LAPORAN PRAKTIKUM
PATOGEN TUMBUHAN
ACARA II
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR, BAKTERI SERTA VIRUS
Disusun oleh:
Nama : Miftachurohman
NIM : 12/334974/PN/12969
Asisten:
Erwin Najmudin
Niken R. Paramita
LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN TERPADU
JURUSAN PERLINFUNGAN TANAMANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA II
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR, BAKTERI SERTA VIRUS
TUJUAN
-
- Mengetahui cara isolasi jamur dan bakteri patogen tumbuhan dari sampel tanaman sakit
- Mempelajari penularan virus secara mekanik
- Mempelajari gejala penyakit karena virus yang timbul pada beberapa tanaman inang
TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007).
Beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta manipulator (the micro manipulator method). Metode pengenceran bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan, dengan cara melakukan pengenceran bertingkat terhadap sampel air.Sedangkan metode tuang adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara memasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu ke dalam cawan petri, dan dituangi dengan medium (Lay, 1992).
Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja. (Burrrow,1959).
Tobacco Mosaic Virus merupakan salah satu virus penting yang banyak menyerang tanaman. Virus ini sering menyerang famili solanaceae. Dilapangan TMV dapat menular melalui alat-alat pertanian dan secara meknaik melalui gesekan tanaman sakit dan tanaman sehat. Selain itu, daya tahan yang lama di luar tanaman inang mengakibatkan TMV dapat bertahan dalam tanah dan akan menulari tanamanbaru melalui luka mekanik pada akar tanaman(Wilkinson, 2012).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Penyebaran cendawan Fusariumsangat cepat dan dapat menyebar ke tanaman lain dengan cara menginfeksi akar tanaman dengan menggunakan tabung kecambah atau miselium. Akar tanaman dapat terinfeksi langsung melalui jaringan akar, atau melalui akar lateral dan melalui luka-luka, yang kemudian menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah memasuki akar tanaman, miselium akan berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar. Pada saat miselium cendawan mencapai xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga menginfeksi pembuluh xylem. Miselium yang telah menginfeksi pembuluh xylem, akan terbawa ke bagian lain tanaman sehingga mengganggu peredaran nutrisi dan air pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi layu (Semangun, 2005). Cendawan Fusarium tersebut membentuk polipeptida, yang disebut likomarasmin yang dapat mengganggu permeabilitas membran plasma dari tanaman (Chang et al.,, 2010).
Ralstonia solanacearum berkembang di dalam jaringan tanaman setelah melalui bagian interseluler tanaman dengan bantuan angin dan lubang alami, misalnya stomata. Secara alami, patogen ini menginfeksi akar dengan kisaran inang yang luas dan secara agresif mengkolonisasi jaringan xilem, menyebabkan layu letal yang diketahui sebagai penyakit layu bakteri (Machmud and Suryadi, 2008).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Patogen Tumbuhan Acara II dengan judul Isolasi Jamur, Bakteri dan Virus dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2014 di Laboratorium Penyakit Tanman Terpadu Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanaman tomat yang terkena penyakit layu bakteri akibat Ralstonia solanacearum dan Fusarium oxysporum, sampel tanaman tembakau yang sakit oleh Tobacco Mosaic Virus, Kloroks, carborundum, media NA dan PDA, tanaman cenopodium, air steril, serta buffer fosfat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan Petridis, jarum oose, tisu, Bunsen, pisau, , timbangan, mortar, dan alcohol.
Pada isolasi bakteri, langkah kerja yang dilakukan adalah batang tomat yang bergejala penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum dibersihkan kulitnya, kemudian didisinfeksi menggunakan alcohol. Kemudian batang tomat dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi air steril. Kmudian tabung reaksi digojok hingga suspense menjadi homogen. Setelah homogeny, air suspense bakteri kemudian di oleskan(streak)ke medium NA. Masing-masing petridish di beri label sesuai dengan ulangan.
Pada isolasi jamur, langkah kerja yang dilakukan adalah batang tanaman tomat yang bergejala layu akibat jamur fusarium dipoton-potong kecil pada pangkal batangnya(antara batang yang sakit dan batang yang sehat). Hasil potongan-potongan batang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kloroks selama kurang lebih dua menit. Setelah dimasukkan ke dalam kloroks,kemudian dimasukkan ke dalam air steril. Kemudian batang tersebut di masukkan ke dalam mediam PDA. Masing-masing petridish di beri label sesuaid dengan ulangan.
