respirasi aerob

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara 1: PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Posted by miftachurohman on March 24, 2018
Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Laporan Praktikum / No Comments
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan
Acara 1
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Disusun oleh:
Miftachurohman
12969
Golongan: A3
Asisten Koreksi : DindaDewanti

Laboratorium Ilmu Tanaman
Jurusan Budidaya Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2014
ACARA 2
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI AEROB
Pendahuluan

Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju metabolisme, fotosintesis, transpirasi, dan respirasi tumbuhan. Suhu tinggi dapat merusak enzim sehingga metabolisme tidak berjalan baik. Suhu rendah pun menyebabkan enzim tidak aktif dan metabolisme terhenti. Respirasi tumbuhan merupakan salah satu kegiatan tumbuhan yang dapat dipengaruhi oleh suhu.

Respirasi memerankan peran yang sangat besar dalam seluruh proses metabolisme tanaman dan itu selalu menjadi ukuran utama dalam proses metabolik(Devanesan et al.,2012). Proses respirasi merupakan proses katabolisme, yaitu proses pembongkaran senyawa organik kompleks menjadi sederhana. dalam proses respirasi aerob ini dihasilkan senyawa berupa karbondioksida, air, dan energi.

Suhu yang optimum untuk proses metabolisme tumbuhan dapat diketahui dari laju respirasi aerob yang di lakukan oleh tumbuhan. respirasi aerob merupakan proses respirasi yang menggunakan oksigen. Dengan dilakukan titrasi menggunakan HCL, maka dapat dihitung jumlah CO2 yang terikat oleh NaOH.

Metodologi

Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan yang berjudul Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi Aerob dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Maret 2014 di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 8 botol volume 250 ml dengan tutup karet, 4 termometer, erlenmeyer 125 ml, buret, dan lemari es. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan NaOH 0,2 N, Larutan BaCl2, Larutan HCL 0,1 N, Larutan indikator phenolptalein, kecambah kacang hijau, dan kain kelambu serta tali. Rancangan disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) dengan dua ulangan untuk masing-masing perlakuan suhu. pengulangan titrasi digunakan sebagai ulangan. kemudian dilakukan analisis data untuk melihat apakah ada perbedaan laju transpirasi pada masing-masing perlakuan suhu. hubungan antara laju respirasi aerob suhu ditampilkan dalam bentuj kurva regresi.

Hasil dan Pembahasan

Respirasi adalah proses metabolik yang menyediakan energi untuk proses biokimia di dalam tubuh tumbuhan. proses metabolik ini melibatkan beberapa komponen organik seperti gula, asam organik, asam amino, dan asam lemak dimana akan dihasilkan energi, dan juga pelepasan panas(Barbosa et al., 2011). Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi pada tumbuhan. Respirasi aerob merupakan respirasi yang menggunakan oksigen.

Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengamatan tentang pengaruh suhu terhadap respirasi aerob pada kecambah kacang hijau. Suhu yang digunakan dalam praktikum ini adalah suhu 5ºC, 15 ºC, Suhu laboratorium(29 ºC), Suhu rumah kaca(30 ºC). Percobaan dilakukan selama 18 jam. Setelah 18 jam, didapat hasil laju respirasi kecambah sebagai berikut:

Tabel 1 Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi

Suhu (ºC)

Laju respirasi (ml/CO2/Jam/gr)

5

0,464

15

0,641

29

0,812

30

0,708

Dari grafik diatas dapat diketahui, jika temperatur semakin tinggi, maka laju respirasi akan semakin naik. laju respirasi tertinggi yaitu pada suhu 29 ºC. ketika pada suhu 30 ºC, laju respirasi menjadi turun. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 29 ºC, laju respirasi kecambah encapai tingkat maksimum, kemudian laju respirasi akan menurun ketika suhu semakin naik.

Grafik 1 Hubungan Suhu VS Laju Respirasi Kecambah Kacang Hijau

Dari grafik regresi diatas, maka dapat diketahui bahwa  nilai regresi adalah 0,862. Nilai ini mendekati satu. Hal ini menunjukkan bahwa jika suhu naik, laju respirasi juga akan naik. Maka ada perbandingan lurus antara suhu dan laju respirasi. Hal ini menunjukkan suhu berbanding lurus dengan laju respirasi.

Jika suhu semakin naik, maka laju respirasi juga akan semakin naik. hal ini menyebabkan jumlah CO2 yang dikeluarkan oleh kecambah menjadi tambah banyak. akibatnya, NaOH yang berfungsi untuk menangkap CO2, konsentrasinya akan semakin sedikit. ketika ditritasi dengan menggunakan HCL, maka akan semakin sedikit HCL yang digunakan untuk titrasi. Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika CO2 yang dikeluarkan sedikit, maka konsentrasi NaOH yang tersisa akan masih banyak. akibatnya, volume HCL yang digunakan untuk titrasi juga akan semakin banyak.

Kesimpulan

Tumbuhan mempunyai suhu optimum untuk melakukan respirasi. semakin tinggi suhu, maka laju respirasi akan semakin naik dan mencapai puncak pada titik optimum. ketika suhu mencapai titik maksimum untuk melakukan respirasi, maka respirasi akan melambat. Begitu juga ketika pada suhu rendah, laju respirasi yang terjadi juga akan lambat

Saran

Suhu merupakan faktor sensitif bagi tumbuhan untuk melakukan respirasi. Pada rumah kaca, suhu yang ada biasanya tidak konstan. ketika suasana cerah, maka suhu akan meningkat, sedangkan pada saat hujan, suhu akan turun. hal ini berpengaruh terhadap laju respirasi pada kecambah. sebaiknya suhu pada rumah kaca dijaga agar tetap konstan agar dapat memperoleh data yang baik.

Daftar Pustaka

Devanesan, J.N., A. Karuppiah, and C.V.K. Abirami. 2012. Effect of storage temperature, O2 concentrations and variety on respiration of mangoes. Journal of Agrobiology 28: 119-128.

Basarbosa, L.D.N., B.A.M. Caroiofi, C.E. Dannenhauer, and A.R. Monteiro. 2011. Influence of temperature on the respiration rate of minimally processed organic carrots (Daucus Carota L. cv. Brasilia). Ciencia e Tecnologia de Alimentos 31:78-85.

Tags: , , ,