padi

Pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC)/ Nilaparvata lugens

Posted by miftachurohman on February 13, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

https://goo.gl/images/n8qB3B

Wereng  coklat (Nilaparvata  lugens  Stal)  tergolong  hama yang sangat  berbahaya bagi usaha  tani padi. Serangan wereng  coklat dapat menurunkan produksi  padi Nasional. Hal ini terbukti dari angka ramalan II (ARM-II) pada Agustus 2010 produksi padi mencapai 65150764 ton padahal angka tetap (ATAP) 2009 telah mencapai 64398890 selisihnya kenaikan  produksi hanya 751874 ton dengan kenaikan produksi hanya 1.17%. Kenaikan produksi yang rendah ini akan mengganggu stabilitas nasional dalam hal kerawanan pangan.

Klasifikasi wereng coklat:

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : hemiptera

Sub ordo : homoptera

Family : delphacidae

Genus : Nilaparvata

Species : Nilaparvata lugens

Faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan meluasnya serangan WBC dalam beberapa tahun terakhir adalah potensi biotis WBC yangtinggi,  faktor abiotik, dan kegiatan operasional budidaya padi yang favorable(mendukung) berkembangnya populasiWBC. Ketiga faktor tersebut dapat bekerja secara bersama maupun secara sendiri-sendiri. Penjabaran lebih lanjut akan kami fokuskan pada faktor terakhir.

Insektisida masih banyak digunakan untuk pengendalian WBC maupun hama padi lainnya. Sudah sangat dipahami bahwa penggunaan insektisida yang tidak tepat menyebabkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, diantaranya resistensi dan resurjensi. Hasil penelitian sudah banyak

yang mendokumentasikan kemampuan populasi WBC untuk menjadi tahan terhadap berbagai jenis insektisida. Insektisida sama yang dipakai secara terus menerus akan menyebabkan munculnya populasi yang resisten (tahan) terhadap insektisida dalam waktu yang relatif  singkat.

Pengendalian  wereng coklat  dengan penerepan  sytem (Pengendalian  Hama Terpadu (PHT) yang  menekankan pada pengelolaan  agroekosistemn secara keseluruhan merupakan metode pengendalian yang efektif. Dalam pengelolaan agroekosistem  pada fase pertanaman, penentuan yang akan ditanam merupakan langkah strategis. Pengelolaan varietas diarahkan untuk menggunakan varietas yang  toleran atau tahan terhadap biotipe wereng coklat yang berkembang disuatu agroekosistem.

Kondisi agroekosistem yang berbeda memungkinakan biotipe wereng coklat di suatu daerah juga berbeda. Beberapa  hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi agroekositem suatu daerah berpengaruh terhadap biotipe wereng coklat pada daerah tersebut. Selain itu, pergiliran tanaman, penanaman serentak, serta pembatasan penggunaan pestisida kimia merupakan strategi utama pengendalian WBC. Bila pestisida kimia terpaksa dilakukan karena populasi WBC telah melampaui ambang kendali maka aplikasi harus dilakukan secara tepat guna yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat sasaran, tepat waktu dan tepat tempat.

Pengendalian  biologis dengan  memanfaatkan musuh alami merupakan salah satu langkah dalam pengelolaan agroekosistem. Pengendalian ini merupakan  alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Konservasi  musuh alami dan habitat pendukungnya berarti mencegah berkurangnya populasi dan potensi predator dan parasitoid, dengan cara mengembangbiakkan parasitoid dan predator secara alami serta meningkatkan  perannya dalam mengendalikan hama.

Di samping pengelolaan WBC dengan ecosystem based approach juga perlu penanganan dalam skala yang lebih luas (areawide approach). Pendekatan kedua merupakan komplemen terhadap yang pertama dan ditujukan untuk mengurangi sumber inokulum dalam skala yang luas. Pendekatan pertama, petani berperan lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan  pada aras lokal, sedangkan pendekatan kedua lebih menonjolkan peran pemerintah pusat maupun daerah sebagai fasilitator dan koordinator pelaksanaan kegiatan pengendalian secara bersama.