Pada inokulasi virus TMV, daun tanaman tembakau yang bergejala sakit akibat TMV di timbang seberat satu gram. Kemudian daun tersebut di gerus hingga halus dengan ditambahi buffer fosfat secukupnya. Setelah halus, air gerusan tersebut kemudian di saring menggunakan kapas. Setelah itu, daun tanaman chenopodium diolesi dengan karborundum. Kemudian air gerusan daun tembakau tersebut dioleskan kepermukaan daun hingga merata. Ditunggu hingga daun mongering. Setelah daun mongering, kemudian daun tersebut disemprot dengan menggunakan air steril hingga karborundum yang ada di daun tidak tersisa. Masing-masing daun diberi label sesuai dengan ulangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu tahapan dalam postutal Koch untuk membuktikan bahwa jasad yang ada dalam tumbuhan yang sakit tersebut merupakan penyebab penyakit, diperlukan adanya isolasi penyakit serta inokulasi . Isolasi ini dilakukan menumbuhkan penyebab penyakit pada biakan murni. Inokulasi dilakukan agar dapat mengetahui apakah biakan murni hasil isolasi tersebut merupakan sumber penyakit yang sama atau bukan. Dalam praktikum ini, dilakukan isolasi terhadap organisme yang menyebabkan penyakit layu pada tomat, serta inokulasi penyakit kuning pada tembakau.
Organisme sasaran dalam isolasi ini adalah bakteri Ralstonia solanacearum dan jamur Fusarium oxysporum yang menyebabkab penyakit layu bakteri pada tanaman tomat. Selain itu, juga akan dilakukan isolasi virus TMV yang menyerang tanaman tembakau ke tanaman Chenopodium sebagai tanaman indicator.
Ralstonia solanacearum
Pengamatan mikroskopis bakteri R. solanacearum
Sumber: Dokumen pribadi. Perbesaran 10×40
Nama penyakit : Layu bakteri pada tanaman tomat
Nama patogen : Ralstonia solanacearum
Nama inang : Solanum lycopersicum
Isolasi bakteri pathogen Ralstonia solanacearum diperoleh dari pangkal batang tanaman tomat yang terinfeksi penyakit layu bakteri. Hasil pengamatan akar dan batang secara visual menunjukkan adanya nekrotik pada jaringan pembuluh pada akar dan batang yang ditandai warna cokelat sampai hitam sepanjang jaringan kayu dan kambium. Gejala ini sebagai bentuk serangan dan perkembangan bakteri patogen di dalam jaringan pembuluh kayu dalam bentuk massa bakteri (Kelman, 1953)
Hasil identifikasi gejala penyakit layu bakteri tomat yang didapatkan, merupakan analisa awal dari karakterisasi bakteri patogen, dan untuk mengetahui bakteri patogen sebagai penyebab penyakit layu bakteri selanjutnya dilakukan isolasi dan pengamatan morfologi bakteri patogen seperti berikut ini. Hasil isolasi bakteri patogen pada medium PDA menunjukkan bahwa koloni bakteri berbentuk tidak teratur, putih dan fluidal. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh (Denny at al, 2001).
Hasil isolasi dan pengamatan morfologi bakteri patogen merupakan karakterisasi awal dari R. solanacearum yang diduga sebagai bakteri patogen penyebab penyakit layu bakteri tomat. Selanjutnya untuk memastikan isolat bakteri patogen yang diuji sebagai R. solanacearum yang dapat menginfeksi tomat, maka perlu dilakukan pengujian patogenisitas yang dilakukan pada acara praktikum berikutnya.
solanacearum bersifat Gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5 µmx 1,5 µm, dapat bergerak dengan satu atau beberapa flagela,aerobik, dapat mereduksi nitrat dan memproduksi amonia. Bakteri ini diklasifikasikan menjadi Ras berdasarkan perbedaan kisaran inang dan Biovar berdasarkan sifat biokimia (penggunaan sumber karbon). Karakteristik lain adalah tidak membentuk pigmen pendar fluor, katalase dan kovac’s oksidase positif, kemoorganotrof, tidak mampu tumbuh pada suhu 4o C atau 40oC, tumbuh pada medium yang mengandung 1% NaCl, tetapi tidak tumbuh pada medium yang mengandung 2% NaCl (Denny and Hayward, 2001). Dari deskripsi diatas menunjukkan bahwa bakteri yang diidentifikasi dalam praktikum ini adalah bukan dari bakteri R. solanacearum. Namun, bakteri yang diidentifikasi jika dilihat dari koloninya merupakan bakteri R. solanacearum.
