun bendera tegak. Gabah berbentuk bulat dan berwarna kuning emas. Varietas ini termasuk varietas yang tahan terhadap kerontokan, namun kurang tahan terhadap kerebahan. Kadar amilosa dalam bulir padi yaitu 23%. Varietas ini mempunyai rata-rata produksi yaitu 5,7 ton/Ha. Varietas ini termasuk varietas yang rentan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3. Varietas ini juga rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4 serta rentan terhadap penyakit tungro(Anonim, 2013).

Situ bagendit merupakan varietas yang dihasilkan dari tetua Persilangan Batur/S2823-7d-8-1-A//S823-7d-8-1-A. Varietas ini memiliki produktifitas sebesar 3-5 ton/Ha. Varietas ini emmpunyai umur tanaman 110-120 hari. Tanaman ini berbentuk tegak degan tinggi 99-105 cm dan mempunyai anakan produktif 12-13 malai perumpun. Varietas ini mempunyai warna kaki dan batang berberupa warna hijau, sedangkan telinga daun dan lidah daun tidak berwarna. Warna daun yaitu hijau, dengan muka daun kasar dan posisi daun tegak. Bentuk gabah yaitu panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Varietas ini termasuk varietas yang mempunyai cukup ketahanan terhadap kerontokan dan kerebahan. Kadar amilosa dalam bulirnya sekitar 22%. Varietas ini termasuk varietas yang agak tahan terhadap penyakit blast dan bakteri hawar daun strain III dan IV. Varietas ini cocok ditaman di lahan kering dan juga ditanamn di lahan sawah(Anonim, 2013).

Perbaikan varietas adalah salah satu hal yang harus dilakuakan pada tanaman padi. Varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai respon yang tinggi terhadap pemberian pupuk N, serta mempunyai umur yang pendek adalah varietas yang perlu dikemabangkan. Hal ini karena kebutuhan akan padi semakin tahun terus meningkat. Oleh karena itu, perlu ditemukan varietas ideal yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Hasil padi varietas baru diharapkan dapat mencapai 30-50% lebih tinggi dari varietas unggul baru. Sampai saat ini, hanya ada dua cara yang efektif untuk meningktkan potensu melalui pemuliaan tanaman, yaitu perbaikan morfologi tanaman dan menggunakan heterosis tanaman. Menurut Yuan, (2003), tanaman padi dengan Super High Yield variety mempunyai karakteristik sebagai berikut:

  1. Kanopi daun tinggi dan tegak. Helai daun teratas harus panjang, egak, sempit, dan berbentuk V, serta tebal.
  2. Luas daunya tinggi sehingga dapat menerima cahaya lebih bayak
  3. Daun memiliki ukuran yang tebal
  4. Posisi malai di bawah
  5. Ukuran malai besar
  6. Bobot gabah per malai sekitar 5 gram
  7. Jumlah malai 300/meter persegi.

Kesimpulan

  1. Dengan pencandraan tanaman padi, maka dapat diketahui morfologi tanaman padi  
  2. Morfologi tanamn sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya. Pemahaman tentang bentuk dan fungsi organ-organ tanaman padi diperlukan antara lain untuk merancang tipe tanaman padi ideal.

Daftar Pustaka

Issirep, Sumardi, 2005, Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

AAK. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Soemartono,  S. dan B. Haryono.  1972. Bertjotjok Tanam  Padi. Kanisius. Yogyakarta

Vergara,  B.S. 1995. Bercocok  Tanam Padi. Program Nasional  PHT Pusat. Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonim, 2009. Beras hitam, pangan berkhasiat yang belum populer. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31:(2).

Anonim. 2013. IR-64.http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/130/. Diakses tanggal 6 Juni 2014.

Anonim. 2009. Ciherang. http://eproduk.litbang.deptan.go.id/product.php?id_product=130. Diakses tanggal 6 Juni 2014.

Anonim. 2013. Pandan Wangi. http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/padi-varietas- pandan-wangi.html. Diakses tanggal 6 Juni 2014.

Anonim. 2013. Situbagendit. http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/158/. Diakses tanggal 6 Juni 2014.

Yuan, L.P. 2003. Recent progress in breeding super hybrid in China. International Rice Research Institute 3-6.

Lampiran

Tags: , , ,

Laporan Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara V: Budidaya Jamur Tiram

Posted by miftachurohman on July 21, 2018
Laporan Praktikum, Nematologi Pertanian / No Comments

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN
ACARA 5

BUDIDAYA JAMUR TIRAM


Disusun oleh:
Miftachurohman
12969

Asisten:
Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

 

TUJUAN

 

  1. Mengetahui cara budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.)
  2. Mengetahui cara pembuatan media tanam jamur tiram (Pleurotus sp.)