Dengan terpatahkanya sifat resisten varietas IR 64 terhadap WBC, maka perlu adanya pengembangan varietas baru. Selain itu, juga perlu dilakukan kegiatan monitoring biotipe WBC. Dengan adanya monitoring ini, maka akan dihasilakn mapping biotipe WBC di suatu daerah sehingga dapat ditentukan jenis VUTW yang sebaiknya ditanam di suatu daerah pada musim tertentu.

 

***

Artikel ini dibuat sebagai tugas mata kuliah  

***

Tags: , ,

Infeksi Organ Spesifik oleh Ustilagonoidea virens

Posted by miftachurohman on January 07, 2017
Tugas Kuliah / No Comments

Ustilagonoidea virens adalah salah satu jenis patogen jamur dari kelas ascomycetes yang menyebabkan penyakit gosong pada padi. Penyakit ini merupakan penyakit yang penyebaranya sangat luas. Ustilago virens menyebabkan penyakit gosong palsu pada padi (false smut disease), salah satu penyakit yang sangat merusak pada padi (Oryza  sativa) Penyakit yang disebabkan oleh Ustilago virens ini tidak hanya mengakibatkan kehilangan hasil pada produksi padi, namun juga dapat mengkontaminasi gabah dan jerami yang berpotensi meracuni manusia dan hewan.

Jamur Ustilagonoidea virens menginfeksi organ bunga pada padi kemudian menghasilkan hifa putih, kemudian berkembang menjadi klamidiospora yang berbenduk tepung berwarna hijau gelap pada spikelet selama masa akhir infeksi.  Karakteristik dari penyakit ini dapat dikenali dari sklerotia yang terbentuk dua macam mikotoksin, yaitu ustiloxin dan ustilaginidin. Ustiloxin berfungsi untuk menghambat pembelahan sel, terutama menghambat pembentukan mikrotubulus dan kerangka sel. Ustilaginoidin merupakan bentuk turunan dari bi (naphtho-γ-pyrone) yang dapat melemahkan zat anti tumor pada manusia.

Gambar: Proses infeksi Ustilagginpidea virens. (a) Benang sari terinfeksi oleh Ustilaginoidea virens. (b) Gosong palsu terbentuk pada bulir padi. (c) Sclerotia terbentuk pada permukaan spora. (d) Stroma yang dihasilkan oleh sclerotium berkecambah.(e) ascocarp dibentuk pada stroma. (g). Askospora berkecambah. (i) gambar klamidiospora dilihat dari mikroskop elektron dengan skala 3 μm (j) Clamidiospora berkecambah dengan skala 10 μm.

Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit hangus palsu/ noda palsu adalah bulir-bulir padi berubah menjadi gumpalan spora yang berukuran sampai 1 cm. Mula-mula gumpalan spora tersebut berwarna kuning sampai oranye, kemudian menjadi hijau gelap. Gejala terlihat nyata sewaktu bulir mulai masak. Chlamydospore tidak mudah dilepaskan dari bola smut karena adanya bahan yang lekat. Biasanya hanya terdapat untaian bulir pada malai yang terinfeksi. Jamur ini akan merusak terutama pada kondisi yang lembab, banyak hujan, mendung pada masa pembungaan dan tanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi. Penularannya terjadi melalui udara.

Bahan bacaan:

Anonim. 2011. Penyakit hangus palsu/noda palsu pada tanaman padi (Ustilaginoidea virens ) ( http://www.gerbangpertanian.com/2011/02/ penyakit- hangus-palsu-noda-p alsu-pada.html  Diakses tanggal 1 Oktober 2015

Hu, M., Luo, L., Wang, S., Lie, Y., and Li, J. 2014. Infection processes of Ustilaginoidea virens during artificial inoculation of rice panicles. European Journal of Plant Pathology 139:

Zhang, Y., Zhang, K., Fang, A., Han, Y., Yang, J., Xue, M., Bao, J., Hu, D., Zhou, B., Sun, X., Li, S., Wen, M., Yao, N., Ma, L., Lie, Y., Zhang, M., Hunag, F., Luo, C., Zhou, L., and Li, J. 2014. Specific adaptation of Ustilaginoidea virens in occupying host florets revealed by comparative and functional genomics <http://www.nature.com/ncomms/ 2014/140520/ncomms4849/full/ncomms4849.html> Diakses tanggal 1 Oktober 2015

***

Artikel ini ditulis sebagai tugas mata kuliah

***

Tags: , , ,