Gejala layu pada tanaman disebabkan bakteri ini menyerang sistem vascular, terutama pada tanaman herbaceus. Sistem transportasi ait dan nutrien diblok dalam pembuluh xylem sehingga tanaman kekurangan air dan nutrisiahirnya mengakibatkan layu atau kadang – kadang kerdil. Oleh karena itu terjadinya layu mungkin bukan disebabkan secara langsung oleh toksin bekteri, tetapi karena pertumbuhan bakteri secara masif dalam xylem dan produksi lender polisakarida ekstraseluler yang menyumbat sistem vascular. Koloni bakteri ini banyak di jumpai dalam xylem baik pada bagian batang, akar atau tangkai. Masa inkubasi R. solanacearum atau waktu antara inokulasi dan munculnya gejala lebih lama dibandingkan penyakit bakteri lain, sering lebih dari dua minggu.
Dalam isolasi bakteri, batang tanaman tomat setelah dikuliti akan didisinfeksi. Hal ini dialkukan untuk menghindari kontaminasi terhadap patogen non target. Pembuatan suspense dimaksudkan karena isolasi pada bakteri ini akan dilakukan dengan cara streak . Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Selain itu, alat-alat yang digunakan dalam isolasi ini harus di sterilisasi dulu utnuk menghindari kontaminasi.
Fusarium oxysporum
Pada isolasi jamur, batang tomat yang sudah dipotong-potong dimasukkan ke dalam kloroks. Hal ini bertujuan agar batang tomat menjadi steril dari jamur non target. Penggunaan kloroks dilakukan karena kloroks digunakan untuk mendisinfeksi pada jaringan yang tebal, seperti batang tomat tersebut. Sehingga jasad-jasad sekunder dapat dibersihkan. Batang diambil antata batang yang sehat dan batang yang sakit. Hal ini dilakukan agar jamur tersebut masih mendapatkan nutrisi dari jaringan tanaman yang sehat.
Nama patogen : Fusarium oxysporum
Nama inang : Solanum lycopersicum
Pengamatan secara mikroskopis koloni F. oxysporum dilakukan dengan menggunakan mikroskop menggunakan biakan murni hasil isolasi. Pengamatan mikroskopis dilakukan secara langsung dengan melihat perkembangan masing-masing koloni yaitu mulai dari diameter koloni, warna koloni, miselium udara, dan profil koloni.Hasil pengamatan isolatisolat Fusarium sp secara mikroskopis adalah sebagai berikut:
Pengamatan mikroskopis F. oxysporum
Sumber: Dokumentasi pribadi. Perbesaran 10×40
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa isolat yang berhasil diisolasi dapat diidentifikasi berdasarkan karakter mikroskopis yang dimunculkan, antara lain diameter koloni, warna koloni, miselium udara dan profil koloni. Diameter koloni isolat berpengaruh pada proses pembentukan konidia, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi tingkat perkembangan cendawan Fusarium sp. Pertumbuhan koloni isolat cendawan berikutnya akan tetap terjadi meskipun pertumbuhannya lambat, hal ini dikarenakan konidia merupakan alat perkembangan pada kelas Deuteromycetes yang dihasilkan secara aseksual, sehingga jumlahnya menentukan perkembangan pada generasi berikutnya, dan dalam kondisi yang menguntungkan jumlah konidia cenderung berbanding lurus dengan laju perkembangan cendawan Fusarium (Burnett and Hunter, 1988).
Penampakan warna koloni isolat Fusarium sp pada masing-masing kelompok praktikum berbeda-beda. Perbedaan warna koloni isolat ini didasarkan pada warna yang muncul pada bagian dasar koloni dan bagian permukaan atas koloni. Warna koloni yang tampak adalah krem halus, ungu, merah jambu, putih seperti kapas, putih krem.