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

Jamur  tiram putih  (Pleurotus ostreatus)  mulai  dibudidayakan  pada tahun 1900 dan jamur tiram kelabu (Pleurotus sajor caju)  pada tahun  1974. Kegiatan  budidaya spesies jamur  ini sebagai bahan pangan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan  dalam budidaya yaitu ketersediaan substrat (Brock dan Michael, 1991).  Dari hasil penelitian dan riset Badan Kesehatan Dunia (WHO), jamur tiram memenuhi standar  gizi sebagai makanan yang layak dikonsumsi, enak dimakan, tidak beracun, dan memiliki kandungan  gizi yang tinggi serta berkhasiat sebagai obat berbagai macam penyakit (Sumiati dkk, 2005). Taksonomi dari  jamur tiram putih yaitu:

Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp.

Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Chang dan Miles, 1989: 20-21). Dalam proses pembuatan kultur induk, para pembuat bibit pada umumnya lebih memilih media biji-bijian daripada media kayu. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat keberhasilan, murah, dan mudah pembuatannya. Selain itu, keuntungan utama dari biji-bijian adalah ketersediaan nutrisi yang tinggi bagi pertumbuhan jamur. Kekurangannya adalah tingginya kandungan nutrisi ini juga berakibat tingginya resiko kontaminasi dibandingkan bahan-bahan lain. Biji-bijian yang sering digunakan adalah gandum, sorgum, milet, beras, dan jagung.

Kayu adalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber energy dan untuk membangun massa sel. Jamur membutuhkan selulosa, lignin, karbohidrat, dan serat. Jamur kayu memiliki tiga enzim penting yaitu, selulase, hemiselulase dan ligninase. Ketiga enzim ini digunakan untuk mendegradasi lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga menjadi siap dikonsumsi oleh jamur (Husen dkk, 2002).

Jamur  tiram putih  (Pleurotus ostreatus  L.) merupakan salah satu  jenis jamur konsumsi yang cukup  digemari masyarakat. Jamur tiram putih  termasuk dalam kelompok Basidiomicetes, yakni  kelompok jamur busuk putih yang ditandai dengan tumbuhnya miselium berwarna putih memucat pada sekujur media tanam.  Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah dan Djarijah, 2001).

 

METODE PRAKTIKUM

 

Praktikum Mikologi yang berjudul Budidaya Jmur Tiram dilaksanakan pada (lupa) di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik dan Rumah Kaca, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, sklapel, Erlenmeyer, alcohol, lampu Bunsen, jarum ent, korek, tisu, PDA, plastic, autoklaf manual. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamur tiram segar, PDA, asam laktat, serbuk gergaji kayu sengon, gips, TSP, bekatul, bibit jamur tiram beli, dan bibit jamur tiram di buat sendiri.

Cara kerja dalam praktikum ini di bagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuatan bibit jamur tiram dan, pembuatan media tanam, dan penanaman bibit jamur tiram. Pada pembuatan bibit jamur tiram, langkah kerja yang dilakukan adalah bagian dalam tangkai jamur tiram putih diiris secara aseptis dengn ukuran kurang lebih 0,5X0,5 cm. irisan tersebut diletakkan dalam plate PDA di cawan petri. Kemudian diinkubasikan selama 1 minggu dan dipindahkan biakan dalamPDA miring dalam tabung reaksi sehingga diperoleh biakan murni jamur tiram putih. Seluruh biakan jamur tiram putih dibiakkan dalam PDA miring dalam starter dan inkubasikan selama 1 minggu sehingga seluruh media starter dipenuhi oleh benang-benang (miselium) jamur.

Media starter yang telah dipenuhi miselium jamur diambik dengan pinset dan diletakkan dalam media bibit. Diinkubasikan sleama 2 minggu sampai seluurh media bibit dipenuhi oleh miselium jamur. Pada pembuatan media tanam, serbuk gergaji dengan bahan tambahan lainya dicampur sambal diperciki dengan air sehingga diperoleh kandungan air kurang lebih sebesar 60%. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam plastic yang tahan panas, dipadatkan dan selanjutnya dikukus selama minimal 4 jam dan kemudian didinginkan selama 24 jam.