Menurut Semangun (2001), pigmen hifa Fusarium sp umumnya bervariasi, berpigmen hialin (tidak berwarna), jika berwarna berarti jamur tersebut berpigmen, umumnya adalah pigmen melanin yang terikat pada dinding sel hifa. Dalam Sastrahidayat (1989), jamur yang ditumbuhkan pada medium PDA mula-mula miselium berwarna putih, semakin tua warna menjadi krem atau kuning pucat, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu dengan miselium bersekat dan membentuk percabangan. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan hifa vegetatif jamur biasanya berupa penghambatan ataupun pemicuan pertumbuhannya sehingga cahaya dapat berpengaruh pada konsentrasi produksi pigmen dan pertumbuhan hifa. Secara umum cendawan yang ditumbuhkan pada kondisi terang terus akan mempunyai miselium udara yang lebih banyak dibandingkan pada kondisi yang lain. Hal ini disebabkan adanya sifat jamur yang tumbuh mengikuti arah cahaya (fototropi). Secara umum, isolat Fusarium sp secara mikroskopis memiliki bentuk mikrospora ovoid yang umumnya memiliki 0-1 sekat sedangkan bentuk mikrospora umumnya panjang ujungnya meruncing dan memiliki 2-6 sekat. Pengamatan isolat jamur Fusarium sp secara mikroskopis adalah dengan mengamati ukuran dan bentuk konidia/spora isolat,dan kerapatan spora Fusarium sp. Bentuk makrokonidia dan mikrokonidianya secara umum adalah sama yaitu berbentuk ovoid. (mikrokonidia) dan berbentuk memanjang dengan ujung meruncing (makrokonidia).
Dalam Domsch et al., (1993), makrokonidium berbentuk gelendong, lonjong, ujung tajam, mempunyai 3-5 sekat, dan ukuran sporanya [(20-27) – (46-60) x (3,5-4,5)] µm. Mikrokonidia tersusun 1 sel, transparan, tersusun membentuk rantai basipetal yang panjang. Menurut Agrios (1996) bahwa mikrokonidium mempunyai satu atau dua sel, terdapat dalam jumlah yang banyak, dan sering dihasilkan pada semua kondisi. Jenis spora ini banyak dijumpai di dalam jaringan tanaman terinfeksi. Sementara itu, makrokonidium mempunyai dua sampai lima sel dan berbentuk lengkung. Jenis spora ini umumnya banyak dijumpai di permuakaan tanaman yang mati karena infeksi jamur ini.
Cendawan Fusarium oxysporum mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora (pembengkakan pada hifa). Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1 atau 2, dan paling banyak dihasilkan di setiap lingkungan bahkan pada saat patogen berada dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua atau didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau spora bertahan pada lingkungan yang kurang baik. Miselium yang dihasilkan oleh cendawan patogen penyebab penyakit layu ini mulanya berwarna putih keruh, kemudian menjadi kuning pucat, merah muda pucat sampai keunguan(Susetyo, 2010).
Cendawan ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah struktur yang berpengaruh dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat tumbuh dan pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora reproduktif (Foth, 1991 cit. Saragih 2009). Miselium terutama terdapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Fusarium hidup sebagai parasit dan saprofit pada berbagai tanaman terutama pada bagian pembuluhnya, sehingga tanaman menjadi mati karena toksin (Sastrahidayat, 1989).
Stadium terakhir merupakan stadium yang tahan pada segala cuaca. Cendawan menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi. Penyebaran spora dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian (Anonim, 2009).
Fisiologi dari jamur Fusarium sp yaitu bermula dari adanya pembelahan reduksi dan penentuan jenis kelamin inti yang akan terjadi jika zigot telah mengalami waktu istirahat. Dari zigot itu tumbuh suatu benang dengan sporangium pada ujungnya. Sporangium ini berlainan dengansporangium biasa, sporangium ini hanya mempunyai satu inti saja, sebagian bersifat positif (+) dan sebagian bersifat negatif (-). Miselium yang tumbuh dari spora ini hanya mempunyai inti yang sama jenis kelaminnya, oleh sebab itu spora tadi sebagian akan menjadi miselium positif (+) dan negatif (-). Pada marga ini umumnya sporangiumnya memiliki banyak spora akan tetapi terdapat juga sporangium yang hanya mengandung sedikit spora, bahkan ada yang setiap sporangium yang hanya mengandung satu inti saja yang dindingnya berdekatan dengan dinding sporangium (Anonim, 2009).
Cendawan Fusarium sp mengalami 2 fase dalam siklus hidupnya yakni patogenesa dan saprogenesa. Patogen ini hidup sebagai parasit pada tanaman inang yang masuk melalui luka pada akar dan berkembang dalam jaringan tanaman yang disebut sebagai fase patogenesa sedangkan pada fase saprogenesa merupakan fase bertahan yang diakibatkan tidak adanya inang, hidup sebagai saprofit dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dan menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman yang lain. Agrios (1997) dalam Susetyo (2010), mengemukakan bahwa patogen ini dapat menimbulkan gejala penyakit karena mampu menghasilkan enzim, toksin, polisakarida dan antibiotik dalam jaringan tanaman. Cendawan mengadakan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka. Bila luka telah menutup, patogen berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan berkembang dalam berkas pembuluh. Huda (2010) menyebutkan bahwa cendawan Fusarium tidak dapat menginfeksi batang atau akar-rimpang meskipun bagian ini dilukai. Nematoda (Radopholus similis) membantu dalam infeksi Fusarium sp. Penularan penyakit melalui bibit terinfeksi, pemindahan bibit, angin, air, tanah terinfestasi, permukaan air drainase, pembubunan, luka karena serangga, alat pertanian, dan lain-lain (Booth, 1985 dan Semangun, 2001). Maria et al (2004) cit.
Winarsih (2007) menerangkan bahwa inokulum patogen dapat masuk melalui akar dengan penetrasi langsung atau melalui luka. Di dalam jaringan tanaman, patogen dapat berkembang secara interseluler maupun intraseluler. Klamidospora dapat berkecambah bila ada rangsangan eksudat akar yang mengandung gula dan asam amino, juga dapat dirangsang dengan penambahan residu tanaman ke dalam tanah . Klon tanaman yang rentan tidak dapat ditanam kembali hingga 30 tahun pada tanah yang sudah terinfeksi Fusarium sp. Di dalam tanah, cendawan Fusarium sp dapat bertahan sebagai parasit pada tanaman gulma yang bukan inangnya. Ujung akar atau bagian permukaan rizoma yang luka merupakan daerah awal utama dari infeksi (Sastrahidayat, 1986).
Gangguan pada jaringan xylem, tanaman menunjukkan gejala layu, daun menguning, dan akhirnya mati. Gejala layu seringkali disertai gejala klorosis dan nekrosis pada daun. Gejala yang terjadi pada tanaman cabai merah yang terserang penyakit layu fusarium adalah menguningnya daun dari tepi daun selanjutnya menjadi coklat dan mati secara perlahan hingga tulang daun. Menguning dan matinya daun-daun dimulai dari daun yang lebih tua. Hal ini disebabkan patogen menginfeksi tanaman melalui luka pada akar dan masuk kedalam jaringan xylem melalui aktivitas air sehingga merusak dan menghambat proses menyebarnya air dan unsur hara keseluruh bagian tanaman terutama pada bagian daun yang tua.
Tobacco Mosaic Virus (TMV)
Pada isolasi virus, digunakan tanamn Chenopodium amaranticolor karena tanaman ini adalah tanaman yang baik untuk digunakan sebagai tanaman indicator. Hal ini karena tanaman ini merupakan tanaman yang rentan. Pada tanaman C. amaranticolor, gejala lesion local biasanya berkembang dengan baik pada daun yang telah dewasa. Karborundum memiliki partikel yang kecil. Ketika dioleskan pada daun, maka daun akan mengalami luka-luka kecil, sehingga luka tersebut digunakan untuk jalan masuknya virus ke jaringan tanaman. Penggunaan buffer fosfat pada saat penggerusan adalah agar partikel virus tetap dapat virulen, karena penggerusan ini menyebabkan virus terdisleksi dari sel daun tembakau. Dalam praktikum ini, virus TMV diidentifikasi dengan melihat gejala yang tampak pada daun tembakau yang bergelaja mosaic.
Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Gejala yang ditimbulkan adalahbercak-bercak kuning pada daun yang menyebar, seperti mosaik.
Tembakau virus mosaik memiliki tampilan seperti batang. kapsid adalah terbuat dari 2130 molekul protein mantel (lihat gambar ke kiri) dan satu molekul basa RNA genom 6.400 panjang. Protein mantel merakit diri ke dalam batang seperti struktur heliks (16,3 protein per helix putar) di sekitar RNA yang membentuk struktur loop jepit rambut (lihatmikrograf elektron di atas). Monomer protein terdiri dari 158 asam amino yang dirakit menjadi empat-alfa heliks utama, yang bergabung dengan loop terkemuka proksimal dengan sumbu virion tersebut. Virion ~ 300 nm panjang dan ~ 18 nm dalam diameter. microphotographs elektron negatif bernoda menunjukkan saluran batin yang berbeda ~ 4 nm. RNA terletak di radius ~ 6 nm dan dilindungi dari tindakan enzim seluler oleh mantel protein Ada tiga RNA nukleotida per monomer protein. X-ray difraksi serat struktur virus utuh berdasarkan kerapatan elektron 3,6 Å peta pada resolusi(Akin dan Nurdin, 2003).