Cara penananam yang dilakukan adalah, setelah media tanam dingin, kemudian diisi dengan bibit secara aseptis di bagian permukaan media lalu dibenamkan dalam media tanam sedalam 1-1,5 cm. kemudian kantong plastic ditutup dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar selama 3-4 minggu, setelah seluruh permukaan media tanam penuh ditumbuhi benag-benang jamur, kantong plastic dibuka pada bagian atas. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga agar kelembaban tetap tinggi yaitud dengan penyiraman dengan disemprot 2-3 kali sehari. Kebersihan jamur harus tetap terjaga untuk menghindaru adanya hama dan penyakit mengganggu pertumbuhan jamur.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Jamur tiram merupakan termasuk ke dalam family Pleurotus. Jamur ini dapat membentuk tubuh buah yang dapat dikonsumsi. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu  lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau  stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6  cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) (Djarijah, 2001).

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah mengenai nutrisi baglog yang harus tersedia di dalam baglog. Jamur tiram memiliki nutrisi yang berbeda untuk melakukan pertumbuhan vegetative dan generative. Oleh karena itu, ada bebera hal penting yang perlu di perhatikan terkait dengan penyediaan nutrisi. Penyediaan nutrisi tersebut berhubungan erat dengan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat baglog.

Jika miselium jamur tumbuh tumbuh lebat pada masa vegetative, maka umur produksi baglog akan pendek. Hal ini sangat berbeda jika pertumbuhan miselium jamur lambat, yang berartibaha pertumbuhan vegetatifnya juga lambat. Kondisi yang demikian akan membuat pertumbuhan geberatif jamur akan berumur panjang, hal ini menjadikan baglog mempunyai umur produksi yang panjang. Hasil dari jamur yang akan di panen adalah hasil generative jamur, yaitu berupa tubuh buah. Oleh karena itu, masa generative jamur harus panjang.

Dari hasil uji bibit jamur, menunjukkan hasil sebagai berikut. Bibit jamur yang dibuat sendiri memiliki pertumbuhan miselium yang lambat. Hal ini dapat terlihat pada permukaan baglog. Pada baglog yang dengan bibit di buat sendiri, miselium memakan waktu lebih lama untuk menutupi seluruh permukaan baglog. Sementara itu, pada baglog yang digunakan bibit beli menunjukkan pertumbuhan miselium yang cepat dan pertumbuhanya lebat. hal ini menyebabkan permukaan baglog lebih cepat tertutupi oleh miselium jamur.

Dari kedua kondisi diatas dapat diketahui bahwa pada media yang sama, pertumbuhan bibit yang di buat sendiri dengan yang membeli memiliki perbedaan pertumbuhan. Miselium lebih cepat tumbuh pada bibit yang beli, sedangkan pada bibit yang dibuat sendiri, memiliki pertumbuhan yang lambat.

Bahan  yang umumnya  dijadikan sebagai  media tanam jamur antara lain serbuk  kayu, bahan ini merupakan bahan dasar  pembuatan media tanam. Serbuk kayu mengandung  beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan. Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin, sedangkan zat yang dapat  menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah dan atsiri. Selain gergaji bahan tambahan yang dicampur dalam  baglog jamur yaitu kapur, bekatul serta gips atau CaSO4 (Jazuri, 2013).

Lebih  lanjut ditambahkan  oleh Jazuri (2013), penambahan kapur sebagai sumber kalsium dan berguna untuk mengatur tingkat kemasaman media.Kandungan kalsium dan karbon sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan  jamur dan sebagai penyumbang nutrisi pada saat jamur dikonsumsi.Penggunaan bekatul dimaksudkan sebagai sumber karbohidrat, karbon (C) dan nitrogen (N).Selain itu  vitamin B1 dan B2 juga terkandung didalamnya. Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan harus yang masih baru dan belum bau tengik. Cahayana  dkk (1999) menerangkan bahwa kapur tohor berguna untuk mengatur pH media tanam jamur agar mendekati netral atau basa, selain itu untuk menigkatkan mineral yang diperlukan jamur untuk pertumbuhannya. Gipsum digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media.

Sebelum  media siap  digunakan, diperlukan  adanya beberapa perlakuan. Perlakuan awal setelah mencampur berbagai bahan baku penyusun, selanjutnya  yaitu membiarkan campuran tersebut selama 7-10 hari, hal ini penting untuk menguapkan amoniak. Perlakuan selanjutnya adalah mensterilisasikan media tanam tersebut dengan suhu 85˚C dan dengan tekanan 2-3 atmosfir selama 48 jam. Tujuan sterilisasi adalah untuk  mencegah tumbuhnya jamur liar (jamur kontaminan) atau mikroba lain yang tidak diharapkan pertumbuhannya

Tujuan  pengomposan  bahan adalah  untuk menguraikan  senyawa-senyawa kompleks  dan bahan-bahan dengan bantuan  mikroba sehingga diperoleh senyawasenyawa  yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna  oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur  akan lebih baik (Cahayana dkk, 1999). Namun pada proses pengomposan terjadi proses dekomposisi terhadap bahan organik melalui proses  biokomia sehingga menyebabkan berkurangnya bahan organik dan mengakibatkan menigkatnya kadar abu, sehingga hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengomposan tidak menjamin kenaikan nilai pakan berserat tinggi.

Serat  yang didegradasi  oleh jamur menjadi  karbohidrat kemudian dapat digunakan  untuk sintesis protein. Air berfungsi  sebagai pembentuk kelembapan dan sumber  air bagi pertumbuhan jamur.Dedak dan kapur  merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus sp. Dedak ditambahkan pada media untuk  meningkatkan nutrisi media tanam, terutama  sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.Kapur merupakan sumber  kalsium bagi pertumbuhan jamur (Vogel, 1985).

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di  dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Nitrogen adalah komponen utama  dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein, protein adalah zat yang sangat kita butuhkan dalam pertumbuhan. Nitrogen juga hadir  di basis pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang nantinya membawa hereditas. Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer(78%) gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada  bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu fiksasi nitrogen, mineralisasi,  nitrifikasi, denitrifikasi. Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman menyerap N sebagian besar dalam bentuk ion NO3 -dan NH 4+, sedikit urea melalui daun  dan sedikit asam amino larut dalam air (Miftahudin, 2008).

Hal  ini sesuai  dengan Garraway  dan Evans (1984),  yang menyatakan bahwa  dalam pertumbuhannya jamur mempergunakan karbon serta nitrogen untuk komponen sel tubuh, sehingga semakin  padat konsesntrasi miselium akibat pertumbuhan jamur makin banyak nitrogen tubuh (protein murni).Peningkatan  kandungan protein murni dalam biomassa yang sejalan dengan pertumbuhan jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Kandungan  protein pada media bekas penanaman jamur tiram dapat meningkat sampai 22,4% sebagai akibat dari meningkatnya kandungan asam-asam amino pada substrat tersebut.

Hal ini sesuai dengan  pendapat Yuliastuti dan Adhi (2003) yang  menyatakan bahwa jamur merupakan sumber mineral yang baik, kandungan mineral utama yang tertinggi adalah kalium (K),  kemudian fosfor (P), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Mg mencapai  56-70% dari total abu, dengan kandungan kalium sangat tinggi mencapai 45%.

 

KESIMPULAN

 

  1. Tahapan dalam budidaya jamur merang adalah mempersiapkan alat dan bahan, melakuakan isolasi bibit, membuat baglog, menginokulasikan baglog dengan bibit, dan pemeliharaan.
  2. Jamur tiram embutuhkan nutrisi yang berbeda untu pertumbuhan vegetative dan generative.

DAFTAR PUSTAKA

Brock,  T. D., and  T. M. Michael.    1991.Biology of microorganisms.  New York, Prentice Hall

Chang, S.T. dan P.G Miles. 1989. Edible Mushrooms and Their Cultivation. Florida, CRC Press, Inc.

Cahyana,Y.A.,  Muchrodji dan M.  Bakrun. 1999. Jamur  Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Djarijah  NM & Djarijah  AS. 2001. Jamur  Tiram Pembibitan Pemeliharaan  dan Pengendalian Hama-Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Garraway,  M.D. and R.C.  Evans.1984.Fungal  Nutrition & Physiology.  John Wiley & Sons, Singapore.

Husen, S., U. Santoso,  dan T. Wahyudi. 2002. Pengaruh Macam Serbuk Gergaji Terhadap Produksi dan Kandungan Nutrisi Tiga Jenis Jamur Kayu. Jurnal Tropika. 10: 79-86.

Jazuri,  2013. Budidaya  Jamur Kuping. http://doublejspizzeria.com/tag/budidayajamur- kuping/. Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.

Miftahudin, 2008.Fisiologi Tumbuhan Dasar.  Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB.

Rachmat, B. 2000. Dasar-Dasar Pembuatan Bibit Jamur. Bandung, Bal Publication

Sumiati,  E., E. Suryaningsih,  dan Puspitasari. 2005. Perbaikan  Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus  Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. J. Hort 16: 96-17.

Vogel,  1985. Analisis  Anorganik Kuantitatif  Mineral Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Yuliastuti  dan S. Adhi.  2003. Studi Kandungan  Nutrisi Limbah Media Tanam Jamur Tiram Putih Untuk Pakan Ternak.http://www.ut.ac.id/ html/ jmst/ jurnal_2003.1/Eko_Yuliastuti_ES/Studi_Kandungan_Nutrisi_Limbah_Media_Tanam.HT ML Diakses pada tanggal 7 Juni 2015.

Tags: , ,