Gejala yang disebabkan oleh virus mosaik tembakau (TMV) adalah agak tergantung pada tanaman inang dan dapat termasuk mosaik, bintik-bintik (gambar 1 dan 2), nekrosis (gambar 3 dan 4), pengerdilan, daun keriting, dan menguning dari jaringan tanaman. Gejala tersebut sangat tergantung pada umur tanaman terinfeksi, kondisi lingkungan, strain virus, dan latar belakang genetik dari tanaman inang, temperatur, kondisi cahaya, faktor gizi, dan stres air(Akin dan Nurdin, 2003)
Karena virus tidak memiliki metode aktif untuk masuk ke sel tanaman, mereka harus mengandalkan menyebabkan luka mekanis, perbanyakan vegetatif tanaman, mencangkok, biji, serbuk sari, dan sedang dilakukan pada bagian mulut serangga mengunyah. virus mosaik tembakau ini paling sering dimasukkan ke dalam tanaman melalui luka kecil yang disebabkan penanganan dan oleh serangga pencucuk penghisap bagian-bagian tanaman(Akin dan Nurdin, 2003).
Nama patogen : TMV (Tobacco Mosaik Virus)
Nama inang : Nicotiana tabacum
KESIMPULAN
- Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Isolasi jamur dan bakteri dilakukan dengan cara mengambil jamur dan bakteri tersebut dari bagian tanaman yang menunjukkan gejala sakit kemudian ditumbuhkan kemedium untuk memeperoleh biakan murni.
- Inokulasi virus dilakukan dengan cara mengekstraksi virus dari bagian tanaman yang menunjukkan gejala sakit , kemudian ditularkan ke tanaman yang sehat.
- Bakteri yang diidentifikasi dalam praktikum ini merupakan bukan bakteri dari R. solanacearum. Jamur yang diidentifikasi dalam praktikum ini adalah jamur F. oxysporum. Virus yang diidentifikasi secara visual dalam praktikum ini merupakan jenis virus TMV.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Akin, H.M. dan M. Nurdin. 2003. Pengaruh infeksi TMV (Tobacco Mosaic Virus) terhadap pertumbuhan vegetative dan generative beberapa varietas cabai merah (Capsicum annum l.). J. Hama dan Pneyakit Tumbuhan Tropika. 3:10-12.
Barnet dan Hunter. 1988. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. West Virginia : Burgress Publishing Company
Booth S. 1985. The Genus Fusarium. England. The Lavenham Press Ltd.
Burrow,W.1959.Textbook of Microbiology.W.B. Saunders Company:Philadelpia
Chang, T.H., Lin, Y.H., and Chen, K.S. 2014. Cell wall renforcement in watermelon shoot base related to its resistance to fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum. Journal of Agriculture Science 1-10.
Denny, T.P., and A.C. Hayward. 2001. Ralstonia solanacearum. In: Schaad, N.W., J.B. Jones, and W. Chun. Laboratory Guide for Identification of Plant Pathogenic Bacteria. Third Edition. APS Press, St.Paul Minnessota.
Domsch K.H., T.H Anderson. , W. Gams. 1993. Compendium of Soil Fungi. IHW-Velag I:-
Huda, M. 2010. Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) secara Kultur Teknis dan Hayati. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kelman, A. 1953. The bacterial wilt caused by Pseudomonas solanacearum. A Literature review and Bibiography. Tech. Bull. N. Carolina
Lay, W. 1992. Mikrobiologi . Jakarta : Rajawali Pers.
Machmud, M. and Y. Suryadi. 2008. Detedtion and identification of Ralstonia solanacearum strains using the indirect Elisa technique. Indonesia Journal of Agriculture 1:13-21.
Saragih, S.D. 2009. Jenis-jenis Fungi pada Beberapa Tingkat Kematangan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Susetyo, Aryo Pratomo. 2010. Hubungan Keanekaragaman Cendawan Rizosfer Tanaman Pisang Anonim. 2009. Hama, Penyakit Dan Defisiensi Pada Tanaman Cabai. http://indonesiachili.com/pestanddiseasesmanagement.htm. Diakses tanggal 1 Desember 2014.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum . Malang : UMM Press.
Wilkinson, L. 2012. The development of the virus concept as reflected in corpora on individual pathogens – Lesson of the plant viruses -Tobacco Mosaic Virus. Medical History 20: 111-134.
Winarsih, S. 2007. Pengaruh bahan organik pada pertumbuhan Gliocladium virens dan daya antagonisnya terhadap Fusarium oxysporum secara in-vitro. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3:386 – 390